CHAPTER 2

564 50 44
                                    

Anya's POV

Semilir angin pagi ini membuat gue betah berlama-lama memejamkan mata sambil menghirup udara segar tanpa polusi. Ah, suasana ini merupakan hal mewah jika dirumah. Suasana tenang nan damai dan hanya ada angin yang berhembus, rasanya telinga gue lega.

Selama 17 tahun gue hidup, tidak pernah ada satu hari dimana keheningan akan bertahan lebih dari satu detik. Karena detik selanjutnya, selalu ada suara berisik mulut usil Alden atau suara nyanyian jelek milik Mas Alfred.

Atau jika kedua orang itu sedang tak dirumah, handphone gue akan jadi sasaran empuk untuk diserang oleh notifikasi pesan tak jelas dari mereka. Selama itu, telinga gue juga ga bisa istirahat. Ada Daddy yang sangat over protective selalu kepo dengan urusan gue.

Richard Olsen itu bahkan bela-belain membuat ruang kerja pribadi yang aktif di lantai satu, supaya bisa mengecek keadaan gue sekali sejam. Gila, gasih tuh orang? Kelihatannya seperti itu.

Dia harus menyiksa sekretarisnya untuk bolak-balik dari rumah ke kantor dengan jarak 1 jam kalau ga macet. Kejadian jalanan lancar itupun hanya akan terjadi dalam dua waktu. Ketika lebaran, saat kota ini ditinggal penghuninya mudik atau ketika malaikat nanti sudah meniup sangkakala.

Selebihnya tidak mungkin. Jadi yaa si sekretaris malang Daddy harus terjebak 2 jam dijalanan dalam sekali jalan. Itupun biasanya Richard Olsen menyuruh bolak balik sampai tiga kali. Gue selalu berdoa semoga sekretarisnya selalu sehat dan sejahtera.

Jadi semoga kalian sedikit bisa membayangkan betapa berisiknya hidup gue. Ah, apa kita melupakan seseorang?

Hmm..Meira. Tapi dia tidak annoying. Dia punya jiwa bebas yang keren. Bunda ga pernah kepo sama urusan gue. Dia juga tentu saja tidak akan melakukan hal konyol seperti yang dilakukan Richard. She is my favourite. Always.

"Ann.."

Aishhh siapa itu? Bahkan di Edinburgh ini, kenapa telinga gue ga boleh istirahat sebentar saja? Apakah diem dua detik itu dosa??

"Ann..wake up!"

DIHH!

Gue ogah-ogahan membuka mata. Cahaya yang masuk ke mata gue sedikit menganggu. Ah, wajarlah matahari akan secerah ini. Makanya tadi angin sepoi-sepoi tadi terasa lebih segar. Mood gue bagus banget.

Gue menepis perasaan terganggu yang merusak suasana sejenak tadi dan memutuskan untuk tersenyum. Gue sedikit mengangkat telapak tangan menghalangi cahaya matahari langsung terpapar ke mata gue yang rasanya terlalu lama terpejam.

Siluet seorang gadis tertangkap dimata gue. Gadis yang kini mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah gue yang sedang berbaring itu tersenyum manis.

"Kamu terlalu lama menutup mata, An. Saatnya bangun yuk"

HAHH??

"Lo siapa dah?"

Tunggu, kenapa gadis itu tidak tampak asing? Bentar.....

"Kecelakaan pesawat bikin kamu amnesia yah?", tanya gadis itu terkekeh.

Ia meletakkan gelas nya diatas meja disamping gue berbaring lalu duduk mendekat ke tubuh gue sehingga gue harus bergeser memberinya ruang untuk duduk. Ganggu banget nih orang!

"Ke-kecelakaan?", gue bergumam sendiri.

Tidak mengenali apa yang mungkin terjadi. Mencoba memutar ingatan gue. Gue mengerutkan kening saat ingatan gue bak air dalam gelas. Tidak ada kilas balik dan buntu kemanapun gue mencoba mengingat.

"Kamu seriusan lupa?"

Gue mencoba memejamkan mata sekali lagi. Siapa tau ingatan gue tertinggal. Saat gue membuka mata lagi, wajah gadis yang tadi bicara aneh itu sudah didepan wajah mahal gue. Gue sampai tercekat karena ini terlalu dekat. Gue harus munduran dikit kan?

NICOTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang