Aren memang terlalu gengsi mengutarakan perasaan yang sebenarnya. Menghadapi dua anak autisme membuat kepekaan Tyas sangat tajam. Dia mengerti Aren menunggu jawabannya tentang kelangsungan pernikahan bisnis mereka yang rapuh.
Di ruang luas didominasi warna putih, Aren duduk di tepian ranjang berseprai putih. Kesunyian cukup lama mengelilingi mereka. Tyas mendekatinya dan duduk bersisian. Lantai marmer putih menjadi objek yang sangat menarik membuat keduanya menatap bayangan masing-masing yang memantul di sana.
"Ren, jika berkenan, maukah kau memperkuat hubungan rapuh kita?"
"Kau yakin tidak akan rujuk dengan Henri?"
"Kau masih meragukanku, Ren?"
"Pengkhianat ada di mana-mana, Yas."
"Luka apa yang membuatmu begitu terluka, Ren?"
"Aku malu menceritakannya, Yas."
"Ren, kau mau memperkuat hubungan ini, kan? Inilah saatnya, berbagi suka dan duka. Kau mengkhawatirkan beban pikiran yang kutanggung, kau sendiri menanggung duka berat sendirian."
Aren menatapnya dalam, mencari secuil kepercayaan di sorot mata Tyas yang memiliki warna serupa langit malam. Dia pun menceritakan dengan cepat apa yang dialami. Seolah tidak ingin mengungkit hal yang paling ingin dia lupakan dalam hidup.
"Aku tidak percaya kau mengalami masa lalu yang begitu pelik," ucap Tyas turut merasakan sakit.
Orang yang paling Aren cintai, mengkhianati dengan menikahi ayah kandung Aren dan membatalkan pertunangan yang sudah terjalin.
"Aku tidak akan menjanjikan banyak hal, aku hanya bisa memastikan tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan apa pun."
"Jika tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban karena kau bisa melihat atau merasakannya, kenapa kau tidak mengerti perasaan yang kupendam sejak lama?"
"Aku punya hak apa dari sebuah pernikahan berdasar kompromi dan perjanjian? Lagipula, siapa yang akan menaruh perasaan pada wanita yang menikahimu karena uang?"
"Kau melakukan semua bukan karena uang, tapi demi Luna. Kau bahkan rela menggadaikan kebahagiaanmu demi dirinya. Kasih sayangmu yang tak terbatas kepada Luna membuatku yakin kau orang yang tepat menjadi ibu dari anak-anakku."
"Kenapa aku baru menemukanmu sekarang, tidak dari dulu?" Hampir saja dia hanyut pada masa lalu yang memberinya rasa sakit tak terlupakan dalam hidup.
"Karena aku tidak akan mengerti seberapa besar cintamu untuk Luna, jika kita bertemu lebih cepat." Keduanya terkekeh. Rasanya sangat ringan ketika semua ganjalan dalam dada dikeluarkan. Tidak ada cara terampuh meluruskan kesalahpahaman selain komunikasi dan sebuah kesempatan.
Kesempatan selalu memberi jalan untuk harapan. Keyakinan yang Tyas pegang kembali terbukti. Dia menyandarkan kepala ke bahu Aren untuk pertama kali. Matanya terpejam merasakan gelenyar aneh yang merambat melalui desiran darahnya. Memacu debaran menyengat yang menyenangkan di dadanya.
"Apa aku boleh menyentuhmu, Yas?" bisiknya di telinga Tyas. Tidak ada lagi tabir penghalang antara suami-istri untuk bersatu. Tidak ada alasan untuk menolak.
Selebar apa pun ikatan suci mengalami keretakan, hati akan menuntun pada keputusan yang tepat.
[[TAMAT]]
Thanks udah baca RETAK
silakan mampir ke work-ku yang lain
See you next time!
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] RETAK
Romance[Runner Up AMM Project] Tidak semua luka masa lalu bisa disembuhkan oleh waktu, tetapi tidak ada yang lebih baik bagi penyesalan selain kesempatan kedua. *Pernah terbit di Autumn Maple Media dalam The Blood, Sweet, and Tears