(Chapter ini berisi flashback!)
Pagi itu, rumahku terlihat sangat normal dan hari berjalan seperti biasa. Ibu sibuk membuat sarapan di dapur dan juga dibantu oleh Bibi Maria. Papah terlihat sedang membaca koran sembari menyesap kopi kesukaannya. Aku yang baru terbangun, menuruni anak tangga dengan lemas dan lesu. Ibu melihatku kemudian tersenyum kecil.
"Sudah bangun, sayang? Ayo sarapan dulu, terus mandi dan berangkat sekolah"
"Baik Bu"Aku memakan sarapan ku dengan lahap. Nugget goreng yang masih hangat dan nasi adalah sarapan favorit ku. Tidak perlu bertanya dimana sayurannya, ketika aku masih kecil, benda hijau itu adalah musuh bebuyutan ku.
"Ibu ibu!"
"Ada apa sayang?"
"Nanti pulang jadi pergi ke Mall kan?"Ibu terkekeh kecil dan mengangguk.
"Iya sayang~ kau ini benar-benar tidak sabar berbelanja hm?"
"Iya dong! Lia mau beli baju sama boneka yang banyak!"Papah yang mendengar hal tersebut ikut tertawa dan mengelus rambutku pelan.
"Lia kan sudah punya banyak boneka. Masih mau boneka lagi?"
"Tapi Lia belum punya boneka singa, gajah, sama ikan! Lia mau beli yang itu!"Ibu dan papah saling menatap satu sama lain. Mereka kembali tersenyum.
"Ya sudah, nanti papah kasih uang buat Lia beli boneka ya? Sekarang, kamu mandi terus berangkat sekolah"
Aku mengangguk dengan semangat. Tentu saja! Aku akan mendapatkan boneka baru! Aku akan punya teman baru. Entah sudah berapa banyak boneka yang bertumpuk di kamarku. Namun aku tak peduli. Karena mereka yang selalu menemani ku bermain dan juga tidur.
Dan hari itu aku berangkat sekolah dengan senang dan riang.11.00
"Ibu kemana sih? Lama sekali~ Lia bosan menunggu"
Aku menunggu dengan tak sabaran di depan pintu gerbang sekolah ku. Wajahku sudah mulai masam dan bibirku mengerucut sebal. Tak lama kemudian, terdengar suara klakson mobil. Seketika mataku berbinar bahagia.
"Ibu! Ibu! Sini!"
Ibu memarkirkan mobil nya dan turun menghampiri ku. Ibu menggendong ku dan langsung membawa ku menuju ke mobil.
"Sudah siap berbelanja terus beli boneka?"
"Siap!"Ibu tersenyum kecil kemudian menaruh ku di kursi penumpang. Ibu ku duduk di kursi kemudi. Tentu, ibu ku sangat hebat bukan? Dia bisa menyetir mobil sendiri!
"Kita belanja kebutuhan dulu ya? Baru kita melihat-lihat boneka"
"Baik bu! Yang penting Lia dapet boneka!"Sekitar 15 menit perjalanan, kita sudah sampai di sebuah mall besar di tengah kota. Aku dan ibu segera masuk dan berbelanja. Semuanya berjalan lancar. Bahkan aku mendapatkan semua boneka yang aku inginkan.
"Hah~ akhirnya selesai juga"
Ibu menenteng beberapa tas belanja dan berjalan terburu-buru menuju parkiran mall. Aku mengikuti ibu dari belakang sembari memakan es krim dan memegang balon. Tak terasa ibu berjalan jauh di depan ku. Aku masih fokus memakan es krim ku. Karena terlalu fokus, tanpa kusadari aku melepas pegangan ku pada tali balon.
"E-Eh balon ku!"
Aku mengejar balon tersebut dengan cepat. Aku hanya fokus mengejar balon hingga tidak memperhatikan sekitar. Suara klakson motor dan mobil tidak ku hiraukan. Padahal saat itu parkiran benar-benar ramai.
"Lia ayo mas- LIA! LIA KAU DIMANA?"
Ibu terlihat panik. Semua tas belanja di letakkan begitu saja di dalam mobil. Ibu mencari sembari berlari di area parkiran.
"Ish! Kenapa balonnya semakin jauh?"
Tanpa menghiraukan panggilan dari ibu dan suara bising lainnya, aku hanya fokus untuk mengejar balon ku yang terbang. Terdengar suara klakson besar yang memekakkan telinga. Disitulah aku tersadar bahwa sudah berlari terlalu jauh. Aku berhenti dan terdiam. Ketika aku menoleh ke samping, sebuah minibus berjalan mundur dengan cepat.
"LIA AWAS!"
Aku menutup mataku dan hanya bisa menangis. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba aku merasa tubuhku terdorong ke depan dengan kencang. Aku merasakan sakit akibat menghantam lantai parkiran. Namun semuanya tidak dapat ku cerna. Karena setelah itu, semuanya ramai dan bising, orang-orang berkumpul tepat di mana minibus tadi akan menabrak ku. Aku tidak sanggup, hingga mataku terpejam dan tidak mengingat apapun lagi.
"Ibu..."
Aku mencoba membuka mataku yang terasa sangat berat. Ruangan yang asing dan bau obat yang menyengat menembus hidung ku. Melihat ke sekitar, ternyata ada Bibi Maria yang terduduk lemas di samping kasur tempat aku terbaring.
"Non? Non Lia sudah bangun? Syukurlah. Non Lia butuh sesuatu?"
"Air..."Bibi Maria mengangguk dan segera mengambil segelas air. Aku meminum air itu dengan susah payah. Aku memang tidak melihat luka yang parah di tubuhku. Hanya beberapa lecet dan memar.
"Bibi..."
"Iya non? Mau makan?"Aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum lemah.
"Lia ga laper. Lia mau ketemu ibu. Ibu dimana?"
Seketika senyuman di wajah Bibi Maria hilang, setitik air mata menetes. Aku menyadari hal itu dan mulai sedikit panik.
"Bi? Bibi kenapa nangis? Lia cuma tanya ibu dimana"
Bukannya menjawab, tangis Bibi Maria semakin menjadi. Aku tidak tau apa yang terjadi, aku hanya mencoba menenangkan Bibi Maria. Saat itu, ku pikir Bibi Maria masih kaget dengan apa yang terjadi padaku. Tetapi...
Keesokannya...
"Bibi, kenapa ibu tidak bangun? Kenapa ibu masih tertidur? Kata ibu, ibu berjanji akan mengajak Lia main ke mall"
Mendengar ucapan anak berusia 6 tahun yang mengira bahwa ibunya sedang tertidur pulas didalam sebuah peti putih berhiaskan karangan bunga, Bibi Maria hanya bisa terdiam."Bibi! Jawab dong! Bibi jangan ikutan diam kayak ibu! Bibi tolong bangunkan ibu! Ibu tidak mungkin tertidur terus kan?"
Bibi Maria tak kuasa lagi menahan air matanya. Dia memeluk ku dengan erat dan berbisik lirih."Non, ibu tidak akan bangun lagi"
Semenjak saat itu, mimpi buruk mulai merambat ke dalam kehidupan ku. Setelah kepergian ibu, suasana rumah menjadi suram. Papah hampir tidak pernah keluar kamar kecuali ada kepentingan mendesak. Itu pun papah hanya melengos begitu saja. Tidak ada pembicaraan dan sapaan hangat yang biasanya di ucapkan setiap papah akan pergi. Tak hanya hal itu, papah juga semakin menyeramkan. Setiap aku muncul di hadapan papah, papah akan mencaci maki diriku dan memukul ku. Menyalahkan diriku atas kepergian ibu ku untuk selamanya. Semenjak itu, satu-satunya orang yang tulus mencintai ku hanyalah Bibi Maria. Yang tulus merawat ku dan menganggap ku seperti anaknya sendiri.
Terimakasih ku kepada Bibi Maria dan ibu. Bu, semoga engkau tenang disana. Doakan Lia bisa menjadi anak yang baik dan membanggakan kalian. Lia akan terus menyayangi ibu. Dan satu lagi, Lia juga sangat merindukanmu ibu.
-Bagian 10 Finish-
Hey hey! Aku comeback setelah sebulan(?) ya ga sih? Wkwk. Maaf banget molor. Karena emang bener² lagi sibuk. And yes, Alhamdulillah aku berhasil lolos UTBK dan lagi sibuk buat daftar ulang hehe. Doakan semoga pendidikan ku lancar ya💐
Dan terima kasih banyak buat 1,2k pembaca, walaupun tak sebanding sama vote nya tapi gapapa, aku tetep bersyukur.
Btw, enjoy dan jangan lupa klik vote kalau kamu suka🥰💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Issues and You
Romansa"Saya terlalu tua untuk kamu" "Walaupun saya masih muda, saya bisa mencintai selayaknya orang dewasa!" Sejauh apapun jarak diantara kita, aku akan tetap mengejar mu. Sesulit apapun rintangan yang harus ku hadapi. ❗ATTENTION! THIS STORY CONTAINS A QU...