5. Yang Baru Lebih Segar

23 23 17
                                    

Hari ini sekolah heboh karena kedatangan murid baru di kelas MIPA yang katanya sangat tampan dan mempesona. Apalagi dia ditempatkan di kelas MIPA 1, kelas yang konon katanya tempat para tetuah-tetuah. Ya ... manusia-manusia pintar maksudnya.

"Pril, lo nggak ada penasaran sedikitpun gitu sama si anak baru?" tanya Putri seraya duduk di samping April yang tengah merampungkan tugasnya.

Satu dua kali, pertanyaan itu diabaikan oleh April yang memilih fokus dengan buku di depannya membuat Putri geram dan akhirnya menutup dan mengambil paksa buku itu, membuat sang pemilik murka dan menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Eits! Nanya doang juga gue tuh, jawab kek. Susahnya apa coba?" cerocos Putri seraya mengembalikan buku yang dia pegang ke atas meja dengan membantingnya.

"Dah lah! Nggak seru lo, Pril. Cabut aja lah," ujarnya kemudian seraya keluar dari kelas.

"Halah taik! Bilang aja lo mau kabur dari Pak kopi, Brontoseno," gumam April seraya terkikik geli. Dia memilih kembali duduk dan membuka bukunya.

Tapi bukannya menyelesaikan soal di depannya, pikirannya malah melayang ke pertanyaan Putri yang sudah kadaluarsa.

"Penasaran? Gue yakin, kalau udah waktunya, dia sendiri yang bakal menampakkan diri di depan gue," batin April seraya menyinggung sebelah bibirnya.

Byurr!

"Kerasukan setan apa lo?"

April bangkit, dia segera mengelap wajahnya yang basah dengan tangan kosongnya, lalu menatap si pelaku dengan wajah memerah. Dia memejamkan matanya dengan cepat sambil menghembuskan napas kasar setelah melihat wajah si pelaku yang menurutnya sangat menyebalkan.

Dia berbalik, tangan kanannya mengambil botol air minum yang setengah penuh dari tasnya. Dengan penuh semangat dia membukanya lalu mengguyurkan air di dalamnya tepat ke wajah orang di depannya.

Hanya setengah, lalu dia menaikkan botol itu hingga berada di atas kepala si korban, dan kembali menuangkan sisa airnya. Semua orang yang melihat kejadian itu hanya melongo. Termasuk Angga dan Teo yang tak bisa berbuat apa-apa.

"Akmal, Anjeeer!!" pekik Teo seraya berlari ke arah Akmal diikuti Angga.

"Kenapa? Kalian mau juga?" tanya April dengan nada santai.

"Ada yang mau nyumbangin air minumnya buat mandi mereka? 100% halal!" teriaknya memenuhi kelas.

Akmal yang merasa dipermalukan sontak mengamuk. Dia menggebrak meja di depannya dengan keras dengan mata yang berapi-api. Sayangnya, April tidak tinggal diam dan membalas gebrakan itu lebih keras. Beruntung bangkunya tidak rusak.

"Apa?!" Akmal mendelik.

"Bangku gue ini, enak aja main gebrak-gebrak! Sana, rusak aja aset lo sendiri, syuh, syuh!" April mengibaskan tangannya, lalu kembali duduk dengan tatapan santai. Dia mengambil buku di depannya lalu membukanya dan kembali mengerjakan soal yang belum selesai.

"Lo--"

"Loh, kok belum duduk rapi ini pada? Mau dapet hadiah seratus soal tanpa diundi?"

Suara bariton dari seorang laki-laki bertubuh gempal membuat seisi ruangan gaduh dan rapi dalam beberapa detik saja. Seorang siswa yang diduga ketua kelas langsung angkat bicara untuk memberi salam tanpa pelajaran akan dimulai. Mau tak mau, Akmal, Angga dan Teo kembali ke bangkunya.

"Dasar cewek gila!" celetuk Angga di bangkunya sambil geleng-geleng kepala.

Pelajaran itu dimulai dengan khidmat seperti biasanya. Ya maklumlah ya, namanya pelajaran bahasa Indonesia, dari awal jam pelajaran sampai akhirnya isinya cerita usang Bapak Brotoseno. Diakhiri dengan beberapa soal sebagai PR beliau pun undur diri, semua murid bersorak gembira mengantarkan beliau serta menyambut jam istirahat kedua.

Run from the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang