Janlup votemen sengkuh!!<3
***
"Garel gw malam ini nginap di apart lo ya?"Garel melirik kearah Reas, selikas ia dapat melihat wajah murung anak itu. Tanpa bertanya lebih dalam Garel mengiyakan saja keinginan Reas. Lagipula ia tak masalah Reas mau menumpang hidup dengannya seberapa lamapun, baguslah kalau Reas percaya padanya dan menjadikannya rumah. Reas itu tidak seterbuka kelihatannya, Reas itu sangat pemendam.
"Kenapa lo tadi tiba tiba nendang kakinya si Rasy?"
"Abisnya lo keliatan mau mukul dia, jadi gw lakuin deh." Reas tertawa saat mengingat apa yang dia lakukan tadi. "Lagipula seru liat muka tengilnya yang kesakitan tadi."
Reas mulai berbicara banyak hal, dan Garel hanya beberapakali nimbrung dengan bertanya atau hanya sekedar memberi respon. Garel lebih banyak mendengarkan Reas yang sibuk berbicara dengan berbagai macam emosi di wajahnya.
Garel sedikit menarik sudut bibirnya membentuk senyuman kecil, ia sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Reas.
"Rel?"
Garel gelagapan saat ia ketahuan tidak mendengarkan keseluruhan ocehan Reas. Dengan segera Garel menimpali percakapan mereka dengan topik baru, "lo mau makan apa? Gw bisa buatin. Tar kita cari bahan bahannya dulu sebelum pulang."
Reas mengangguk setuju. Akhirnya ia bisa kembali bermain masak masak dengan sahabatnya ini. "Gw mau nasi goreng kampung sama tumis kangkung Rel."
Garel terkekeh, ia mengusak rambut Reas gemas. Mereka berjalan menuju motor Garel, mereka akan pulang bersama. Reas sendiri, ia tidak diizinkan untuk membawa kendaraan sendiri. Alasannya? Tentu karena anak itu akan kebut kebutan saat di jalan, baik Garel atau teman temannya yang lain tidak ingin mengambil resiko itu. Katanya sangat berbahaya untuk Reas. Yah, untuk sekarang Reas masih belum merengek, lagipula masih ada Garel yang siap mengantar jemputnya.
Garel memberikan satu helm nya pada Reas, Reas hanya menatap helm pemberian Garel itu lalu beralih menatap kepemiliknya. Garel sendiri ia telah selesai mengenakan helm fullset nya. Alisnya terangkat, mempertanyakan kenapa Reas masih belum mengenakan helmnya.
"Kenapa?"
"Kalau gw ga pake helm gimana?"
Bukannya menjawab Garel malah terlebih dahulu mengambil helm yang sebelumnya berada di tangan Reas, lalu memakaikannya ke kepala Reas yang lebih pendek beberapa senti darinya itu. "Kalau jatuh tinggal mati, kan?"
Tak!
Garel selesai memakaikan pengait helm milik Reas.
"Astaga Rel, mulut lo gw amplas ya. Yang bener dikit kalo ngomong! Kalo beneran kejadian gimana?" panik Reas saat mendengar jawaban Garel yang menurutnya sangat seram.
Garel naik ke motornya. "Ya lagian siapa suruh ga mau pake helm? Udah ah ayo buru naik."
"Aissh, kan gw cuma nanya doang woi. Perkataan adalah doa loh Rel, amit amit kalo yang lo bilang itu beneran kejadian di gw." Reas langsung merinding ketika mengingat perkataan Garel tadi. Memang sahabatnya ini dasarnya sudah blak blakan, pantas saja masih jomblo. Lagian cewe mana sih yang tahan di salty ini tiap hari sama Garel. Kalau ada fiks maso.
"Lagiankan gw bilang kalo lo ga pake helm, sekarang kan udah pake helm. Jadi santai aja."
"... iya juga ya."
"Makanya jangan aneh aneh. Sok sokan ga mau pake helm."
Reas merengut tak senang, ya kan ia cuma nanya doang.
***
"Rel mau sosis jugaa."
Reas menunjukkan satu bungkus sosis yang baru di ambilnya dalam peti ice. Garel meliriknya sekilas, lalu mengangguk sambil menyuruh Reas menaruh sosis itu ke troli belanjaan mereka. Katanya Garel sekalian mau belanja bulanan juga. Sekarang Garel tengan memilah milih sayur kangkung yang nanti mau mereka masak.
Fyi aja, Garel itu tipe orang yang lebih sering masak daripada beli. Jadi beruntunglah untuk pacar Garel suatu saat nanti, bisa mencoba masakan lezat Garel setiap hari.
"Abis ini kita mau beli apa?"
Garel tampak berpikir, sambilan berjalan ia mengingat ingat apa saja yang belum dibelinya untuk kebutuhan bulanan rumah.
"Ga mau susu?"
Reas mengangguk cepat, tentu saja ia menginginkannya. "Mau!! Ayo kita beli susu juga."
"Baiklah, ayo."
Sesampainya mereka di rak susu, Reas dengan semangat mengambil susu kesukaannya. Tentu saja, karena ini gratis. Kapan lagi ia bisa mendapatkannya secara gratis.
"Susu pisang ambil satu dus aja."
"Okidoki!"
Reas meletakkan stok susu miliknya kedalam troli Garel. Garel kembali mengingat apa yang harus dibelinya. "Lo ada kepikiran beli sesuatu lagi ga?"
"Umm, engga deh kayaknya."
"Yasudah, ayo kekasir. Semua belanjaan gw dah selesai juga."
Reas menangguk, ia mengikuti langkah Garel dengan berjalan di sampingnya. Reas baru sadar kondisi supermarketnya lumayan sepi, yah mungkin karena sudah malam juga.
"Reas?"
"Oh, iya gw kesana."
Saat hendak menyusul Garel, pergerakan Reas terintrupsi dengan getaran di saku celananya. Segera Reas mengambil ponselnya itu untuk melihat siapa yang menelponnya malam malam begini. Reas termenung melihat nama yang tertera pada layar handphonenya. Garel yang melihat itu lantas segera menghampiri Reas.
"Kenapa?"
Reas mengedikkan bahunya, dengan acuh ia menolak panggilan dari seseorang itu. "Ga ada, ayo."
"Siapa yang nelpon lo? Kok ditolak?"
"Papa."
"Kenapa ga dijawab aja?"
"Gw lagi ga mood berantem sama dia."
Garel menghela nafasnya. Ia tau kondisi Reas dan papanya itu ga pernah baik, terlebih setelah kepergian mamanya Reas. "Papa lo khawatir, Reas. Setidaknya kasi beliau kabar."
"Gamau, dia pun pasti udah tau gw di mana. Dia cuma sengaja cari ribut."
"Hah, yasudah ayo."
Belum sempat mereka bergerak ponsel Reas kembali berdering.
"Angkat Reas, kasi tau kalau lo mau nginap di rumah gw."
"Aiss, iya iya." Dengan kesal Reas mengangkat penggilan telepon itu. Ia tidak bicara sampai seseorang di seberang sana angkat suara. Mendengar suara pria yang sangat dikenalinya, Reas lantas menghela nafas.
"Pa, Reas mau nginap di rumah Garel malam ini."
"..."
"Ga ada, cuma bosan aja di rumah terus. Lagian udah lama juga ga ke apart Garel."
"..."
"Astaga ga gitu pa. Ngomong sama Garel sendiri nih!"
Reas dengan kesal memberi ponselnya kepada Garel. Garel menerima uluran ponsel itu, lalu mulai berbicara dengan papanya Reas. Reas sendiri menunggu Garel selesai bicara dengan wajah tertekuk. Lima menit berlalu Garel habiskan untuk meminta izin kepada papanya Reas agar mengizinkan sang anak semata wayangnya untuk bisa menginap di rumah Garel malam ini. Garel mengembalikan ponsel Reas.
"Udah ayo pulang."
"Iya."
Garel mencolek pipi Reas, "jangan cemberut gitu dong, jelek."
"Ish! Apasih. Gw tendang lu ye!"
Garel terkekeh, lebih baik untuk tidak menggoda anak itu sekarang. Garel berjalan ke kasir untuk membayar semua belanjaan mereka. Setelahnya mereka pulang untuk masak dan makan bersama.
TBC!!
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL - Adreas Gea Wijaya
Teen FictionReas itu bukan hanya seorang murid SMA biasanya, Reas juga merupakan ketua dari satu gang terkenal di sekolahnya yang disebut sebut sebagai GWARL. Apa yang kalian pikirkan tentang Reas? Tinggi? Rahang tegas? Berotot? Gagah? Ganteng? Yah, Reas itu ga...