Aleena, disibukkan dengan persiapan untuk mengadakan reuni keluarga. Suasana di rumah terasa berbeda. Alexander dan Axel yang biasanya bertengkar, kini sesekali terlihat mengobrol bersama.
Aleena memanfaatkan momen ini untuk mengenal kedua anaknya lebih dalam. Dia berbincang-bincang dengan mereka,menanyakan hobi dan cita-cita mereka. Dia ingin mereka merasa nyaman bercerita apapun padanya.
Axel, si anak bungsu,ternyata memiliki bakat menulis. Dia sering menulis cerpen di waktu luangnya. Aleena mendorongnya untuk terus berkarya dan berjanji akan mengirimkan karyanya ke majalah remaja.
Alexander, si anak sulung, ternyata jago bermain basket. Dia bercita-cita menjadi pemain profesional suatu saat nanti. Aleena mendukung cita-cita tersebut dan mengajaknya berlatih basket di halaman belakang rumah.
Suasana kekeluargaan ini perlahan terbangun. Aleena bersyukur atas perubahan positif yang terjadi pada kedua anaknya.
Hari reuni keluarga pun tiba. Clara dan ayah anak-anak, yang bernama Vincent Robert, datang ke rumah dengan rasa canggung. Alexander dan Axel terlihat tegang, namun mereka berusaha bersikap sopan.
Aleena membuka acara dengan sambutan singkat. Dia meminta maaf atas kesalahan Elena di masa lalu dan berharap agar mereka bisa memulai awal yang baru.
Suasana hening menyelimuti ruangan. Vincent terlihat ingin berbicara namun ragu-ragu. Clara yang akhirnya memecah keheningan.
"Maafkan aku," kata Clara dengan suara bergetar. "Aku tidak bermaksud menghancurkan keluarga kalian."
Axel bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Clara. "Tidak apa-apa, Tante Clara," katanya lirih. "Aku sudah memaafkan Tante."
Air mata mengalir di pipi Clara. Dia memeluk Axel dengan erat. Vincent pun menghampiri Alexander dan mengulurkan tangannya.
Alexander ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya menjabat tangan Daddy nya. Wajahnya datar, namun tidak terlihat kebencian di matanya.
Aleena tersenyum lega. Akhirnya, reuni keluarga ini bisa berjalan dengan lancar. Meski masih ada rasa canggung, namun mereka sudah berani membuka komunikasi dan saling memaafkan.
Malam harinya, setelah acara reuni selesai, Aleena duduk termenung di balkon. Dia menatap langit malam yang berbintang.
Entah sampai kapan dia akan terjebak dalam tubuh Elena. Dia rindu kehidupan lamanya sebagai pembunuh bayaran, meskipun itu kejam dan penuh bahaya.
Namun, disisi lain, dia mulai merasakan kehangatan keluarga yang selama ini tidak pernah dia miliki. Dia merasa sayang pada Alexander dan Axel, dan dia ingin melihat mereka bahagia.
Tiba-tiba, suara langkah kaki memecah keheningan. Axel berdiri di belakangnya, menatap langit malam dengan tatapan melamun.
"Sedang apa, mom?" tanya Axel lembut.
Aleena tersenyum. "Mommy sedang menikmati malam yang indah," jawabnya.
Axel duduk di samping Aleena. "Mom, apa mommy pernah menyesal menjadi ibu kami?"
Pertanyaan Axel membuat Aleena tersentak. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.
"Dulu, mommy pernah menyesal. Tapi sekarang, mommy bersyukur bisa menjadi ibu kalian," kata Aleena sambil mengelus kepala Axel.
Axel memeluk Aleena erat-erat. "Terima kasih, mom. Karena sudah mau menjadi ibu yang baik untuk kami."
Aleena membalas pelukan Axel. Di saat itu, dia berharap bisa selamanya bersama anak-anak ini, meskipun dia terjebak dalam tubuh dan kehidupan orang lain.
Masa depan masih menjadi misteri. Akankah Aleena bisa kembali ke kehidupan lamanya? Atau akankah dia terjebak selamanya dalam dunia novel ini sebagai ibu dari Alexander dan Axel?
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA | Being The Mother Of Two Important Characters
Short Story[ Has stopped to continue ] PLEASE DO NOT PLAGIATE?!! ────────────────── Start : 23/03/2024 End : - ────────────────── Aleena, wanita anggun dan tenang berusia 43 tahun, menyimpan rahasia kelam. Dulu, dia adalah buronan internasional, pembunuh bayar...