(Ilustrasi Tokoh)
*** Andi's POV ***
Sebulan telah aku lalui tanpa hadirnya Mas Dery di hidupku. Semua akun sosmed dan nomornya sudah aku blokir. Aku juga melakukan hal yang sama pada si keparat Ridwan. Sungguh, walau pun semua itu sudah aku lakukan, tetapi perbuatan mereka berdua di malam itu masih tergiang-ngiang di benakku. Rasanya tak habis pikir bahwa orang yang aku percaya tega mengkhianatiku seperti itu. Mereka memang bajingan!
Ujung jariku terus menekan tombol-tombol di keyboard komputer sementara pikiranku entah melayang kemana. Beberapa kali, Pak Fikri menegurku karena berkas yang aku ketik kadang salah.
"Kamu salah apalagi sih, Ndi? Noh, kamu di suruh ke ruangan Pak Bos!" tegur Rini sambil berjalan menuju kursinya dan duduk. Suaranya seakan membuyarkan pikiranku.
Aku menghentikan sejenak kegiatanku di depan komputer. "Hah? Apa Rin?" tanyaku memastikan karena tidak terlalu fokus mendengar ucapan Rini barusan.
"Ya elah... Pantesan... Kamu akhir-akhir ini sering di panggil bos. Aku ngomong aja nggak di dengerin. Kamu ada apa sih Ndi? Cerita lah ke aku. Siapa tahu aku bisa bantu," ucap Rini.
"Nggak kok, Rin. Aku tadi fokus ngetik saja jadi nggak denger apa yang kamu bilang," kelitku.
"Andi... Andi. Ya sudah lah." Rini menarik napas sejenak. "Kamu di suruh ke ruangan Pak Fikri. Kayaknya dia lagi uring-uringan tuh."
"Aduh... Kenapa lagi ya? Hu-uh! Ya udah deh, makasih ya Rin." Aku bangkit dari tempat dudukku dan mulai berjalan menuju ruangan Pak Fikri.
Tok - Tok - Tok!
"Iya... Masuk." Pak Fikri mempersilahkan aku masuk. "Lama sekali kamu. Cepat duduk sini!" pintanya dengan posisi alis yang tidak mengenakkan.
Aku pun duduk di kursi di depan meja Pak Fikri. "Ada apa pak? Bapak memanggil saya?" tanyaku.
PRAK!
Sebuah file di lemparkan Pak Fikri ke hadapanku. "Baca berkas ini sekali lagi. Pusing saya bacanya. Nggak nyambung! Pokoknya kamu selesaikan paling lambar lusa. Oke?"
"Aduh, kerjaan apa lagi ini?" gumamku dalam hati. "Baik pak akan saya kerjakan. Maafkan saya pak." Aku mengambil file itu.
"Kamu kalau nggak bisa kerja, nggak usah kerja aja! Pusing saya ngelihat kerjaanmu akhir-akhir ini. Kamu udah bosan kerja apa?" tanya Pak Fikri dengan sedikit marah padaku.
Ingin melawan tetapi rasanya tak pantas juga karena ini memang salahku. Alhasil, aku hanya bisa tertunduk diam mendengarkan omelan bosku itu.
Hampir 10 menit dia menceramahiku yang aku ladeni dengan hanya sesekali ku jawab sebisaku agar amarahnya tidak semakin membesar.
"Kamu paham?" tanya Pak Fikri.
"Iya pak, saya paham,"jawabku.
Hingga dari arah pintu terdengar suara ketukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Suami dari Suamiku
FantasíaPerjalanan cinta Andi dan Dery yang penuh ketidakjujuran. Menghadirkan cerita yang khas dan unik yang tak bisa tertebak akhirnya...