4. Masa Pengenalan

82 11 19
                                    

Author notes :

Tinggalkan jejak temen-temen sebagai readers dengan tekan bintang dan berikan komentar baik dan santun!! terima kasih!!

(Del Luna)

***

Happy reading

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

"Halo... selamat pagi semua." Ujarku dengan sedikit ceria namun aku sangat gugup sekarang.

Serentak mereka menjawab sapaanku.

"Halo..."

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Jihan Hazellyn, bisa dipanggil Jihan, saya dari SMP Negeri 151, salam kenal semua." Lanjutku dengan lambaian tangan, setelah mendapat respons balik aku segera duduk kembali ke kursiku.

"Bangku selanjutnya, silakan ke depan." Lanjut kakak Mentor kelasku.

"Halo semua, perkenalkan nama saya Sabrina Putri, salam kenal semua".

"Okay, teman sebelah Sabrina silakan maju."

"Halo teman-teman, aku Mirasha Agaritha dari SMP Negeri 181, Salam kenal."

Semua orang kembali merespons setiap siswa maupun siswi yang maju ke depan untuk memperkenalkan diri, ada yang biasa saja, ada yang malu-malu memperkenalkan diri, ada pula yang lucu membuat kami semua tertawa akan tingkahnya yang konyol. Hampir semua aku lewatkan begitu saja, tak aku ingat semua namanya, hanya beberapa saja, mereka yang sedikit aktif.

Tapi; di pertengahan sesi perkenalan ini manikku diambil fokus oleh seseorang yang maju dari arah belakangku, kali ini aku benar-benar hanya terfokus padanya, layaknya terhipnotis oleh presensinya.

Dia seorang gadis berambut pendek dengan potongan Wolf cut short, nyaris seperti laki-laki, tapi dia seorang gadis.

Dia sedang memperkenalkan diri di depan sana. Aura yang sangat aku kenali ketika melihat dia.

Aku tak bisa melihat parasnya, tertutup oleh masker yang ia gunakan.

Benakku bertanya.

'Siapa dia?.'

Pula aku tak dapat mendengar namanya, tak jelas, suaranya sangat kecil.

Ingin sekali aku berteriak.

'Bisa diulangi tidak, aku tak mendengar namamu, keraskan sedikit suaranya.'

Tapi tak bisa kulakukan takut membuat dia semakin gugup.

Perkenalan singkatnya sudah berakhir dan dia kembali berjalan ke belakang, aku tak lagi tertarik melihat ia duduk di bagian mana, sebab sekarang aku larut dalam pikiranku sendiri.

Kembali aku melewatkan banyak perkenalan, banyak nama yang mungkin akan menjadi temanku nanti, aku hanya fokus aku harus bagaimana dan menjadi seperti apa di lingkungan yang amat asing ini.

Haruskah aku menjadi diriku sendiri seperti di SMP lalu, atau memasang topeng menipu semua orang.

"Okay, adik-adik, kita catat apa saja yang harus dibawa esok hari untuk MPLS, sebelum nanti kita di panggil untuk turun ke bawah, dicatat ya!." Kakak Kaka Mentor segera menuliskan apa saja yang harus kami bawa, tentunya dengan banyak sekali clue yang membingungkan kami.

Seperti, coklat kembar yang banyak sekali pilihannya, nasi jelek, buah upacara.

Hari pertama saja sudah seperti ini, bagaimana nanti beberapa hari ke depan, makanan seperti apa lagi yang harus kita bawa.

Memeluk Rasa SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang