- Tragedy -

203 14 0
                                    

~Selamat membaca~

.

.

.

——————————————————
Sehari setelah kejadian itu, Duri terus menerus mengurung dirinya di dalam kamar. Tidak mau keluar, Tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mau tidur, dan hanya menangis didalam diam. Ia tidak bisa melupakan kejadian kemarin, kejadian yang membuat hati mungilnya hancur berkeping-keping dan hanya menyisakan rasa kecewa serta frustasi berlebih.

'[Name].. seharusnya Aku sudah tau kalau dia tidak mungkin menyukaiku yang sangat berbanding jauh dengannya..'

'Tidak mungkin dia mau berteman denganku begitu saja..'

'Tapi..'

'Jika itu Solar, kurasa tidak apa-apa. Kalian berdua memang cocok, kalian berdua juga merupakan orang yang paling berharga buatku. Jadi.. kuharap kalian bisa bahagia bersama..'

'...'

'Namun, tetap saja Aku..'

Walaupun Duri terlihat sendirian saat ini, selalu terdapat seseorang yang mengkhawatirkannya dan senantiasa menunggunya didepan pintu kamarnya..

Tok

Tok

Tok..

"Duri! Ayo keluar, kau belum makan apa-apa sejak kemarin. Kapan Kau akan makan? Ayo kita sarapan Duri!!" Gempa menatap sendu pintu kamarnya Duri dengan manik mata Gold miliknya. Pasalnya sudah beberapa kali ia mengetuk pintu kamarnya Duri, namun.. tidak ada jawaban sama sekali yang membuat kekhawatiran remaja tersebut semakin menjadi-jadi.

'Apa aku dobrak saja ya.. tapi bagaimana kalau dia sedang berada didekat pintunya..' Gempa menggaruk-garuk kepalanya, frustasi. Ia sungguh bingung dengan apa yang seharusnya ia lakukan sekarang. Biasanya dia sangat ahli dalam mengambil keputusan disaat genting. Namun sekarang, entah mengapa ia menjadi ragu untuk melakukan hal itu.

'Ya Tuhan, dengan cara apalagi Aku harus membujuknya!? mana Solar lagi gak ada dirumah pula..' Gempa kembali membatin lalu menghela napas panjang.

"Apa yang sebenarnya sudah terjadi.." Disaat Gempa sedang berpikir keras, ia secara tidak sengaja merasakan pergerakan beberapa orang yang mencoba untuk menyelinap dibelakang dirinya. Dengan insting yang tajam Gempa membalikkan badannya lalu menangkap basah 2 orang yang sedari tadi mencoba untuk menghindarinya.

Gempa menatap tajam dan menggenggam erat kerah belakang baju kedua orang tersebut. Salah satu pelaku terlihat menundukkan kepalanya kebawah dan yang satunya lagi malah cengengesan gak jelas. Gempa yang sudah muak berurusan dengan mereka pun langsung berbicara to the point dengan mereka.

"Jadi.. Blaze, Kak Taufan, cepat jelaskan. Aku tau hal ini pasti ada kaitannya dengan kalian.." Ucap Gempa dengan raut wajah serius yang seketika membuat bulu kuduk kedua remaja tersebut berdiri.

"Bagaimana Kak?" Bisik Blaze yang membuat Taufan mengerenyitkan dahinya.

"Kau bertanya padaku!?" Taufan membalas bisikkan Blaze

"Dengan siapa lagi!? Bukannya Kakak duluan yang memulainya!"

"Kok jadi Aku!? Kau juga! Kenapa kau ikutan setuju kemarin hah?!"

"Ah sudahlah! Jadi haruskah kita jujur??"

"Umm.. kurasa kita tidak punya pilihan lain selain mengakuinya. Baiklah Aku saja yang akan berbicara.."

Rasa ini.. (Thorn & Solar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang