Reuni

4 1 0
                                    

"Assalamualaikum, hai kawan-kawan." Sapa Haikal kepada Pinkan dan kawan-kawan.

"Wa'alaikumsalam, hai. Mau gua pesenin seblak gak?" Tanya Pinkan.

"Boleh, sama Azmi ya sekalian." Haikal menyetujui.

"Wokeh." Jawab Pinkan lalu berteriak memesan seblak, memang kalau urusan makanan Pinkan seperti tidak punya urat malu.

Haikal dan Azmi yang melihat Pinkan berteriak tidak tahu malu pun hanya bisa menyembunyikan wajahnya sambil terkekeh, pasalnya satu toko sudah melihat kearahnya tak terkecuali. Pinkan yang sudah lama tidak bertemu Haikal dan Azmi terlalu antusias, biasanya ia tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Kal, apa kabar?" Tanya Sintia.

"Alhamdulillah baik. Gua kan sama Azmi sepaket, satu sakit biasanya satunya juga ikutan." Jelas Haikal tanpa beban seperti sudah adat kebiasaan.

"Bisa begitu ya..." Ucap Aleah.

"Bisa lah." Jawab Azmi.

"Emang kalian kabarnya kenapa? Kok gua agak kaget ya kalian nanya kabar, biasanya peduli gak peduli gitu kan." Tanya Haikal.

"Oh jadi tuh tadi pas gue ngajar ada yang dirundung gitu, kayaknya udah masuk keperundungan deh soalnya gak ada moral sih gue perhatiin. Udah kayak babu aja." Jelas Pinkan jelas dan padat.

"Astaghfirullahadzim..." Jawab Azmi.

"Terus? Gimana lagi?" Tanya Haikal penasaran.

"Terus gue pisahin lah. Yang bener aje kaga sudi gue pas gue ngajar ada yang dirundung." Lanjut Pinkan seperti kesal.

"Iya ya, nanti lo bisa dipecat." Lanjut Haikal.

"Nah, tuh tau." Jawab Pinkan.

"Untung aja gurunya Pinkan kalau gue sih kayaknya bisa kena comeback tuh anak." Cerobot Sintia tak kalah kesal.

"Belum pernah kena ilmu mantek gue nih tuh anak." Lanjut Aleah.

"Lo punya ilmu mantek emang?" Tanya Azmi kepada Aleah.

"Gak sih." Jawab Aleah tak berdosa.

"Yee ni anak, kalau ngomong harus sesuai fakta!" Suruh Pinkan masih kesal.

"Siap bu guru Pinkan." Jawab Aleah mendadak sikapnya seperti militer.

"Kok gue merinding." Ucap Sintia.

"Kenapa?" Tanya Pinkan.

"Aleah kan biasanya panggil lo Pinky, tapi barusan dia panggil lo Pinkan." Jelas Sintia setengah berbisik.

"Woy gue ga budeg." Ucap Aleah melipat tangannya dan membuang muka malas.

"Namanya juga Aleah, sejak kapan Aleah bisa ditebak?" Tanya Pinkan peduli tak peduli seperti biasa.

"Gua masih bingung kenapa orang seperi kalian bisa satu circle." Ucap Azmi.

"Paling ge besti dari orok." Lanjut Haikal.

"Jawaban yang tepat, nak Haikal. Ini untukmu." Sintia tiba-tiba menyalakan handphonenya dan memperlihatkan angka seratus, seperti keajaiban karena terlalu pas.

"Kayak kita dong." Ucap Azmi.

"Kita mah gak dari orok banget. Agak gedean dikit." Ucap Haikal.

"Iya-in aja sih susah banget, biar kelihatan keren dikit." Azmi sedikit kesal.

"Kalau ngomong harus sesuai dengan fakta." Tegas Haikal menatap kearah Azmi. Azmi hanya terdiam karena biasanya Haikal tidak melihat kearahnya saat bicara. Kalau Haikal sudah menengok berarti sudah sangat serius.

Tidak lama pesanan mereka sampai dan langsung diberikan kepada Haikal dan Azmi. Azmi yang tidak terbiasa hanya membawa satu teman segera chatting temannya yang lain digrup.

Azmi send a photo:

Azmi send a photo:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Azmi: Kurr kurrr

Angga: Petok petokkk

Rio: Skurrr

Haikal: Perasaan gue gak melihara ayam.

Azmi: Ini bukan tentang ayam, yang pengen makan seblak bareng orang ganteng cepetan kesini! Gue sharelok nih.

Azmi send location: _tap_

Angga: Shap paham!

Rio: 2in.

Tring tring tring tring tring

"Ya Allah ini hp ngapa kaga berenti bunyi ya. Perasaan bulan ini gue cuma sedikit pesan pesanan online." Ucap Aleah kebingungan lalu mengecek handphonenya.

Pinkan dan Sintia hanya memperhatikan, mereka malas membuka handphonenya.

"Apaan Leah?" Tanya Pinkan.

"Oalah grup yang dibuat Sintia itu loh." Jawab Aleah seadanya.

"Oh." Jawab Sintia terlihat tidak tertarik.

Tak lama dua orang yang dipanggil oleh Azmi datang dan mengucapkan salam. Salam mereka dijawab oleh semua yang duduk dimeja tersebut.

"Anak pintar." Ucap Azmi.

"Perasaan gue ayam bukan anjing." Ucap Rio blak-blakan.

"Udah nurut aja, yang waras ngalah." Ucap Angga menenangkan bak malaikat karena tidak tersinggung sama sekali.

"Jadi ini peliharaannya Azmi mau seblak atau apa? Gue pesenin." Tanya Haikal.

"Gue bakso aci aja deh." Ucap Angga.

"Lo apa Yo?" Tanya Haikal lagi.

"Seblak." Jawab Rio.

"Sip lah." Lalu Haikal pergi ketempat pemesanan.

"Pangeran udah sampai disini nih ada perihal apa wahai Azmi yang terhormat?" Tanya Angga.

"Jadi begini wahai Angga yang terhormat, untuk silaturahmi aja sama teman lama. Sejujurnya gue cuma mau nemenin Haikal aja sih." Jelas Azmi.

"Oke kalau begitu, Azmi yang terhormat." Ucap Rio ikut nyambung saja.

"Oke Rio yang terhormat dan tertampan." Ucap Azmi.

Pinkan dan Sintia hanya geleng-geleng melihat Azmi dan teman-temannya. Mereka merasa Azmi tidak pantas menanyakan alasan Pinkan, Sintia dan Aleah satu circle.

"Yee segala nanyain circle gue, sendirinya aja udah kayak peternakan ayam." Ucap Aleah tanpa beban.

Jleb

Bagaikan ditusuk duri, hati Azmi yang berkilau merasa sakit. Azmi memang terlalu jujur dan polos, bahkan mungkin seumur hidupnya ia hanya mengatakan kejujuran. Tidak lama Haikal datang membawa nampan yang berisi pesanan Angga dan Rio.

"Kok mukanya pada tegang gitu sih? Udah kayak rapat aja." Tanya Haikal keheranan.

"Temen lo noh, sudah menyenggol harga diri circle gue yang sangat tinggi. Pentolannya ngamuk tuh." Pinkan memonyongkan bibirnya kearah Aleah.

"Hahaha, kalian ada-ada aja deh. Pas banget gue moodnya lagi kurang baik kesini, emang gak salah." Ucap Haikal dan dibalas tertawa ringan oleh semuanya.

AllureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang