Maju mundur syantik

4 1 0
                                    

Pinkan dan Rio duduk dibangku kosong diarea tersebut. Bila Pinkan memperhatikan dengan seksama, ternyata ia pernah bertemu Haikal saat masih sekolah dulu. Namun pada saat itu Haikal tidak memperdulikannya atau bahkan tidak mengenalnya.

***

4 tahun yang lalu, saat Pinkan masih berada dibangku SMA dan sudah mendekati ujian kelulusan. Ia memperhatikan kelas yang sangat ramai seperti ada acara dadakan. Ia penasaran ada apa disana sebab yang ia ketahui hari ini tidak ada jadwal acara atau organisasi apapun. Setelah ia cek ternyata ada seseorang yang sedang menjemput salah satu temannya yang berbeda kelas dengannya, anak itu adalah laki-laki. Ia langsung paham ketika melihat sosok pria tersebut, kenapa kelas tersebut sangat ramai sudah seperti acara santunan dadakan. The power of orang ganteng! Tanpa diketahui Pinkan ternyata Haikal juga memperhatikannya dari tempat ia berada. Pinkan yang saat itu anggota OSIS segera berbicara dengan Haikal agar keluar dari kelas dan tidak membuat keramaian, tanpa sepatah katapun Haikal langsung keluar kelas dan saat itu juga semuanya bubar.

Pinkan seketika membatin, apakah ia tidak begitu penting sampai tidak direspon sedikitpun? Atau ia tidak memiliki wibawa anak organisasi? Entahlah, Pinkan lebih memilih tidak menghiraukannya. Disisi yang lain, Haikal terus memegangi dadanya yang terus berdetak tidak karuan, ia segera pergi dari ruangan karena tidak kuat berdekatan dengan Pinkan, rasanya jantungnya mau pindah dari tempat asalnya. Ia masih saja lemah kalau soal wanita itu. Ia hanya mengambil amanah dari Azmi untuk menjemput adik laki-lakinya disekolah tempat Pinkan bersekolah. Konon katanya adik laki-lakinya adalah fansnya Pinkan, jadi cocok tuh kalo ketemu katanya.

Maksudnye ape cocok? Ngegay? Amit-amit. Haikal membatin. Sesuka-sukanya gue sama satu cewek ga bakal mau gue ngegay, sampe kiamat juga ga mau! Lanjutnya membatin.
Seketika sibuk membatin, alih-alih orang yang dimaksud sudah berada didepannya sedari tadi, ialah Pinkan.

"Permisi. Maaf ini ngejemput siapa ya? Kok orang yang dijemput ditinggal dikelas sendirian, mana udah kosong kelasnya." Tanya Pinkan keheranan.

"Oh, iya, maaf. Kelupaan." Jawab singkat Haikal dan hanya dibalas gelengan oleh Galang, adiknya Azmi.

Pinkan menahan ketawanya sampai perutnya sakit. Siapa juga yang ngejemput tapi lupa sama orang yang dijemputnya? Pasti Haikal bukan manusia, pikir Pinkan. Setelah meminta maaf Haikal pergi begitu saja sambil menuntun Galang.

***

Kembali kemasa sekarang, ketika sudah dibangku kuliah. Mereka berempat masih asik mengobrol. Memang kerjaan mereka selain nongkrong, ya ibadah. Pembicaraan mereka juga bukan pembicaraan yang sia-sia dan selalu ada maksud yang dituju, yang pasti demi kebaikan bersama. Beberapa menit berlalu, sudah saatnya mereka pulang. Semuanya pun berpamitan dan tidak berlama-lama langsung segera pulang.

Sebelum sampai kerumahnya, Pinkan berinisiatif untuk membeli beberapa keperluan, pasalnya sebulan lagi ia akan berangkat keluar negeri untuk pertukaran pengajar. Ditoserba Pinkan membeli beberapa kerudung dan jas. Ia paling suka memakai jas karena menurutnya rapi dan cocok dikenakan untuk berbagai acara.

Ia juga membeli beberapa bros cantik dan peniti. Setelah semua yang ia cari telah ia dapatkan, ia segera membayar kekasir dan menghitung total harga belanjaannya. Setelah selesai mentotal ia langsung pulang kerumahnya.

Sesampainya dirumah Pinkan merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya. Hari ini ia telah bekerja keras dan kedepannya akan lebih keras lagi. Ia harus menjaga kesehatannya dan beristirahat yang cukup. Sebelum tidur ia mengecek ponselnya melihat apakah ada notifikasi. Ternyata ada tiga pesan masuk belum terbaca olehnya. Setelah ia buka notifikasi tersebut ternyata dari Haikal.

Haikal Malik Shiddiq
Assalamualaikum.
P

P

AllureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang