-PROLOG-

36 22 14
                                    

"Apakah kau mencintaiku?"

Satu kalimat dengan tiga kata yang singkat sebagai awal dari pertanyaan sang wanita cantik yang berdiri dihadapan sang pria tampan itu. Wanita itu bertanya sambil menyunggingkan senyumnya, tanpa memikirkan bahwa pria yang dihadapannya itu menatapnya dengan tatapan yang begitu dingin.

"Tidak, dan tidak akan pernah."

Sakit dan menusuk, itu kesan yang diterima oleh wanita yang tersenyum itu. Wajahnya begitu luar biasa, sudah cantik pun ia masih tersenyum seperti itu meskipun suasana hatinya sangat amat kacau dilubuk hati terdalamnya. "Kau yakin dengan itu?"

"Aku yakin sekali."

Kecewa, benar. Wanita itu mendapatkan kekecewaan, dan bukan pertama kalinya ia mengalami ini. "Kalau aku bilang kau pasti akan berubah pikiran suatu hari nanti, bagaimana?"

"Itu mustahil."

"Tidak, bagiku tidak ada yang mustahil didunia ini."

Wanita itu masih saja mempertahankan senyumnya, tidak peduli wajahnya akan sakit atau tidak. "Kujamin, suatu hari nanti kau akan menyesal karena tidak mengakuiku."

"Sudah kubilang itu adalah hal yang mustahil."

Kenapa pria itu begitu keras kepala? Egonya begitu tinggi untuk dilampaui oleh wanita itu, sehingga ia mendengus kesal. "Siapa yang tahu? Manusia itu adalah makhluk yang beragam, termasuk pikirannya. Tidak ada manusia yang mempertahankan egonya terlalu lama."

"Itulah yang mustahil, suamiku," sepasang mata wanita itu terbuka menatapnya dengan intens. "Semua manusia pasti berubah pikiran!"

"Dan aku tidak akan pernah berubah pikiran."

Apakah ini jawaban yang diharapkan wanita itu? Tentu saja tidak. Wanita itu tidak menyerah begitu saja, meskipun senyuman diwajahnya sudah sedikit luntur, menampilkan hanya senyuman setipis kertas saja yang terlihat.

"Maka kau akan menyesalinya."

- - -
Senin, 18 Maret 2024
Bersambung...

PenitenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang