Alasan terbesar Jeffrey untuk menghindari kerjasama dengan Vivaciaus Westhood bukanlah karena dia tidak menyukai punk atau eksperimental lainnya, seperti alasan yang sudah dia buat kemarin. Tetapi, karena dia mengetahui keterkaitan rumah mode tersebut dengan Lee Taeyong.
Dia merasa sangat tidak profesional, ya, Jeffrey benar-benar menyadari hal itu. Namun, dia tetap tidak ingin menjalin kontak dengannya. Dia takut jika perasaan itu kembali lagi.
Meskipun dia tahu Taeyong bekerja di sana, dia tidak yakin pada divisi, jabatan, atau tanggung jawab apa yang diambil oleh pria itu.
Hampir semua acara bergengsi seperti fashion week, Jeffrey hanya melihat Heather Lim sebagai wajah dari rumah mode yang nyentrik itu.
Mengetahui bahwa Taeyong adalah pendiri rumah mode itu semakin memperkuat ketidakinginan Jeffrey untuk menjalin apapun dengan mereka, terutama kerjasama. Lagipula, sebagai seorang dengan latar belakang musisi, Jeffrey merasa tidak yakin apa yang mendorong Taeyong untuk terjun ke dunia industri fashion seperti ini.
Jeffrey juga merasa khawatir tentang edisi Vaganza bulan depan yang telah ia tandatangani dengan Ludwig Collin untuk dipublikasikan. Mereka telah sepakat untuk menampilkan 30 busana teratas dalam Milan Fashion Week bulan depan, tetapi saat ini ia hanya memiliki 19 busana yang siap. Hal ini membuatnya merasa malu karena citranya yang sudah jelas terpampang di headline Vaganza.
'Jeffrey Jung Bersama Vaganza dan Kesempurnaan 30.'
Rasa-rasanya ia sangat tidak suka jika berkaitan dengan pria itu, karena sedikit banyak akan membangkitkan kembali jiwa melankolisnya. Malam ini adalah pertemuan untuk mendiskusikan kerjasama mereka, tetapi Jeffrey masih ragu apakah harus pergi atau tidak. Dia menghabiskan seluruh waktu untuk mempersiapkan diri, merenungkan diri, dan meyakinkan diri. Meskipun terdengar berlebihan, itulah kenyataannya.
"Bersiaplah dan jangan membuat apartemenku berantakan. Apakah kau benar-benar menganggap ini sebagai kencan?" Krystal, kakak perempuannya, sudah muak melihat tingkah dramatis si adik yang terus-terusan bermain-main dengan banyak baju, kemudian berhenti, lalu mengacaknya lagi untuk kesekian kalinya.
Satu hari itu, Jeffrey menghabiskan waktunya di apartemen sang kakak tanpa mengatakan apapun. Dia menyebut suasana rumah mewahnya agak membosankan dan ingin mencari suasana baru, tanpa memberitahukan tujuan sebenarnya ke sana. Namun, karena pada dasarnya mereka adalah saudara kandung yang mengetahui isi hati satu sama lain, wanita itu dengan cepat sadar bahwa Jeffrey tengah gusar karena pria yang ia cintai muncul kembali.
"Sialan! Tutup mulutmu, aku hanya bingung memilih." balas Jaehyun tidak terima, walaupun pipi dan telinganya memerah saat Krystal menyebut dia dan Taeyong seolah-olah akan berkecan.
"Kau sudah terlalu tua untuk bertingkah seperti itu. Lagipula, kau kan sudah melawan kodrat. Kenapa tidak sekalian saja kau merebut Taeyong dari istri dan anaknya?"
Our Father in heaven!
"Bisa-bisanya si perempuan gila ini membiarkan pikiran intrusifnya mengendalikan akalnya yang sudah tidak sehat itu." pikir Jeffrey frustasi.
Ia bukan seperti Angelina Jolie yang berpura-pura tidak menjadi pembongkar rumah tangga, ketika dia tahu bahwa dia secara harfiah adalah sosok jahat dalam cerita Bratt Pitt dan Jennifer Aniston.
"Kau membuatku pusing." ucap Jeffrey, sudah lelah menghadapi sang kakak dengan pikiran liar yang benar-benar membuatnya tidak nyaman.
Ia bergegas pergi dari sana ketika sudah merasa siap, melintasi sang kakak yang memandangnya dari atas hingga bawah.
Marcos, sopir pribadinya, sudah menunggu di depan lobby apartemen Krystal. Sesuai dengan instruksi yang diberikan Danielle untuk menyiapkannya satu jam sebelum Jeffrey berangkat, Marco membuka pintu belakang untuk mempersilahkan bosnya itu masuk, "Good evening Mr. Jung."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Wears Prada
Fiksi Penggemar"I am so GAY for him- but wait! Already I AM." Jeffrey terperangkap dalam belitan takdir yang tak terduga ketika dia bertemu kembali dengan Lee Taeyong, cinta pertamanya. Meskipun ia tidak pernah meminta pertemuan itu, takdir terus memainkan perann...