Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 01.00 p.m., tetapi hujan belum juga berhenti. Meskipun tidak terlalu lebat, namun jika aku tetap nekat berkendara menggunakan kendaraan roda dua untuk menemui kekasihku di hotel tentu akan membuatku seperti kucing kecebur di got sebelum tiba di sana. Aku pun mulai gelisah dan dengan segala pertimbangan, akhirnya aku membulatkan tekat untuk menggunakan jas hujan. Karena jika aku menunda-nunda maka kasihan dia lama menungguku di sana seorang diri.
"Mungkin di depan sana sudah tidak hujan", aku menatap langit yang tampak cerah di bagian utara rumahku.
Aku bergegas mengambil tas dan memasang jas hujanku. Tak lupa aku mengunci pintu dan mulai menghidupkan motor untuk menuju ke salah satu hotel di kotaku.
Sebelum kita bercerita lebih jauh, mungkin aku akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Andi. Aku seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan besar di kabupatenku. Di usiaku ke dua puluh lima ini, aku terbilang sudah cukup matang untuk menikah. Aku punya rumah, punya kendaraan, gaji besar, punya tanah, dan tentunya dewasa. Orang tuaku sudah seringkali menanyakan aku tentang kapan aku mau mencari pendamping hidup. Namun alasanku selalu sama, yaitu aku masih fokus pada pekerjaanku dan syukurlah orang tuaku bisa memahami itu.
Alasan terbesar mengapa aku belum saja menikah adalah karena Dery, seorang pria tampan, tinggi, juga mapan sepertiku yang usianya terpaut 6 tahun lebih tua dari aku. Aku mengenalnya 6 tahun yang lalu ketika aku baru saja putus dengan pacarku. Saat itu aku benar-benar sedang patah hati dan Dery datang menyembuhkan lukaku. Dia pria yang baik dan sangat romantis. Dia juga orang yang gigih untuk medapatkanku saat itu. Hingga tidak terasa sudah 6 tahun kami bersama walaupun hubungan kami LDR dan secara sembunyi-sembunyi.
Orang tuaku mengenal Dery sebagai sahabatku. Kami selalu bersama dan tidak ada kecurigaan sedikitpun pada kami karena kami memang secara fisik sangat jantan dan tidak macam-macam.
Hal yang paling aku tunggu setiap dua minggu sekali adalah pertemuan kami untuk sekedar melepas rindu dan bercumbu. Mengapa kami memilih untuk bertemu di hotel? Karena, tempat kerja kami berdua terpisah jarak yang cukup jauh. Kami bekerja di kota yang berbeda. Untuk itu, kami memutuskan mengambil jalan tengah yaitu bertemu di hotel di daerahku yang mana jarak antara tempat kerjaku ke sana sekitar 1 jam dan jarak antara tempat kerja Dery dan hotel sekitar 1,5 jam.
Hari ini adalah hari Sabtu. Pada akhir pekan ini, aku sudah mem-booking hotel langganan kami. Oleh karena itu, walaupun dalam kondisi hujan aku akan tetap tancap gas menemui suamiku.
Biasanya selama dua minggu tidak di jamah, aku dan Dery akan menumpahkan semua rindu pada pergumulan panas di atas ranjang. Dery memang berotot dan tinggi sekitar 184 cm. Dia juga aktif berolahraga dan hobi bermain bola. Sesekali Dery juga pergy ke gym untuk menjaga kodisi otot tubuhnya. Sementara aku berperawakan kecil dengan hanya tinggi 160 cm, berkulit mulus, berbadan berisi dan berpantat semok tetapi tidak gendut karena aku juga sering berolahraga.
Setelah melewati hujan sebentar dan akhirnya di tengah perjalanan hujan sudah berhenti, aku menepi ke bahu jalan dan menyimpan jas hujanku ke dalam bagasi motor. Rasa rindu di hatiku sudah tak terbendung lagi untuk segera bertemu dengan Dery. Sepanjang perjalanan, hanya memikirkan bagaimana caranya aku bisa memuaskan hasrat suamiku itu yang memiliki tenaga yang sangat kuat dalam bercinta.
Tidak terasa, motorku pun telah memasuki halaman parkir hotel dan aku matikan mesinnya. Aku mengambil Hp dan mengecek apakah ada chat yang masuk dari Dery atau tidak.
"Yank, aku sudah di loby nih. Kamu udah sampai mana?" Tulisnya di kolom chat.
"Aku udah di parkiran ini mas. Tunggu ya." Aku pun bergegas menuju loby hotel setelah membalas pesan dari kekasihku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Suami dari Suamiku
FantasyPerjalanan cinta Andi dan Dery yang penuh ketidakjujuran. Menghadirkan cerita yang khas dan unik yang tak bisa tertebak akhirnya...