RETAK 1

254 22 5
                                    

Tidak semua luka masa lalu bisa disembuhkan oleh waktu, tetapi tidak ada yang lebih baik bagi penyesalan selain kesempatan kedua.

🌻🌻🌻

"Pikirkan sekali lagi," tegas lelaki bertuksedo hitam dengan angkuh. "Kau akan bekerja untukku, aku akan menjamin keuangan untuk pengobatan anakmu. Win-win solution."

Yuswaningtyas tidak menyangka akan menghadapi kenyataan sepahit ini. Sekali lagi dia harus menggadaikan dirinya untuk kelangsungan hidup putri semata wayangnya, Aluna.

"Apa harus ada pernikahan?"

"Pengkhianat ada di mana-mana, siapa yang bisa menjamin kau akan bekerja untukku selamanya?" Wanita berkemeja putih di hadapannya menghela napas panjang sebelum menjawab, jelas menandakan keputusan yang akan diambil bukan hal mudah. "Akan kuberi waktu sampai malam ini, aku harus pergi sekarang."

"Kalau kau tidak mempercayaiku kenapa harus menikah?"

Langkah lelaki beralis tebal terhenti, tak ada jawaban yang meluncur dari bibir itu hanya seringai yang terpampang jelas di wajah ovalnya.

Tyas tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Di dunia seluas ini, ada jenis lelaki yang ingin menikah hanya karena pekerjaan. Dia menghempaskan punggung ke sofa tunggal setelah lelaki bertuksedo hitam pergi dari ruangan. Kepala terasa begitu pening hingga memijat saja rasanya tidak cukup meredakan nyeri yang menggerogoti. Menikah lagi bukan rencana yang akan direalisasikan dalam waktu dekat. 

Apa yang harus kulakukan? Oh, Tuhan ....

Waktu merangkak begitu cepat, tanpa disadari langit telah menguning. Sudah saatnya ke tempat penitipan anak menjemput Luna.

Ditatapnya lekat-lekat manik hitam terbingkai wajah bulat berpipi tembam yang sangat menggemaskan. Sekilas, tidak ada masalah pada putri kecilnya. Namun, tangan yang tidak berhenti tremor menunjukkan masalah yang sebenarnya. Diperkuat dengan pengulangan dalam bicara yang tidak jelas menegaskan kondisi abnormal yang diderita Aluna.

"Kita pulang sekarang, ya, Luna?" Gadis kecil berponi depan masih sibuk dengan buku bergambar di hadapannya, tangan kanannya tidak berhenti memukul meja berkali-kali. "Luna," panggil Tyas sembari menggenggam tangan kanan putrinya.

"Mama!" Gadis itu memekik dan menubruknya. "Mama," ulang Luna lebih pelan.  Dia mengangkat kedua tangannya meminta digendong seperti biasa.

"Sini, mama gendong. Luna mau puding?"

Rok lipit yang Luna kenakan sampai tersingkap naik saat Tyas membopongnya. Semakin hari berat badan Luna beranjak naik, sayang sekali kemampuan lain berkembang sangat lambat. Di usianya menginjak enam tahun, Luna masih belum mau berjalan sendiri. Kemampuan bicara dan berpikirnya tak lebih baik dari anak batita.

Tyas mengelus rambut tebal sebahu milik Luna. Bandana merah dari kain telah tergantung di leher, Luna kerap menariknya sampai napas tercekat. Tyas melepas dengan hati-hati. Ketika perjalanan pulang, gadis kecil itu akan menyandarkan kepalanya di pundak Tyas. Kadang-kadang jemarinya akan bergerak-gerak menyentuh atau memukul punggung Tyas. Tiba-tiba saja tangis pecah saat melewati kedai es krim di kanan jalan.

Dengan mengelus pundak dan membisikkan kata-kata lembut ke telinga Luna, Tyas berharap putrinya akan meraih kembali ketentraman hati. Namun, tangisan Luna yang begitu kencang telah menyedot perhatian orang-orang yang sedang berjalan-jalan sore, penjual asongan, dan mereka yang menghabiskan sore dengan hewan peliharaan mereka.

"Kita beli kue kacang merah sama puding jagung saja, ya, Luna?"

Suaranya tidak mereda sama sekali saat Tyas membawa ke kedai yang di dominasi warna merah dan putih. Lelaki tua berjanggut tipis berwarna putih menyambut dengan ramah. Senyum terpatri menawarkan berbagai kue dan puding.

"Ini hadiah untuk pelanggan tercantik," kata lelaki yang dipanggil Kakek memberi boneka beruang kecil untuk Luna. "Senyum lebih cantik, loh."

Luna menerima dengan girang, lalu melompat-lompat.

"Terima kasih, Pak."

"Yang sabar, ya, Nak. Setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan." Tyas mengangguk dan mengaminkan dalam hati. Dia yakin Luna akan lebih baik. Tyas berjanji akan bekerja lebih keras lagi, demi Luna. "Saya dengar ada terapis yang hebat dan sabar, namanya Rosdiana mungkin kamu ingin menemuinya?"

Tyas pulang dengan perasaan yang lebih ringan setelah menerima kartu nama Rosdiana. Dia akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Rosdiana. Dengan menggandeng Luna yang menenteng plastik berisi kue, mereka berjalan beriringan ke kontrakan.

Rumah kecil bercat ungu-putih telah menjadi rumahnya selama dua tahun terakhir. Bunyi pintu yang digedor-gedor membuat Tyas menoleh ke sumber suara dan berkata, "Luna, tidak boleh begitu, ya?"

Gestur tidak boleh masih membuat gadis kecilnya belum mengerti, Luna masih melakukan hal yang sama. Tyas mendesah, dirinya begitu letih. Menenangkannya tidak mudah, Tyas membuat putri tunggalnya sibuk agar dia bisa membersihkan diri dan melakukan aktivitas sore. Sampai Tyas selesai mandi, Luna masih berkutat dengan mainannya. Dia mengamati Luna yang mulai membuat rumah berantakan dengan menumpahkan satu kardus besar mainan. Rasanya sakit melihat teman seusianya sudah bisa ke sekolah, putrinya harus belajar di SLB-Sekolah Luar Biasa.

Jeritan Luna membuat lamun buyar, Tyas semakin pedih memandang gadis enam tahun yang telah menemaninya. Binatang kecil kecokelatan menyelinap keluar dari lipatan kardus, kedua antena di kepala bergerak-gerak, kecoa mendekati Luna dengan cepat. Rasa panik membuatnya berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Tak jarang tetangga yang terganggu mengadukan tingkah Luna ke ketua RT. 

Luna harus mendapat lingkungan yang lebih layak.

Benda pipih di meja baru saja dilepas dari charger-nya, dia menekan tombol hijau saat nama Narendra muncul di layar. Nada sambung terdengar, jantungnya bertalu-talu. Sesaat dia kehilangan cara berbicara dengan benar. Pikirannya seakan buntu. Satu tarikan napas panjang diembuskan hingga kalimat sakral itu meluncur mulus dari bibirnya yang bergetar. "Aku tidak bisa datang menemuimu, tapi aku menerima tawaran itu." Sambungan telepon pun terputus. 

Semoga aku tidak salah mengambil keputusan!

🌻🌻🌻

Novelet ini telah diterbitkan di Autumn Maple Media, 2020. Berhubung habis kontrak, aku pengen repost di wattpad agar bisa dibaca secara gratis ✨

Happy Reading~

[TAMAT] RETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang