cara pdkt tuh gimana

142 15 1
                                    

Jongseong turun dari motornya setelah selesai parkir di halaman sekolah. Hari ini ia berangkat pagi sekali. Takut jika telat sedikit awan sudah buru buru tumpahkan muatannya ke tanah.

Jongseong berjalan beriringan bersama temannya Heeseung. Mereka berangkat bersama tadi, dengan motor sendiri sendiri. Jongseong tertawa cekikikan saat mendengar cerita Heeseung tentang mantannya di cafe.

"Udah putus tapi dia marah pas liat gue jalan bareng Karina!" begitu katanya.

Jongseong cuma bisa tertawa. Tak sedikit pun merasa iba dengan Heeseung yang harga dirinya jatuh di depan umum. Pasti sekarang ini ia sudah di cap sebagai buaya darat tukang selingkuh. Belum lagi tanggapan Karina yang entah masih mau lanjut pdkt dengannya atau tidak.

"Awas aja kalo gue ketemu Kazuha, kakinya gue plintir sampe gabisa main balet lagi!" Heeseung bersungut-sungut.

Mereka berdua sudah jadi pusat perhatian sekarang. Salahkan Heeseung yang kalau bicara macam toa. Jongseong tau kalau ia punya suara merdu, tapi apa tidak bisa  volume nya di kecilkan.

Jongseong mendorong tubuh Heeseung setelah mereka sampai di lorong. Heeseung menoleh kebingungan. Kelas mereka kan sama? Kenapa Jongseong pergi kearah lain.

Tapi ia tak mau ambil pusing. Heeseung mau buru buru masuk kelas dan bertemu Karina. Ia masih punya tugas buat menjelaskan siapa wanita kemarin yang menganggu kencan mereka.

Sementara itu Jongseong saat ini tengah berasa di depan kelas MIPA 1. Kelas yang di tempati Sunghoon. Iya, Sunghoon si teman kucing yang 2 bulan ini terus sita perhatiannya.

Jongseong celingukan, mencari setidaknya satu orang yang ia kenal. Dan untungnya Ningning berada disana. Jongseong langsung mengangkat tinggi tangannya, memanggil Ningning supaya mendekat kearahnya.

"Apa?" Ningning bertanya sengak.

Memang begitu tabiatnya, Jongseong sudah tidak heran.

"Sunghoon.. Ada ga?" Jongseong bertanya malu malu, telinganya bahkan sampai memerah.

Ningning menyilangkan tangannya di depan dada. Memandang Jongseong dari atas sampai bawah dengan curiga. Ada gerangan apa laki laki ini menanyai Sunghoon.

"Sunghoon belum berangkat, balik sana ngapain nyasar kesini."

Jongseong menghela nafas sedih. Gagal sudah niatnya. Padahal Jongseong sudah jauh jauh membeli tiramisu dan sebotol vanilla latte dari cafe temannya, Wonyoung. Dari pemantauan Jongseong selama 2 bulan, Sunghoon amat suka dengan rasa kopi. Makanya ia inisiatif membelikan Sunghoon semua ini.

Jongseong memilih berbalik tanpa mengucapkan apa apa lagi pada Ningning. Biarlah tiramisu dan vanilla latte nya ia makan sendiri. Mungkin belum waktunya ia bertemu dengan Sunghoon.

-

Jika ada penghargaan orang paling pantang menyerah, Park Jongseong harus masuk nominasi dan memenangkan juara pertama. Terbukti dari bagaimana gigihnya dia cuma buat sekedar bicara dengan Sunghoon.

Minggu pertama ia sudah gagal lantaran Sunghoon tidak berangkat. Minggu berikutnya Jongseong yang tak sempat. Lalu minggu berikutnya lagi Sunghoon malah sengaja menghindar dan takut dekat dengannya.

Hey Jongseong tidak menggigit kok. Ia kan cuma mau memberikan tiramisu dan vanilla latte untuk Sunghoon. Kenapa anak itu terus ketakutan seperti bertemu hantu saat berhadapan dengannya.

Jongseong sudah muak memakan semua kopi itu karena Sunghoon terus terusan menolaknya. Ia memang pernah dengar kalo Sunghoon susah di dekati. Laki laki itu introvert akut dan cuma berteman dengan para kucing. Apa Jongseong harus jadi kucing dulu supaya bisa dekat dengan Sunghoon.

"Cara pdkt tuh gimana si Seung,"

Heeseung tengah goleran sambil makan es krim dirumah Jongseong. Hari ini mereka ada acara main, rutinitas tiap hari minggu pagi.

"Pdkt ke siapa?" Heeseung bertanya malas.

Jongseong temannya memang belum pernah menjalin hubungan. Tapi ia sama sekali ga peduli dengan kisah asmara laki laki itu. Lagian Jongseong tolol soal cinta. Ia kan jadi males kalau membahasnya.

"Sunghoon IPA."

Heeseung melempar stik eskrim ke dalam tong sampah. Ia bersorak riang saat stik itu masuk tepat ke dalamnya. Heeseung bangkit dari posisi nya, berkacak pinggang dihadapan Jongseong.

Jongseong mendongak, memandang Heeseung yang saat ini menjulang tinggi dihadapannya. Mereka saling tatap sebentar. Lalu langsung memalingkan wajah karena jijik melihat wajah satu sama lain.

"Ga nyangka lo udah naksir orang."

"Tapi Sunghoon kaya bukan orang ga sih? Cakep banget tapi auranya kaya wibu."

"Semua orang punya kelebihan dan kekurangan Jjong, kita ga boleh menilai orang dari cover nya. Don't judge based on cover."

"Bahasa lo kaya penjajah."

Heeseung tertawa. Kembali duduk diatas karpet marsha milik ibunya Jongseong. Sembari ditemani kipas angin yang kepalanya muter kanan kiri. Heeseung sudah berasa tinggal si surga.

"Mau gue ajarin ga?" Heeseung iseng.

Mau lihat seberapa seriusnya Jongseong dengan si Sunghoon Sunghoon itu.

"Yang gampang dan low budget tapi ya?"

"Kecil itu mah, sini gue bisikin!"








tbc












the apartemen we won't shareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang