Tahun-tahun pra-kedewasaan adalah masa yang paling banyak membentuk kepribadian 'Devil' yang selalu dijuluki oleh orang-orang disekitarnya untuk Jeffrey.
Menginjak usia 19 tahun, dunianya sudah tidak seperti sediakala.
Sang ayah, yang telah lama berjuang melawan penyakit kronisnya-tuberkulosis, harus menyerah pada pukul 2 dini hari di salah satu ruang rumah sakit yang sunyi.
'In memory of Philip Jeong-may you rest in peace.'
Jeffrey hanya melihat bagaimana peti jenazah sang ayah dimasukkan ke dalam tanah, air matanya terus mengalir bersamaan dengan isakan kecil.
Krystal dan Elizabeth yang berada di samping kiri dan kanannya berusaha menenangkan jiwa Jeffrey, meskipun keduanya juga merasakan guncangan yang sama atas apa yang terjadi.
Sepanjang prosesi pemakaman, tidak ada satu pun dari teman sekolah Jeffrey dulu yang datang untuk sekadar memberikan belasungkawa atas apa yang terjadi pada ayahnya, meskipun, remaja muda itu tidak berharap banyak.
Lagipula, tidak ada yang ingin berteman dengannya.
Hanya Mrs. Hong, seorang guru peminatan Bahasa Korea di sekolah menengah atasnya dulu yang menghadiri prosesi ini.
Namun, bagaikan setitik sinar harapan lain, Jeffrey merasa bersyukur dengan kehadiran dari komunitas 'Positive Parade' yang turut hadir. Mereka semua secara bersama-sama memeluk sisi rapuh Jeffrey, dan tanpa diminta, Jeffrey semakin keras menangis di tengah orang-orang yang dia sebut sebagai keluarga keduanya.
Sekelompok orang selain keluarganya yang bisa menerima jati diri Jeffrey sebagai seorang gay tanpa memandangnya dengan jijik.
"Everything will be fine, Jeffrey."
"Stop crying! You look like a mess."
"Don't make me cry! I don't want to ruin my makeup."
Jeffrey tidak mengatakan apapun selain menangis, kemudian tertawa kecil, lalu kembali menangis mendengar perkataan mereka.
Ibu dan kakaknya hanya melihat itu dari jauh. Sekarang, yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup akan terus berjalan ke depan. Dunia akan terus berputar, hidup akan terus berubah, dan semuanya akan mulai terbiasa pada akhirnya.
Krystal memutuskan untuk berhenti kuliah. Baginya, lebih baik mencari pekerjaan dengan gelar SMA-nya untuk masa-masa sulit ini-apa saja, asal bisa sedikit membantu keuangan keluarga mereka. Dia sadar keluarganya tidak bisa hanya mengandalkan uang asuransi kematian yang ditinggalkan oleh ayahnya.
Paman Sam, satu-satunya saudara kandung dari ibu mereka yang banyak membantu dalam proses pemakaman ayah, begitu juga adik ayahnya yang turut membantu selama masa sulit. Jeffrey dan Krystal memanggilnya Bibi Seohyun, tapi dia lebih suka dipanggil Sandra. Sandra datang langsung dari Korea, dia sudah memiliki keluarga kecil, termasuk seorang putri yang manis. Sandra memperlihatkan sebuah foto yang menampilkan gadis muda berseragam sekolah yang tersenyum manis.
Sandra adalah pihak lain yang sama-sama membantu memproseskan seluruh aset peninggalan ayah mereka yang akan diberikan kepada Elizabeth dan kedua anaknya.
Fase-fase itu adalah yang paling berat, Elizabeth tidak bisa berhenti berterima kasih kepada keluarganya dan keluarga dari suaminya yang banyak membantu selama masa berkabung ini. Tak terkecuali para tetangga mereka yang memberikan dukungan emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Wears Prada
Fiksi Penggemar"I am so GAY for him- but wait! Already I AM." Jeffrey terperangkap dalam belitan takdir yang tak terduga ketika dia bertemu kembali dengan Lee Taeyong, cinta pertamanya. Meskipun ia tidak pernah meminta pertemuan itu, takdir terus memainkan perann...