bab 14: Trauma yang kembali teringat #1

392 42 8
                                    

Happy Reading

Di sebuah ruangan gelap, sangat gelap hampir tidak ada cahaya di ruangan itu, ada seorang anak laki laki yang duduk memeluk lututnya dengan bola di samping tubuh mungil nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan gelap, sangat gelap hampir tidak ada cahaya di ruangan itu, ada seorang anak laki laki yang duduk memeluk lututnya dengan bola di samping tubuh mungil nya. Dia menangis dan terisak kecil.

"K-kenapa.. kenapa tidak ada sama sekali yang mau menolong atau peduli padaku.. kenapa..?" Gumam anak kecil itu

Michael kaiser, nama anak itu. Dia hidup dengan depresi dan didikan keras dari kedua orang tuanya, kedua orang tuanya sama sekali tidak peduli pada kaiser karena menganggap kaiser adalah anak sialan tidak berguna.

Setiap hari mereka pasti punya cara untuk menyiksa kaiser, walau sering di siksa tak ada yang peduli padanya, di mata semua orang yang kaiser temui ia adalah sampah yang tidak bisa di daur ulang.

_____________________

Saat ini kaiser sedang berada di kelas, sekolah seperti biasa mengejar nilai yang sebenarnya tidak bergerak sama sekali, tatapannya selalu kosong dan tidak ada semangat. Tapi, beruntung ia punya seorang teman yang mau berteman dengan orang aneh seperti dia.

"Kaii! Tau gak sihh? Ness tadi beli roti dan di gratisin satu lagi sama ibu kantinnya! Kai mau gak? Enak lhoo" Ucap sekarang anak kecil seumurannya yang bernama Alexis Ness.

Kaiser hanya meliriknya dan menggeleng.

"Aku tidak lapar, terimakasih." Balas kaiser

"Ehh, gak boleh gitu nanti kamu sakit, Ness tau kai gak di kasih makan sama dua orang itu, makanya ini makan ya!" Ujar Ness lagi dan menyodorkan roti isi pada kaiser

Kaiser menghela nafas dan menerima roti itu, ia juga lapar. Tak mungkin menahannya hingga besok, kaiser membuka bungkusan roti itu lalu memakannya bersama Ness yang duduk di sebelahnya dengan senyuman manis senantiasa hadir di bibirnya.

Kadang kaiser bingung, kenapa orang sepertinya bisa mendapat teman sebaik Ness? Ingin bertanya pada Ness tapi jawaban Ness selalu "Kan kamu juga manusia, manusia adalah makhluk sosial jadi mau bagaimana pun sikap mu aku akan tetap menjadi teman mu karena kau pantas mendapat teman!" Yah begitulah.

Menurut kaiser tidak masuk akal tapi ya sudah.

Singkat cerita bell pulang sekolah berbunyi, ini yang paling kaiser benci, ia ingin berada di sekolahan saja atau di tempat lain asal jangan di rumahnya.. tapi kaiser tidak bisa, pasti jika pulang terlambat besok nya di sekolah ia pasti akan babak belur.

Kaiser berjalan keluar gerbang lalu mendapati Ness yang mengikutinya, ia menoleh kebelakang dan berhenti.

"Ness, jangan ikut." -Kaiser

"Setidak nya biar aku mengantarmu sampai di depan rumah." -Ness

"Kau akan di pukul oleh ayah ku jika datang ke sana, pulanglah." -Kaiser

"Tidak apa apa, ayo pulang bersama!" -Ness

"Terserahlah.." Ucap kaiser yang langsung berjalan di depan Ness

Ness tetap mengikutinya dari belakang dan mereka berjalan bersama, hening sejenak karena belum ada yang memulai pembicaraan. Sampai akhirnya keheningan terpecah.

"Kai, kenapa kamu tidak kabur saja dari rumah?" Tanya Ness tiba tiba yang membuat kaiser berhenti berjalan

"Kau pikir akan semudah itu? Aku akan tinggal di mana? Bersama gelandangan?" Ujar kaiser dengan suara dinginnya yang selalu Ness dengar

"Bersama ku." Celetuk Ness tiba tiba yang membuat kaiser menoleh kearahnya dengan tatapan kesal

"Tidak usah bercanda dasar bodoh." -kaiser

"Aku tidak bercanda." -Ness

"Sudahlah, apapun yang terjadi walau mereka tidak menyayangiku mereka tidak akan membiarkan aku pergi dari rumah itu." -Kaiser

"T-tapi kai—"

"Shut up."

Kaiser lanjut berjalan menuju rumah nya dan tak terasa ia sudah sampai di depan rumahnya, Ness masih mengikuti tapi agak jauh, melihat kaiser yang sudah sampai ia berbalik dengan perasaan sedih dan tak enak karena tidak bisa membantu kaiser.

Kaiser menarik nafas dan bersiap masuk ke dalam rumah yang bagai neraka menurutnya, ia pun memutar kenop pintu lalu masuk, cahaya nya remang remang dan tidak ada siapapun dia melirik kearah sebuah kandang lalu tersenyum kecil.

"Meong!"

"Hai kiyo.. kamu sudah makan?" Ucap kaiser dengan senyuman kecil lalu membelai kepala kucing peliharaan kesayangannya

Kucing itu mendengkur dan mengusap usapkan kepalanya ke tangan kaiser yang lembut.

"Hehe.. sepertinya kiyo ku ini lapar." Kaiser menggendong kucingnya lalu berjalan menuju tempat di mana ia meletakkan makanan kucing. Lalu ia menaruh nya di tempat makan khusus kucing dan kiyo pun makan dengan lahap.

Kaiser tersenyum melihat ia makan dengan lahap, tangannya tidak berhenti membelai kiyo dan perlahan air mata mulai jatuh dari ujung matanya, kaiser mengusap itu dan menghela nafas. Ia tidak boleh sedih di depan kiyo

Namun kiyo tau jika majikannya sedang sedih jadi dia berhenti makan sejenak lalu mengusap usap kepalanya di kaki kaiser dengan suara khas kucing nya yang lucu.

"Tidak apa apa kiyo, jangan khawatir kau makan saja." Ucap kaiser dengan suara lembut, lalu ia melihat sekeliling rumahnya sepi tidak seperti biasanya.

Tapi setelah beberapa lama kemudian pintu depan terbuka dengan sedikit kuat lalu ada suara keras dan melengking yang memanggil nama kaiser.

"Michael! Kemarilah dasar anak sialan!" Itu suara ibunya.

Kaiser segera turun dari tangga dan menemui sang ibu yang memasang wajah marahnya, kaiser tidak tahu apa lagi salahnya kali ini..

"Iya, kenapa ma?" -Kaiser

"Cepat ambilkan saya wine dan rokok."

Kaiser segera mengangguk ia berlari kearah dapur dan mengambil sebotol minuman keras dan rokok yang ada di meja dapur lalu berlari menghampiri sang ibu yang sudah duduk di sofa.

Kaiser mendekat dan meletakkan botol berisi minuman itu dan rokok beserta koreknya di meja depan ibu nya duduk.

"I-ini ma.." -kaiser

"Kerja bagus, sekarang pergilah kau mengganggu pemandangan."

Kaiser hanya mengangguk lalu kembali di tempat kiyo berada, ia sudah selesai makan dan kaiser tersenyum lalu menggendong kiyo dan membawanya ke kamar.

Di kamar kaiser meletakkannya di kasur lalu bermain dengan kiyo, senyumannya manis seperti tidak ada beban dalam hidupnya.

___________

TBC

Suka: vote and comment
Oke??

He Is Number One In My Heart. - ISKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang