Bab 2 Situasi Yang Rumit

89 8 0
                                    

Hari ini begitu melelahkan, seminggu lagi penilaian tengah semester 2 akan berlangsung. Royan berjalan menyusuri lorong sekolah seorang diri untuk mencari ketenangan dari berbagai macam pikiran yang mengusik. Langkahnya terhenti ketika ia merasa ada lemparan kecil mengenai pundaknya.

Setelah dicek lagi, itu sebuah kertas lusuh bercampur tanah, seperti kejadian tadi malam. Ia segera mengambilnya lalu membuka secarik kertas itu. Tak disangka, tulisan itu persis tak ada bedanya. Cepat-cepat ia buang kertas itu dan kembali ke kelas.

Kenapa sekarang gua diteror lagi!!!

"Minggu depan udah ujian!!! Aelah gua paling males buat belajar!" gerutu El, disambut tawa receh dari Aini.

"Lo 'kan pinter. Kadang bilangnya nggak belajar, tapi nilainya diatas rata-rata!" timpal Aini, dengan eskpresi cemberut sekaligus iri hati.

Datang tak diundang, Eka yang tadinya sibuk melamun dengan ditemani lagu galau. Kini bergerak untuk bergabung dalam pembicaraan ini. Ya, begitulah kira-kira, mungkin tujuannya agar lebih dekat dengan Aini.

"Urusan itu mah gampang! Kecil bagi gua buat menyelesaikan ujian itu dengan benar," ucapnya berbangga diri sambil tangannya bersedekap didada.

Dinanti yang mendengar perkataan yang dilontarkan Eka barusan. Langsung memicingkan kedua matanya, "Lawan dulu noh si Dwi!"

"Tidak, tidak! Gua nggak bakal bisa ngelawan suhu itu," imbuhnya, dengan nada sedikit menyindir sebelah ceritanya.

"Terserah."

*****

Malam ini rasanya hening sekali, hanya terdengar gesekan ranting kayu yang terkena angin malam. Jendela kamar sengaja ia buka agar udara dingin bisa masuk kedalam kamarnya. Kepalanya terus menerus dilanda keresahan akibat teror yang berasal dari kertas itu.

Royan masih belum tau siapa yang menyebabkan teror itu muncul akhir-akhir ini, bukan kebetulan saja kertas itu ada- tapi kejadian ini sering ia dapatkan ketika menjelang ujian sekolah. Ia menghela nafasnya berat, menenangkan pikiran yang berkecamuk itu.

Kok gua belum bisa liat, ya? Padahal setiap ada kejanggalan, pastinya gua bisa tahu. bisiknya dalam hati.

Batinnya terus bertanya pada alam bawah sadarnya, apakah energi tersebut terlalu kuat? Sehingga ia belum bisa menemukan jawaban? Segala hal yang menjurus kepada hal-hal yang berbau problematis atau yang dikenal mistis.

Tiba-tiba saja hawa yang semula dingin sekarang menjadi gerah, bahkan pendingin ruangan yang ada di kamarnya tak kerasa sedikitpun. Kerah bajunya dikepak-kepakan untuk memberikan efek sejuk. Royan tersentak kaget disaat jendela kamar tertutup dengan kencang.

Royan bangkit dari tempat tidur berencana untuk keluar kamar, sesaat tiba di didepan pintu, badannya tak bisa digerakkan. Apalagi buat menggerakkan kepala pun rasanya kaku. Angin berhembus dari belakang yang entah darimana datangnya.

"Terimalah tawaran itu!" suara bentakan keras itu mampu membuat Royan sedikit ketakutan. Pasalnya ia tidak bisa melihat itu siapa.

"Anda siapa!!!" untuk mengucapkan kata pun

Terdengar suara tertawa yang menggelegar. Sosok itu kini memegangi kepala bagian belakangnya Royan, hingga membuat Royan mendongak belakang sambil menatap detail wajah sosok itu dari dekat. Bahkan kini badannya sudah bergetar hebat dengan keringat yang bercucuran.

"Ingat dengan surat itu? Surat itu merupakan surat untuk membantu kamu untuk bisa mengalahkan Dwi, kedengkian yang dihasilkan oleh hati manusia akan didengar oleh bangsa iblis!!!"

"Seseorang yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan manusia lain akan mudah dimanfaatkan. Jika tawaran itu tidak diterima, maka temanmu dalam bahaya!!!"

Setelah menyampaikan pesan tersebut iblis itu pun pergi. Tubuhnya terasa lemas untuk sekedar digerakkan, alhasil ia bersandar pada dinding. Tangannya mengacak-acak rambut, bagaimana bisa yang selama ini meneror dirinya ternyata sesosok IBLIS LEVIATHAN.

Anjing!!! Kenapa gua jadi kena incaran gini, sih!!!

Masih berada pada sandaran dinding, pikiran tentang ucapan tadi masih mengrogoti bayang-bayangnya. Ia mengusap wajahnya kasar, ia harus bisa keluar dari ini semua. Dan ia curiga dengan satu nama yang disebutkan oleh iblis itu, siapa lagi kalau bukan Dwi. Royan harus berbicara empat mata dengannya, sehingga permasalahan ini cepat selesai.

Mungkin sekarang waktunya untuk fokus belajar, masalah tadi ia lupakan dulu. Ia sempat curiga dari awal masuknya murid pindahan itu, tapi kenapa ia tidak bisa merasakan apapun. Daripada meneruskan persepsi dari pertanyaan yang ada di otak, lebih baik ia mengistirahatkannya tubuhnya.

*****

Hari ini mungkin hari untuk serius, karena ujian akan berlangsung beberapa menit lagi. Royan tak disangka satu kelas dengan Dwi dalam proses penilaian tengah semester 2, ia sangat yakin kalau peringkat nya naik dari sebelumnya.

"Anjirrr!!! Gua lupa belum belajar, cok!!" seru Eka dengan wajah khas paniknya.

"Serahkan aja kepada yang maha kuasa, hari ini gampang kok. Mapel kimia doang 'loh," ejek El, kalimat itu sukses membuat Eka geleng-geleng pusing.

Rafi menapuk pelan pundaknya Eka, "Lagian lo nggak perlu belajar juga udah pinter."

"Heh!! Bangku lo juga depan-belakang ama Ipin kok ribet!" kali ini Lidya ikut menimpali. Ya, memang posisi bangkunya agak sedikit jauh dari murid pinter-pinter.

Bel masuk pertanda ujian sudah berbunyi, semua murid yang berada di luar kelas kembali masuk kedalam untuk melaksanakan ujian. Kali ini Royan akan mengawasi gerak-geriknya Dwi dari kejauhan, karena ia masih teringat oleh perkataan iblis itu.

Setengah jam berlalu tidak ada sesuatu yang janggal, ketika ia hendak mengumpulkan kertas ujian nya. Niatnya terhenti, karena Royan melihat Dwi sedang melakukan interaksi bukan dengan manusia melainkan dengan iblis yang semalam datang ke kamarnya.

Iblis itu? Mengapa ia berada disebelahnya Dwi?? Dan kenapa lama sekali seakan terlihat seperti berbisik-bisik? Gumamnya lirih kemudian bangkit dari bangkunya untuk mengumpulkan kertas ujian nya.

Tak berselang lama, bunyi bel pulang sekolah telah berbunyi. Kini Royan sedang berada di kantin sambil menunggu Eka yang belum juga beres menyelesaikan ujian mapel kimia. Bahunya ada yang menapuk, setelah dilihat itu Eka.

"Eh pin, tadi pas ujian, Lo ngeliat apaan? Kok sorot mata lu tajam banget pas ngeliat kearah Dwi?" tanyanya sambil menarik bangku yang agak jauh untuk duduk.

"Gua ngeliat sesuatu, Ka." nadanya kini mulai parau. Ia menghela nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Tadi waktu gua lagi ngerjain soal easy, gua liat ada bayang-bayang yang mendekati Dwi. Gua kira itu cuman halusinasi gua doang, setelah gua perhatiin dengan seksama, sosok itu tiba-tiba berubah menjadi iblis dan gua kenal. Dia adalah Leviathan!!!! Gua sampe lemes banget waktu tadi. Gua cuman takut ada apa-apa yang menimpa Dwi," sambungnya dengan menjelaskan kejadian yang ia lihat tadi.

"Anjing! Seriusan lo, Pin???" Eka terlihat panik sekarang setelah mengetahui kalo Dwi sedang berurusan dengan hal yang membahayakan nyawanya.

"Lo tau sendiri 'kan gua itu bisa liat begituan?"

*****

TBC


JANGGAL (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang