Chapter 25 : Ndan Raka

21 3 0
                                    

Assalamualaikum...

Hargain penulis dengan klik icon bintang/vote

Happy reading

[•••]

Seorang wanita duduk sembari merengkuh lututnya menghadap langsung ke laut yang sangat indah tatkala dinikmati saat sore hari, didukung kondisi cuaca yang cukup cerah untuk merenung dan menaungi rasa lelahnya. Para tenaga kesehatan juga para anggota angkatan laut memiliki sedikit waktu santai hari ini.

"Bengong mulu lo!" acara melamun sore itu langsung gagal saat seorang wanita lengkap dengan jas putihnya menghampiri.

"Gue gak bengong, Faika!"

Faika terkekeh, merasa cukup puas mengejutkan rekan kerjanya. Setelahnya, ia ikut duduk di sebelah Lira dengan merengkuh lututnya. "Mikirin Ndan Raka lo ya? Hayo, jujur deh, lo suka kan sama dia?"

"Secara, dia ganteng, perwira muda, baik, sopan, kalem, pokoknya definisi sempurna ada di dia deh!"

"Gue gak suka sama Ndan Raka, lagian siapa yang mikirin dia coba? Gue cuma lagi kangen rumah," ucapnya.

"Kan rumah lo Ndan Raka."

"Faikaaa!" ia salah tingkah, mendorong sahabatnya, lalu menutupi wajahnya yang memerah, Faika tertawa lepas. Sementara sahabatnya berusaha menetralkan bibirnya yang semakin ingin tersenyum lepas hingga pipinya bersemu nyeri, Lira menghela napas panjang

"Kok Ndan Raka belum pulang ya?"

"Lira! Ini baru dari pagi ke sore, pasukan tuh biasanya kalau ada tugas pulangnya lusa atau bisa seminggu bahkan gak pasti. Gak bisa instan hari ini pergi hari ini pulang." mendengar itu, Lira semakin murung dan diam. Entah mengapa kehadiran Raka baru-baru ini menambah semangat kerja, tidak ada dia bawaannya lemas.

Faika menoleh ke arah Lira di sampingnya, gadis itu menatap laut lepas dengan mimik sedih. "Lo khawatir ya?"

"Faika, Ndan Raka itu abis kena luka tusuk, harus banyak istirahat." Faika tersenyum mendengarnya.

"Itu udah biasa buat dia sebagai prajurit," tangannya naik mengelus pundak rekannya. Mungkin ia harus lebih sering memberi Lira pengertian tentang profesi seorang tentara.

"Lo tenang aja, Ra. Gak ada prajurit yang mau gugur dalam tugasnya, semua pasti pengin pulang dengan selamat, kita di sini cuma bisa berdoa," Lira mengangguk, menyetujui ucapan rekannya. Bahkan ia memikirkan tentang kepulangan mereka yang tak pasti, semakin membuatnya khawatir.

"Fiks lo suka sama Ndan Raka!"

"Ih! Engga, Fai!" ia menyanggah, merasa tak terima.

"Buktinya lo khawatir gitu, khawatir tandanya sayang, sayang tandanya cinta, cinta tandanya suka!" Faika cekikikan sendiri, sementara gadis di sebelahnya menatap cengo tentang apa yang dikatakan.

"Teori lo bener-bener edan, Fai, mana ada kayak gitu!"

"Adalah! Buktinya lo!" ia kembali tertawa.

"Fai," si pemilik nama menoleh.

"Lo udah berapa lama di sini?"

"Sekitar dua bulan, kenapa?"

"Lama juga ya, sampai kapan?" Faika menghela napas panjang. "Sampai waktu yang belum ditentukan."

"Berarti, lo udah kenal lama sama Ndan Raka?" wajah Faika berbinar mendengarnya, lantas Lira langsung gugup dan berusaha mengalihkan maksud perkataannya.

Promise (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang