Adreas Gea Wijaya
"Pak! Telat ga?"
Satpam sekolah yang awalnya sudah berniat untuk menutup gerbang, menoleh kearah suara yang meneriakinya. Ternyata suara itu berasal dari siswa langganan telat sekolah ini. Untungnya kali ini anak itu tidak telat, walau hanya semenit.
Satpam itu mengacungkan jempol kearah siswa tadi yang masih tengah mangatur nafasnya di depan gerbang. "Aman. Buru masuk, Reas. Satu menit lagi bel masuk bunyi."
Adreas mengangkat tangannya, menyuruh satpam itu menunggunya untuk mengatur nafasnya sebentar. Saat berlari kesini, ia benar benar mengerahkan seluruh tenaganya karena memang waktu bangunnya tadi meper banget. Jadi dia harus buru buru agar tidak terlambat.
"Aman ga nih? Butuh air ga kamu?" tanya satpam itu lagi memastikan.
Adreas dan satpam sekolah ini sudah lumayan akrab. Tak jarang pak satpam juga membantu Adreas masuk jika anak itu terlambat. Walau terkadang Adreas harus terpaksa menerima hukuman dari OSIS karena terlambat masuk. Tapi jasa pak satpam benar benar sangat membantunya selama ini.
Adreas menggeleng. "Aman pak! Reas masuk dulu ya. Bisa gawat kalo OSIS OSIS itu ngeliat Reas masi disini. Entar malah disuruh ngebersiin toilet lagi." Adreas bergidik ngeri ketika membayangkan dirinya dulu pernah dihukum anak OSIS membersihkan seluruh toilet lantai tiga. Adreas benar benar mual sepanjang masa hukuman. Masih mending kalau hukumannya itu hanya lari keliling lapangan, atau hormat tiang bendera. Membersihkan toilet itu benar benar neraka bagi Adreas.
Satpam yang namanya Asep itu terkekeh. "Yasudah, sok masuk. Belajar yang rajin, jangan keseringan bolos kamu."
Adreas mengangguk. Ia teringat sesuatu, di bukanya tas lalu dikeluarkannya kotak bekal dan memberinya ke pak Asep. "Ni pak, tadi Reas buat lebihan rotinya. Semangat pak kerjanya! Reas pergi dulu pak."
Adreas melambaikan tangannya kearah pak Asep.
Pak Asep menggelengkan kepalanya, heran dengan tingkah siswa satu itu. Adereas memang nakal, tapi anaknya sopan. Adreas lah satu satunya siswa yang dekat dengannya, yang lain bahkan hanya untuk menyapapun jarang. Anak manis dengan segala tingkah lakunya yang di luar nalar.
***
Reas merebahkan tubuhnya. "Hah~ capek banget."
"Tumben banget, biasanya selalu penuh batre lo."
Reas memutar bola matanya mendengar celetukan salah satu temannya itu. "Batre batre. Lo kita gw manusia apaan?"
"Manusia setengah monyet."
Mendengar itu Reas spontan melempar bantal yang tadi menjadi tumpuan kepalanya kearah Galuh, satu satunya teman Reas yang rese. "Makan tu bantal."
"Astaga, Reas! Gw lagi makan mie."
"Gw peduli? Engga. Apa? Mau gw lempar kaca, hah? Muka lo tuh yang mirip monyet." Kalau dihadapkan dengan orang rese, Reas bisa jauh lebih rese dan menyebalkan dari orang itu. Liat aja sekarang.
Lagian si Galuh suka banget mancing mancing keributan. Udah tau Reas sumbunya pendek, masih aja dibercandain. Sekarang mienya tidak bisa lagi dimakan, karena sepenuhnya sudah tumpah keatas lantai. Hanya ada sedikit kuah mie di dalam mangkoknya sekarang.
"Reas," tengur seseorang.
Reas mengalihkan pandangannya. "Jangan marahin gw, si Galuh yang mulai duluan."
Tama menghela nafasnya. Biasanya Reas memang sensi, tapi kali ini ia lebih sensi dari biasanya. "Kenapa, hm? Asupan manis lo kurang hari ini? Tumben banget sensi."

KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL - Adreas Gea Wijaya
Novela JuvenilReas itu bukan hanya seorang murid SMA biasanya, Reas juga merupakan ketua dari satu gang terkenal di sekolahnya yang disebut sebut sebagai GWARL. Apa yang kalian pikirkan tentang Reas? Tinggi? Rahang tegas? Berotot? Gagah? Ganteng? Yah, Reas itu ga...