41. MENJADI PEMBUNUH

6.3K 160 5
                                        

Hai guys, aku update lagi nih, wkwk. Bisa-bisanya ditengah-tengah ujian malah mikirin alur novel🙏😭 dasar aku😊

Oh iya, sekedar menjelaskan aja nih. Buat kalian yang bingung kenapa Damian nyebut Deandre sebagai abang. Bukannya mereka saudara kembar? Nah, aku buat itu untuk menggambarkan bagaimana cara Daniel dan Dewi mendidik anaknya untuk saling menghormati. Lagipula perbedaan lahir mereka dua belas menit, jadi cocok-cocok aja panggilannya abang adek😭

Damian manggil Deandre dengan sebutan 'abang'. Dulu aku pernah nggak sengaja nulis panggilannya jadi 'kakak'. Setelah dipikir-pikir, nggak cocok karena 'kakak' biasanya merujuk pada saudara perempuan yang lebih tua. Aku mau revisi tapi babnya udah banyak jadi susah 😭.

Itu aja yang mau aku jelasin. Selamat membaca semua 🌺

*
*
*

Tak hentinya Daniel memaki dan memberikan pelajaran pada anak buahnya yang lagi-lagi tidak becus dalam melaksanakan tugas mereka.

Kalian mau tahu apa yang mereka kerjakan? Mereka ditugaskan oleh Daniel untuk mengawasi Dhanu yang ditahan di tempat terpencil. Lagi-lagi ia kehilangan pria itu. Dhanu berhasil kabur, dengan tujuan yang tak bisa Daniel tebak.

"SAYA NGGAK MAU TAHU, CARI PRIA ITU SAMPAI DAPAT! SAYA NGGAK SEGAN-SEGAN MENGHAJAR KALIAN JIKA DIA TIDAK DITEMUKAN SAMPAI MALAM INI!!"

*
*
*

Pemakaman umum. Remaja tampan itu datang sembari membawa bunga yang ia beli sebelum datang kesini. Wajahnya terlihat lesu menandakan beberapa hari ini dirinya tidak baik-baik saja. Lelaki itu berjongkok, menatap nisan itu dengan pandangan getir.

"Abang, Damian datang ..." Setelah bertahun-tahun lewat, baru kali ini Damian berani menginjakkan kakinya di pemakaman saudara kembarnya, Deandre. Hatinya hancur, airmatanya meluruh begitu saja.

"Mian kangen Dean ..." Damian mengusap nisan yang tertulis nama Deandre Gamaliel Xairo serta tanggal kematiannya. Ia meletakkan bunga itu didepan nisan, sesekali tangannya mencabuti rumput yang tumbuh di tanah itu.

"Abang baik-baik disana ya ... Jangan kayak Damian."

Damian sangat merindukan Deandre. Mereka ditakdirkan lahir bersamaan, dengan wajah yang mirip, dan jiwa yang saling mendekap. Damian telah kehilangan separuh jiwanya sejak kecil. Waktunya bersama Deandre terlalu singkat. Mereka lahir dihari yang sama, tapi mengapa Deandre pergi duluan?

Damian menyesali perbuatannya dulu. Damian merasa bersalah. Seharusnya ia tak meninggalkan Deandre sendirian digubuk itu. Seharusnya ia lebih cepat datang menyelamatkan saudaranya saat itu.

"Dean pasti kesakitan dipukuli bajingan itu dulu, kan? Damian janji, Damian akan balas rasa sakit Dean ..."

Damian kembali berdiri. Tekadnya sudah bulat. Ia akan membalas rasa sakit Deandre kepada pamannya.

Tepat saat Damian hendak berbalik, sebuah balok memukul punggungnya dengan kuat hingga ia ambruk. Sebuah tangan menyeret Damian, dan membawa cowok itu pergi dari pemakaman.

*
*
*

Damian membuka matanya secara perlahan. Ia mengerjap-ngerjap, memandangi sekeliling yang tampak asing baginya. Dimana dirinya berada? Kenapa disini gelap sekali?

DAMIAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang