15. GIRLS - Pilihan ku

3.5K 223 41
                                    


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

"Kamu masih berharap orang lain selalu baik sama kamu,Tapi sayangnya kamu aja gak baik sama Allah.Masih mau meletakkan wajah dengan senyuman? Gak malu?.Kamu itu menjadi baik bukan karena tuntutan namun untuk menjadi didikan,jadi apa salahnya baik selama hidup!"..~dewiazznns (follow Ig ya)

Jangan berekspektasi tinggi tentang saya,saya hanyalah manusia yang masih terlibat dengan kekurangan,layaknya butiran debu "yang hanya saya tunggu adalah pengingat kalian sebagai bimbingan bagi saya". Said author

Saya mohon ambil manfaatnya dan buang yang buruk
Beberapa part saya bumbu i, mungkin ada beranggapan itu tidak sesuai dengan syari'at islam dan terkesan memperlihatkan nafsu tapi insyaallah tujuannya sama hanya menuliskan karya tanpa menjiplak hasil karya orang lain

Ingatkan orang lain dengan kesabaran tanpa menjatuhkan
Karena kita gak tau mereka memiliki kenyamanan seperti apa,semoga kalian yang baca cerita ini Adalah orang-orang yang terjaga dari ucapan kasar.. love you all

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

🦕✨❤️

Setelah mereka melaksanakan sholat malam, mereka menuju ke UGD untuk menemani Ning Sania.Tidak dengan Ziya ia khusyuk didalam doa, untuk menghindari Gus Rezi.

"Kamu tidak akan pernah tau kalau Wanita akan kuat menghadapi masalahnya layaknya matahari,karena dari matahari lah seharusnya kita belajar, kekuatan cahayanya berada atas izin sang pencipta, dan kita juga pasti kuat atas izinya.Tugas kita hanya berserah diri" ~ziya qurotul a'yun

Selesai berdoa,Ziya merasa keadaan sudah sepi dan saatnya Ziya ke ruangan dokter aly. Namun, ketika Ziya berjalan menuju ruangan dokter aly. Ia menatap tak asing wajah seorang perempuan yang sedang menangis.

"Ustadzah Riya?" ucapnya,saat menyadari wanita yang tengah menangis itu adalah ustadzah Riya.

"Ziy..eh Ning," Balas ustadzah Riya sembari menghapus air mata.

"Kenapa ustadzah bisa disini?" tanyanya.

"Iyah Ning,ibu saya lagi sakit,"

Ziya melangkah pelan memasuki ruangan 1, terasa suasana sunyi menyelimuti. Aroma antiseptik bercampur dengan harapan dan ketakutan yang tak terucapkan. Di dalam, terdengar suara detak jam dinding yang seakan mengingatkan mereka akan waktu yang terus berjalan.

"Ustadzah, bagaimana keadaan ibunya?" Ziya bertanya sambil memperhatikan Riya yang tampak gelisah. Air mata Riya kembali menggenang di pelupuk matanya.

"Ibu sudah dirawat selama dua hari, Ning. Dokter bilang ada komplikasi," jawab Riya, suaranya serak. "Saya khawatir."

Ziya merasakan kepedihan di hati Ustadzah Riya. Ia ingin menghibur, tetapi kata-kata terasa sulit untuk keluar. Akhirnya, ia berkata, "Kita berdoa bersama, Ustadzah. Mudah-mudahan ibu jenengan diberikan kesembuhan."

Riya mengangguk, dan mereka berdua duduk di samping ranjang pasien. Ranjang itu dipenuhi dengan selimut berwarna biru, dan di atasnya terbaring sosok wanita tua dengan wajah yang tampak lelah.

"Nduk..ikhlaskan ibu,ibu sudah cukup melihat anak ibu menjadi wanita shalihah dan berbakti kepada orang tua. Panggil bapakmu suruh berhenti cari uang,ibu yakin bapak dan kamu bisa menjalani kehidupan tanpa ibu," ucap wanita paruh baya itu,tatkala mendengar percakapan dua orang.

GIRLS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang