two

93 31 0
                                    


Cerita berikut hanya fiksi jika ada typo, kesalahan nama karakter dan penulisan yang kurang rapi harap dimaklumi.

Happy reading!

♧♧♧

18 tahun kemudian.

Kondisi bandara pada siang hari ini begitu ramai, di area kedatangan dipadati oleh sekumpulan penggemar. Berbagai berita telah disiarkan. Kepulangan anak emas yang dicintai seluruh negeri menjadi pembicaraan hangat di mana-mana. Para penggemar itu bersorak heboh, menunggu kedatangan Sosok pria tinggi yang telah memenangkan penghargaan bergengsi di negeri seberang.

Sosok Liam Greyson muncul tidak lama kemudian. Cahaya kamera yang silih berganti datang di setiap pergerakannya beserta teriakan-teriakan heboh dari para penggemar yang memegang spanduk bertuliskan ucapan selamat datang dan selamat atas kemenangan yang didapat kepada aktor kesayangan mereka itu.

Rambut berwarna merah gelap, kacamata hitam serta setelannya yang juga berwarna hitam. Pesona pria berumur 28 tahun itu tidak ada tandingannya. Selalu menempati nomor satu untuk reputasi tahunan, jelas telah membuktikan kehebatannya dalam hal apapun.

Panas dan gerah, Liam masih berusaha terlihat ramah meski rasanya tidak nyaman. Dia melambai berkali-kali dan menunduk memberikan ucapan terimakasih atas ucapan dan cinta yang telah diberikan para penggemarnya, sikap milik Liam yang sangat dibanggakan negeri mereka terhadapnya. Para pengawal berdiri mengelilinginya guna menjaga keamanan dari aktor tampan itu.

Kilatan cahaya yang tidak berhenti itu membuatnya merasa pusing. Kelelahan, dia berlebihan lagi memeras tenaganya. Liam menunduk, melarikan pandangan. Waktu bertahun-tahun pun tidak akan sanggup melepaskan kenangan buruk. Tangannya mulai gemetar.

Mobil telah terparkir, para penggemar semakin ricuh saat melihat aktor kesayangan mereka akan segera pergi. Para pengawal sibuk menahan penggemar yang mulai anarkis.

Kepala Liam terasa berputar, dia menatap ke sekelilingnya dan terkejut, mata-mata yang menatapnya itu berwarna merah. Aliran darah segar keluar seperti air dari mulut mereka. Kata-kata yang mereka ucapan menjadi tidak jelas, semua yang ada di sana menjadi marah dan berusaha untuk meraihnya. Liam menggeleng dengan wajah berkerut, panik.

Dia berlari ke arah mobil yang terparkir di depan, tidak jauh darinya. Liam berusaha membuka pintu mobil tapi mobil itu terkunci kemudian dia merasakan tangannya tiba-tiba terasa basah.

Ada banyak darah di tangan Liam, pria itu berusaha membersihkan tangannya namun semakin dia menggosokkan tangannya ke baju cairan kental berwarna merah itu semakin banyak mengotori pakaian Liam.

Keringat Liam bercucuran, dia merasakan nafasnya menjadi sesak. Dia tidak bisa bernafas dengan baik, tubuhnya menjadi basah, bermandikan keringat.

Dia ingin lari, tapi kakinya menjadi berat dan saat dia melihat ke bawah, Liam menjadi semakin panik. Ada genangan darah yang telah terbentuk. Tangannya menjadi gemetaran.

Suasana yang tadinya ramai berhenti dengan cepat. Hening, Liam bahkan bisa mendengar detak jantungnya yang berdentum sangat keras.
Kepala Liam kembali terasa berputar. Ada suara kecil yang terdengar serak, seperti seseorang yang sedang meminta tolong. Liam kembali menatap ke bawah kakinya, diantara kedua kakinya muncul sepasang tangan pucat yang bermandikan darah dengan gerakan seperti meraih sesuatu, Liam tercekat dan akhirnya terbangun dengan tubuh basah oleh keringat.

"Sial!"

Mimpi buruk lagi.

Liam membawa satu tangannya yang gemetar, menutupi sebagian wajahnya. Dia terduduk bersandar di kepala tempat tidur. Cahaya kamar yang redup membuat suasana kamar terasa semakin mencekam. Adrenalin dalam tubuhnya masih memacu, tubuhnya masih gemetaran dan nafas berantakan.

The Death Four [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang