05 - first quarter /1

525 58 21
                                    

Your vote and comment would be greatly appreciated, happy reading!

- S E A S O N S -

"Half of the moon is illuminated by the sun"

Reff lagu Hysteria milik Muse itu setidaknya sudah 3 kali terputar di ponsel Jean. Hebatnya, volume keras sekaligus genre hard rock itu sama sekali tak mengusik keduanya yang tersandra dalam mimpi.

Kedua persepupuan itu masih asik bergumul dibalik selimut tebal sekaligus terbuai dalam belaian diffuser aromaterapi.

Hingga akhirnya kelopak Natha terbuka segaris. Kernyitan pada dahinya tak mampu membohongi bagaimana perihnya mata itu kala diterobos oleh cahaya yang memaksa masuk.

"Ck.", Natha berdecak, telinganya sakit kala harus beradaptasi dengan alarm Jean yang semakin keras menggema memenuhi ruangan. Di tengah keterusikkan itu, Natha menggerakkan jemarinya untuk mengambil bantal yang berada di bawah kepalanya guna menyumpal telinganya.

Namun sayang jalan itu tak berhasil, suara Matthew Bellamy masih menembus daun telinganya. Kesialan Natha ditambah dengan sesaknya napas karena bantal yang menutupi wajah.

Ini masih pagi dan emosi Natha sudah bergejolak. Betapa kesalnya pagi yang indah ini harus dihancurkan oleh alarm Jean.

Dengan wajah merengut dan bibir yang bersungut-sungut, Natha menyingkirkan bantal dan menoleh pada sepupu yang tidur di sampingnya.

Whoaaa, Natha terperanga kala sorot matanya melihat pemilik alarm tersebut masih menutup mata tenang sekaligus mengeluarkan dengkuran.

"Je, alarm..", bisik Natha dengan suara serak khas bangun tidur.

Tidak ada sambutan dari ucapan Natha, membuat ia semakin ingin memaki. Jean malah berubah posisi memunggunginya yang otomatis membuat selimut di atas Natha ikut tersingkap.

"Je matiin, brisik!", omelnya. Kali ini Natha sudah kehabisan kesabaran, ia mengangkat kakinya lalu menendang paha Jean.

"Eunggghh...", Jean hanya melenguh dan kembali pada tidurnya.

Tak ada solusi untuk menghentikan alarm itu, Jean tak bangun dari tidurnya dan Natha terlalu malas untuk mencari keberadaan ponsel Jean.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya. Membuat bibir Natha terangkat karena membayangkan bagaimana reaksi Jean. Pasti lucu. Ide yang tidak mungkin gagal, menurutnya.

Natha menggerakan tubuhnya perlahan mendekati telinga Jean untuk membisikkan sesuatu, "Je.. tolong sesek banget.."

Prediksi berhasil, tidak membutuhkan 5 detik untuk membuat Jean terperanjat dari tidurnya dan terduduk menghadap Natha. "Ha-h sak-it ap-a ma-u ke rumah ok-sigen", ucap Jean tidak nyambung dan berantakan. Ditengah matanya yang merah dan menyipit, sorot matanya menandakan kekhawatiran.

Natha spontan tertawa kala di suguhi mimik Jean yang kalang kabut, "Matiin anjir alarm lo berisik", ucap Natha sembari mengambil ponsel miliknya di nakas.

Lelaki dengan rahang tegas itu terdiam, ia tidak mengindahkan perkataan Natha. Matanya yang merah terus mengerjap karena perih tak tertahan. Jean masih memproses situasi yang terjadi.

"Lo-apa, dadanya sakit?", suara Jean masih terdengar parau. Ia terus mengkonfirmasi apakah yang ia dengar barusan nyata atau halusinasi belaka. Namun melihat Natha sekarang yang bersantai sambil memainkan ponsel membuat Jean kebingungan.

Dengan mata yang terkunci pada ponsel, Natha melirik Jean sekilas, "Makannya tidur tuh kira-kira, kebluk banget kayak orang pingsan. Itu alarm lo berisik."

Seasons | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang