part 2: folklore

120 16 21
                                    

Danielle mengetahui sedikit lebih banyak informasi personal jika boleh dikatakan terkait Jung Jeffrey. Berbanding terbalik dengan atasannya yang masih sering salah dalam pengejaan dan penulisan namanya. Namanya adalah Danielle, bukan 'Dannielle'. Meskipun terkadang dia masih bisa mentolerir kesalahan tersebut, namun tidak dapat dipungkiri bahwa itu kadang membuatnya agak kesal.

Tiga tahun yang lalu, Danielle berhadapan dengan pilihan krusial: bergabung dengan Vaganza atau tidak. Dengan latar belakangnya dalam jurnalistik dan gelar dari Cornell, Danielle ingin mengoptimalkan potensinya. Namun, kabar kontroversial tentang pemilik perusahaan yang gay membuatnya ragu. Meskipun awalnya merasa bimbang, Danielle harus mengatasi keraguan tersebut untuk membuat keputusan yang tepat bagi masa depannya.

'Apakah benar pria itu gay?' pikirnya kala itu.

Namun, jawaban tersebut datang dengan sendirinya. Rambutnya cukup panjang, hampir mencapai pundaknya, dengan gaya yang menunjukkan perawatan yang teliti. Pakaiannya berwarna cerah, dipadu dengan aksen-aksen modis yang memperkuat penampilannya. Cara berjalan dan berbicaranya juga terlihat sangat feminin, puncaknya saat ia melihat Jeffrey melakukan french kiss dengan seorang lelaki muda di ruanganya.

Yes, he definitely is.

Danielle merasa nyaman bekerja dengan seorang atasan yang tidak tertarik pada perempuan, karena hal itu memberinya rasa aman. Namun, segalanya berubah ketika Jeffrey menyapanya dengan kata-kata yang menusuk: "Kau terlihat gendut," begitu mereka bertemu.

Ini adalah gambaran dunia fashion, di mana memiliki tubuh sehat dengan berat badan normal bisa dianggap sebagai 'gendut'. Sebagaimana kebanyakan lelaki homoseksual, Jeffrey memiliki lidah tajam dan kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Ucapan pertamanya kepada Danielle adalah contoh nyata dari kejelian lidahnya.

"Dalam hal ini, kau seperti tiang listrik: pucat, kurus, dan tinggi," tentu saja, Danielle tidak mengatakannya secara langsung. Ini adalah hari pertama kerjanya, dan dia sudah merasa terjatuh lagi ke dalam lingkaran ketidakpastian mencari pekerjaan baru. Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk mempertahankan posisinya, meskipun dia telah memiliki langkah yang salah.

But don't worry, she's not homophobic; she's an ally.

Oke, mari kita lupakan semua itu sekarang, karena Danielle masih fokus mengitip dari balik dinding kaca Jeffrey yang tengah terlihat cemas, bergerak kesana-kemari sambil mengumpat tak jelas.

"Gawat! Apakah sekarang malah Jeffrey yang mendapat penolakan kerja sama dari Westhood?!" kira-kira begitulah pikir Danielle saat melihat si atasan tampak gusar.

Sementara itu, di dalam, Jeffrey mengutuk dirinya untuk kesekian kali karena mengingat perilaku menjijikannya saat berkomunikasi melalui telepon tadi.

"Ma-maaf aku terjatuh dari kursiku tadi."

"Maafkan saya, tapi kau baik-baik saja kan?"

"..."

"..."

"..."

"Halo?"

"Halo juga.."

"..."

"..."

"Kau baik-baik saja kan?"

"Baik-baik, aku baik."

Jeffrey mendengar suara tertawa berat diseberang sana, sementara jantungnya terus berdetak kencang.

".. Heather memberi tahu saya terkait pertemuan kalian yang kurang berkesan tadi. Saya minta maaf untuk itu, saya berencana ingin menebusnya untuk bertemu dengan anda secara langsung, Jeffrey, saya merasa senang jika anda menerimanya." Jeffrey hanya bermain-main dengan tali telepon sambil terdiam menatap lurus.

The Devil Wears PradaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang