Chapter 16 ; After losing him

12 3 0
                                    

Assalamualaikum...

Tinggalkan jejak dengan vote dan comment, follow jika berkenan!

Happy reading!

Suara deru mesin motor terhenti di sebuah coffeshop yang menjadi langganannya bersama sahabat-sahabatnya. Saat tiba, dirinya disambut antusias oleh Leo, Usman, Arditto, Ervan dan Aldino. Pasalnya sudah hampir satu bulan Raka tak kunjung berkumpul dengan mereka.

"Kemana saja bro?" tanya Leo saat Raka baru saja mendudukan dirinya. Raka hanya meliriknya sekejap, lalu menyambar snack yang lumayan banyak bertebar di atas meja.

"Sibuk persiapin untuk tes pusat nanti," jawabnya. Tidak ada kejanggalan dari jawabannya tadi. keenamnya melanjutkan obrolan diselingi dengan tawa jua saling melempar candaan. Hingga salah satunya menyadari sesuatu.

"Muka lo kenapa bonyok gitu?" tanya Aldin seraya menyipitkan matanya supaya terlihat lebih jelas. Biasa, kaum-kaum mata minus tapi malas pakai kacamata.

Saat pertanyaan itu terlontar, kelimanya langsung menoleh ke arah Raka, menatap setiap inci dari wajah sahabatnya itu. Terlihat ada luka lebam di sudut-sudut wajahnya, di samping kelopak mata, di belahan bibir sebelah kirinya yang terlihat sedikit sobek

"Tawuran sama anak mana lo?" Aldin kembali bertanya.

"Apaan sih? Gue gak tawuran," jawab Raka seadanya.

"Kakak gue diselingkuhi." sambungnya, membuat sahabat-sahabatnya itu sangat terkejut.

"Sekelas Kak Laras diselingkuhi?" tanya Aldin.

"Padahal mereka besoknya nikah loh, besok acara akadnya kan?" tanya Leo, Raka mengangguk sebagai jawaban.

"Kurang apa sih Kak Laras? Gue aja minat." kata Usman.

"Gue gak mau iparan sama lo, masa sahabat gue jadi kakak ipar gue? Apa kata indosair?" balasnya.

"Kenapa bisa diselingkuhi?" tanya Ditto. Raka meliriknya sekilas, menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan yang menurutnya agak berat diucapkan.

"Gue gak tau pastinya, tapi si Lio selingkuh sama pelacur. Siang bolong gue ditelfon kakak gue sambil nangis-nangis. Dia nyuruh gue ke hotel yang ditempati Lio dan selirnya. Gue udah kebawa emosi, gue samperin mereka, gue labrak dan hajar Lio habis-habisan. Gue gak terima kakak gue disakitin sama cowo brengsek kaya Lio." jelasnya.

"Dan hal yang masih gak gue percaya adalah, Lio udah sering main cewe di belakang kakak gue. Entah udah berapa banyak cewe yang dia bayar untuk memuaskan hawa nafsunya. Padahal gue kenal Lio gak cuma setahun dua tahun, dia baik ke gue, ke bunda, dan Kak Laras. Sejauh ini dia gak pernah noreh rasa kecewa buat keluarga gue, istilahnya dia udah dipercaya banget sama bunda, bunda bahkan udah sayang sama Lio dan nerima Lio apa adanya."

Ia menjeda ceritanya beberapa saat, tiada yang bersua saat itu, ia masih menunggu Raka kembali bersuara dan menceritakan apa yang tersimpan di hati dan pikirannya.

"Dan gue sadar kalau orang yang terlihat baik dan gak pernah ngasih rasa kecewa, sebenarnya orang yang buruk di dalamnya. Sekali bikin kecewa, akan terasa sangat sakit." pungkasnya.

"Lo harusnya jangan trust issue dulu. Gak semua orang kaya gitu. Yang lo bilang bener, orang yang gak pernah ngasih kecewa, sekalinya ngegores ya bakal sakit banget. Tapi gue gak setuju dengan pendapat lo yang awal. Gak semua orang punya watak belakang yang brengsek kaya Lio." kritik Ditto.

"Kak Laras sekarang gimana?" tanya Ervan. Raka meliriknya, lalu menjawab, "Kakak gue kecewa berat, gue gak tau gimana deskripisiinnya. Kak Laras sekarang hancur."

Promise (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang