four

83 27 0
                                    

Cerita berikut hanya fiksi jika ada typo, kesalahan nama karakter dan penulisan yang kurang rapi harap dimaklumi.

Happy reading!

♧♧♧♧

"Jadi?"

Briel menoleh dengan mulut penuh. Menatap ketiga temannya yang saling melirik memandangnya.

Kenzo William, lebih tua dua bulan dari Briel, rambut hitam dengan setelan belah tengah dan punya mata bentuk monolid yang indah. Tubuh tinggi serta badan atletis. Tampan berkarisma, kekurangannya hanya terletak pada otaknya yang kurang suka dia gunakan dan punya emosi yang suka meledak-ledak, begitu pendapat Briel tentang temannya ini.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik." Briel mengangguk, sudut mulutnya bernoda saus dari burger yang dia makan.

"Syukurlah kalau begitu, nyawaku sejak pagi rasanya tidak tenang– aduh! Apa-apaan?" Kenzo menatap seorang gadis yang berdiri di sampingnya dengan tatapan protes. Gadis berambut blonde itu balas menatapnya tajam dengan matanya yang mirip dengan mata rubah.

"Kenapa memukulku?" seru Kenzo yang tidak terima dipukul.

"Kau berisik."

Gadis blonde itu namanya Lily Neva. Salah satu teman dekat Briel juga, tidak terlalu suka senyum dan banyak bicara jika tidak diperlukan. Dia yang paling tua di antara mereka itu sebabnya dia mendapatkan peran sebagai kakak perempuan tertua yang tipikal suka marah-marah jika adik-adiknya mulai membuat ulah. Tapi, baiknya adalah, Lily yang paling bisa diharapkan di antara mereka semua.

"Apa yang salah dari itu? Aku hanya mengatakan apa yang kuraskan."

"Kau berisik! Ini rumah sakit, diamlah."

"Aku bahkan tidak berteriak, Lily, bagaimana bisa dikatakan berisik?" Kenzo mengeluh dengan lelah.

Lily hanya memutar matanya tidak perduli.

Briel dan gadis lainnya yang bernama Alena Zoe hanya menonton keduanya tanpa niat menghentikan.

Alena Zoe adalah teman dekat Briel yang paling polos, Briel biasa menyebutnya sebagai temannya yang paling bodoh. Mungkin jika tidak dijaga dengan baik, bisa-bisa Alena menghilang diculik karena tingkat kewaspadaannya adalah nol persen!

"Apa papaku memarahi kalian lagi?" Ketiganya menoleh dengan serentak.

Kenzo paling depan datang mengeluh ke sumber beban dalam hidupnya, itu menurutnya.

"Asal kau tahu Briel, pagi-pagi sekali aku sudah berciuman dengan ubin rumah sakit yang dingin dan keras karena keras kepalamu semalam."

Briel mengangkat bahunya, tidak merasa bersalah.

"Bukan salahku. Kualitas mobilnya yang buruk." Melempar kesalahan kepada mobil yang telah menghilang, ketiganya memutar mata dengan kesal.

"Seharusnya kau mendengarkan perkataan Lily." Kenzo memberi petuah.

"Benar, kau seharusnya mendengarkan Lily," tambah Alena.

The Death Four [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang