Istana-2018

367 28 5
                                    



Di sebuah rumah sakit ternama kota Jakarta, Areksha kini berlari kecil di lorong yang akan mengantarkannya pada ruang konsultasi psikologi yang biasa ia datangi.

Raut protesnya kian muncul seiring dengan hampir sampainya dia di ruangan itu. Pill yang kemaren diberikan membuat Areksha kehilangan akal sehatnya. Mulai dari halusinasi yang entah datang darimana hingga keadaan tubuhnya yang tidak se fit biasa.

Areksha sudah menduga kalau itu adalah Pill penenang, bukan obat biasa yang diberikan sang dokter. Tapi bodohnya dia tetap saja meminumnya malam itu. Lihat lah sekarang, dirinya berhalusinasi dengan menciptakan waktu sendiri.

"Gak mungkin 2018. Apa-apaan! Jelas kemaren baru selesai pemilu 2024!" Tukasnya dan berhenti pada sebuah pintu ruangan.

Areksha dengan cepat membuka pintu tersebut. Hentakan keras membuat sosok yang kini berada di dalam menjadi kaget.

"PAK SEOHARJO!!" teriaknya dan masuk ke dalam.

"Anda ngasih aku obat apa sih?" tukasnya tanpa menghiraukan pasien lain yang saat ini tengah konsultasi di dalam.

"Nona- anda kenapa? Obat apa?"

"Gak usah pura-pura gak tau Dokter! Jelas anda yang ngasih aku obat aneh itu!" bantah Areksha lagi.

"Sebelumnya, anda siapa? Namanya."

Areksha terdiam sebentar, sekarang barulah ia sadar bahwa kini dirinya tidak sendiri berada di dalam ruangan itu. Ada pasien lain yang tengah berobat dan ketika dirinya kembali melirik dokter tersebut, ia mengerutkan dahinya.

"Anda Dokter Seoharjo kan?" tanya Areksha akhirnya. Mengingat bahwa biasanya pria itu terlihat sangat tua.

"Ya, ini saya."

"Kok muda?"

"Maksudnya??"

Areksha kembali dibuat linglung. Benar telah terjadi keanehan di sekitarnya. Bahkan dokter yang biasa ia temui sekarang terlihat sangat muda.

"Anda-" Areksha kembali menghentikan ucapannya. Hembusan nafas kasarnya tercipta saat ini. Ingin rasanya ia mengumpati semuanya, seolah dirinya sudah gila.

"Maaf sudah mengganggu konsultasinya. Silahkan lanjutkan." ucap Areksha akhirnya dan beranjak keluar.

Areksha duduk sebentar di ruang tunggu lobi, dia pandangi semua yang ada di sekelilingnya dan kembali menunduk pasrah.

Benar ternyata ini adalah 6 tahun lalu. Bahkan semua yang ia cari dan lihat sebelum datang ke rumah sakit ini mengalami perubahan drastis. Bukan hanya waktu, tapi tempat dan kejadian semua seolah berubah.

Areksha mengusap pelan wajahnya, pandangan lesu kian tercipta. Dirinya kembali merasa lelah saat ini, mungkin karena sedari tadi dirinya mondar mandir di luar rumah membuat Areksha kehabisan tenaga.

Kini dirinya memilih untuk menyandarkan tubuhnya sebentar. Matanya hanya fokus menatap layar televisi yang terpampang di ruang tunggu itu.

Hanya berita biasa yang ditayangkan, tidak ada yang spesial. Berita dimana Presiden melakukan kunjungan ke beberapa tempat di Jawa timur.

"2018 seharusnya aku dimana ya? Masih di Barcelona kah?" gumamnya sendiri.

Jika memang dia kembali ke masa lalu, seharusnya dia ingat setiap kejadian di tahun itu karena dirinya sudah mengalami sebelumnya. Tapi yang sekarang terasa sangat asing. Seolah ia terlempar pada kejadian yang belum pernah dirinya dapatkan.

Areksha mengambil ponselnya sebentar dan membuka menu kalender. Ia patok setiap tanggal yang ada saat ini dan ia mengangguk pelan.

"Benar ternyata di Barcelona. Mending kembali ke sana aja kali ya." Gumam Areksha.

7 Hari di Masa Lalu | Mayor Teddy FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang