Chapter 3

10 1 0
                                    

Mulai
Minggu, 16 Juni 2024
Jam : 07.42

Hani dan Saqil, pada akhirnya memutuskan untuk makan didekat meja Saskala dan kawan-kawannya, sebenarnya tadi Hani sempat menolakan tetapi Saqil memaksanya jadi disinilah dirinya duduk berdekatan dengan Saskala yang tengah tersenyum congkak kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hani dan Saqil, pada akhirnya memutuskan untuk makan didekat meja Saskala dan kawan-kawannya, sebenarnya tadi Hani sempat menolakan tetapi Saqil memaksanya jadi disinilah dirinya duduk berdekatan dengan Saskala yang tengah tersenyum congkak kepadanya.

"Biasa aja kali, gak usah senyum begitu." Hani yang sudah cengah memutuskan untuk mengatakan sesuatu yang membuat Saskala menghilangkan senyumannya.

"Suka-suka gue dong, kenapa lo yang repot sih. Oh, ya inget hukuman lo belum selesai, jadi nanti habis bel pulang sekolah lo harus tetep ada di sekolah," ujar Saskala.

"Dan jangan coba-coba untuk kabur," sambungnya yang membuat Hani memutar bola matanya malas.

"Kenapa, gue harus berurusan sama orang ngeselin kayak lo sih," sini Hani yang hanya dibalas gedigan tidak peduli dari Saskala.

Hani yang kesal hampir saja menjambak rambut ayam lelaki itu, tetapi untuknya sahabatnya Saqil yang sudah tahu akan gerak-geriknya langsung menghentikan aksinya yang ingin menjambak rambut milik Saskala.

"Dasar rambut pantat ayam." Hani langsung menyuap makanan kesukaannya dengan perasaan kesalnya dan bahkan menghina model rambut Saskala yang terdengar jelas di telinga lelaki itu.

"Apa lo bilang," tanya Saskala tidak terima dan hampir menghampiri Hani. Naren yang melihat Saskala ingin menghampiri Hani langsung dengan cepat mencegahnya karena sungguh jika dua orang ini bertengkar yang pusing mereka semua.

"Saskala, jangan cari gara-gara mulu sama Hani bisa gak sih," kesal Saqil yang sejak tadi diam memperhatikan perdebatan keduanya.

"Temen lo yang duluan, kenapa nyalahin gue," sahut Saskala tidak terima karena hanya dirinya yang disalahkan, padahal udah jelas yang cari gara-gara terlebih dahulu itu adalah Hani yang kini tengah menikmati makanannya sendiri tanpa menghiraukan keberadaan mereka.

"Sas, udah ngalah aja yang ada ribet entar." Naren mencoba untuk menenangkan sahabatnya yang tengah kesal.

Hingga pada akhirnya Saskala memutuskan untuk bungkam karena seperti yang kita ketahui jika diteruskan dirinya sendiri yang akan rugi.

Awas aja lo, batin Saskala kesal sembari menatap tajam ke arah Hani yang tampak biasa saja.

Hani, gadis itu bukannya tidak tahu bahwa Saskala tengah menatapnya dengan tajam, jelas dirinya sangat tahu, hanya saja Hani pura-pura tidak tahu saja, toh, makanan dihadapannya lebih penting ketimbang Saskala yang tengah menatap tajam dan kesal kepadanya.

Beberapa menit kemudian Hani sudah selesai dengan makanannya dan mulai beranjak dari duduknya. Saqil yang melihat Hani berdiri dan mulai pergi menyusulnya dari belakang.

"Tumben gak ribut dulu," ujar Saqil yang membuat Hani menatap bingung ke arahnya.

"Emangnya gue harus ribut dulu, kalau ribut dulu, ribut sama siapa." Saqil yang mendapatkan tatapan bingung dari sahabatnya hanya bisa menghela napasnya jengah.

Jangan Remehkan Aku ( Hinata Lokal )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang