Dimalam hari, sepertinya demam yunie semakin tinggi. Jimin merasa khawatir, pasalnya tadi sore demam yunie sudah menurun. Jimin pikir dengan memberikan obat penurun demam dan waktu istirahat yang cukup, esoknya sang anak akan membaik dan sembuh.
Namun ternyata dugaannya salah, malam ini ketika jimin akan membangunkan sang anak untuk makan malam. Ia merasakan hawa panas sang anak semakin tinggi, mencoba berfikir tenang. Jimin mencari termometer untuk mengecek suhu sang anak, ia menemukan suhu sang anak 39,8°C.
Jimin merasa panik, ia buru-buru memberi tahu suaminya tentang hal ini. Ia berlari menuju ruang makan yang sudah terdapat yoongi dan sang putri yoonji.
"Hyung!!, Hyung yunie....yuniee..." Ucap jimin cemas saat sudah sampai di meja makan."Hey.. hey jimin...tenang oke?? Inhale.. exhale.." ucap yoongi mencoba menenangkan. Jimin yang mendengar itu, ia mencoba menuruti ucapan sang suami. Ia mulai sadar bahwa kepanikan bukan solusi dari apapun.
"Udah tenang?, Udah bisa cerita?" Tanya yoongi. Jimin hanya bisa menganggukan kepalanya lirih. "Iyaa,, yunie badannya panas hyuungg. Aku pikir... tadi sore panasnya udah turun, tapi tadi aku cek badannya makin tinggi hiks... badannya 39,8°C, padahal tadi suhunya udah normal hyungg.. bahkan pagi tadi suhunya cuma 37,8°" ucap jimin.
"Oke, kamu tenang dulu ya? kamu harus bisa kontrol diri kamu dulu. Aku mau nyamperin yunie dulu, kamu minum dulu habis itu siap-siap kita bawa yunie ke dokter oke?" Ucap yoongi mencoba tenang.
Jujur saja ia juga panik mendengar informasi dari istrinya itu. Pasalnya ini memang pertama bagi meraka, meskipun sebelumnya ia sudah memiliki yoonji dan penyakit seperti ini tidak bisa dihindarkan dari anak-anak. Tapi ini adalah yang pertama, ia mendapati suhu badan anaknya yang hampir mencapai 40°.
Ketika yoongi sudah berada di kamar anak bungsunya, ia mencoba mengecek kembali suhu sang anak. Ternyata benar suhunya sangat tinggi. Ia mencoba untuk mengangkat anaknya dalam gendongan, tiba-tiba sang anak menunjukkan tanda kejang-kejang. Yoongi panik, mengambil nafas untuk menenangkan pikirannya.
Yoongi ingat ketika seseorang mengalami kejang-kejang yang pertama harus ia lakukan adalah menyelamatkan lidah anaknya agar tidak tergigit. Yoongi mencoba memasukan jari tangannya pada mulut sang anak, ia mencoba mengatur posisi tidur sang anak agar ia mendapat oksigen yang cukup. Yoongi berusaha menghubungi dokter pribadi keluarga mereka untuk menanyakan tentang keadaan anaknya, sambil menahan rasa sakit pada jarinya akibat tergigit mulut sang anak.
Yoongi berusaha untuk mengatasi ini sendiri, ia tidak ingin melihat jimin semakin khawatir dan kepanikan istrinya hanya akan membuatnya tidak fokus.
Setelah menelfon dokter, keadaan yunie berangsur membaik. Mulutnya sudah tidak berusaha menggigit tanganya dan anaknya mulai bisa menangis kencang. Ia bersyukur bisa menanganinya sendiri, ia akan menceritakannya nanti.
Di lain tempat, jimin merasa sangat lelah. Bukan, bukan lelah karena mengurus anaknya. Ia hanya lelah dan lemas akibat rasa panik yang menyerangnya tadi. Jimin sadar tidak seharusnya ia sepanik itu, seharusnya ia bisa lebih tenang. Ia bukan seorang ibu baru lagi, tidak seharusnya ia seperti ini.
"Mom?" Ucap yoonji mencoba menarik perhatian ibunya. " Lebih baik mommy duduk dulu, ini minum dulu airnya" yoonji menyerahkan air yang sudah ia tuang ke dalam gelas.
Yoonji mengerti situasi yang tengah terjadi di rumahnya. Yang harus ia lakukan adalah menenangkan sang ibu dari rasa paniknya.
"Makasih sayang. Maaf seharusnya mommy nggak kayak tadi, harusnya mommy bisa mengontrol diri. Mommy is sorry sayang" ucap jimin sambil menitikkan air matanya.
"No,mommy nggak boleh ngomong gitu. Aku ngerti perasaan mommy, daddy juga pasti sama. Adek bakal baik-baik aja mom." Ujar yoonji menenangkan.
"Ade bakal sehat lagi kok, sekarang lebih baik mommy siap-siap buat anter adek ke dokter. Ya?" Bujuk yoonji.