Cerita berikut hanya fiksi jika ada typo, kesalahan nama karakter dan penulisan yang kurang rapi harap dimaklumi.
Happy reading!
♧♧♧♧
Kenzo, Lily dan Alena duduk saling berdempetan. Di depan mereka ada Robert Kalingga. Pria dewasa itu duduk dengan penuh aura mencekam di depan ketiganya membuat mereka saling melirik dengan cemas.
"Jadi di antara kalian tidak ada satupun yang tahu keberadaan Briel saat ini?" Ketiganya sontak menggeleng.
"Tuan Robert, kami sungguh tidak tahu di mana Briel berada sekarang. Terakhir kali kami bertemu dengan Briel hanya tadi malam." Kenzo berusaha menjelaskan. Dua gadis lainnya mengangguk menyetujui.
"Kenapa kalian meninggalkan Briel di sana sendirian?"
Perkataan bernada rendah dan tajam itu membuat ketiganya merinding ketakutan.
"Sebenarnya, kami tidak meninggalkannya di sana sendirian. Lebih tepatnya kami tidak tahu bahwa dia masih di sana."
"Jelaskan lebih rinci."
"Briel mengatakan pada kami dia sudah ingin pulang. Kami menawarkan akan mengantarnya tapi dia menolak, kami berpisah di parkiran. Kami benar-benar tidak tahu jika meninggalkannya di sana sendirian akan menjadi masalah besar seperti ini, tuan Robert."
Robert memegang kepalanya, tiba-tiba dia merasa sakit kepala memikirkan kelakuan putra satu-satunya itu.
"Baiklah, kalian boleh pergi."
"Kami akan membantu mencari Briel, tuan." Robert hanya mengangguk seadanya. Ketiganya pun berlalu dengan cepat bahkan saling dorong dengan panik.
"Tuan Robert." Asistennya, Morez datang mendekat.
"Bagaimana?"
"Pengguna akun yang menyebarkan postingan tersebut telah dipanggil ke perusahaan dan sedang ditanyai motifnya."
"Bagaimana dengan keberadaan Briel?"
"Maafkan saya tuan Robert, tuan muda saat ini belum diketahui keberadaannya."
"Anak itu!" Robert bangkit berdiri dengan kesal. Dia menyentakkan jasnya dengan kasar.
"Siapkan mobil! Kita pergi ke perusahaan sekarang."
"Baik tuan."
●●●
"Liam!"
Liam memijit kepalanya yang berdeyut sakit itu dengan pelan. Dia dibangunkan dengan paksa, setengah sadar dibawa menuju ke perusahaan dan di sinilah dia, ruang rapat agensi. Menatap ke arah layar monitor besar yang menampilkan gambar dirinya sedang berciuman mesra entah dengan siapa dan kapan.
"Liam!" Karina di depannya berdecak kesal.
"Diamlah!" balas Liam dengan cepat. Dia ikutan kesal, kepalanya makin sakit, sekarang pandangannya mulai berkunang-kunang.
"Aku tidak ingat."
Dia lupa berhenti di gelas keberapa semalam. Tidak biasanya dia kehilangan kendali seperti semalam, Liam bukan peminum yang baik, satu, dua gelas akan langsung membuatnya pusing. Apa sekiranya yang membuat dia sampai kalap dan lupa daratan, rasanya semalam terlalu nikmat, entah minuman atau sesuatu yang lain.
"Asal kau tahu saja, pria yang kau cium semalam adalah putra satu-satunya dari presdir!" Liam menoleh dengan wajah datar, jelas dia terlihat tidak perduli pada apapun yang dikatakan Karina.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Four [BL]
Roman d'amourKematian tragis dari bintang cilik Jessan Mills membawa tanda tanya besar bagi orang-orang. 18 tahun berlalu, sosok Briel Kalingga dengan matanya yang berwarna coklat terang datang mengguncang panggung hiburan. Kisah yang belum selesai, Liam Greyso...