Sudah lebih dari satu bulan Jona harus bisa merasakan rasanya menahan diri dan bersabar.
Meski begitu, setidaknya dia masih bisa melihat Lian sepanjang dia ingin merehatkan sejenak isi pikirannya.
Seolah Lian sudah seperti vitamin pribadi milik Jona..Terkadang jika diijinkan, dia bisa memeluk dan mengecup kening Lian sesaat.
Begitu sulit ketika kamu selalu berdekatan dengan seseorang yang kamu sukai tapi kamu tak bisa melakukan hal-hal yang lebih..
Yah.. jika dipikir-pikir itu juga tidak lah buruk.
Dia seperti anak remaja pada umumnya yang sedang berpacaran, tidak membawa nafsu.Hmn tidak lama lagi, hasil kerja kerasnya akan terlihat.
Saat ini Jona sedang fokus pada kertas ulangan dihadapan nya.
Kepalanya sakit hanya melihat pertanyaan-pertanyaan yang ada di kertas ulangan itu.Namun teringat akan perjanjian yang pasti jelas akan membawa keuntungan untuk nya, Lian memupuk kembali rasa semangatnya.
Teman-teman nya disana yang tidak sengaja melihat Jona sedikit heran, karena Jona nampak tersenyum-senyum sendiri.
'Apakah soal ujian nya terlalu sulit atau justru terlalu gampang? Sampai Jona bisa tersenyum tidak jelas seperti itu' kurang lebih begitu lah isi yang ada dipikiran mereka sebagian.
.
.
.
."Bye Jona!~"
Jona dengan wajah ramah membalas dan melambaikan tangannya kepada teman-temannya..
"Okk.."
Setelahnya meninggalkan mereka tanpa basa basi.
Cukup membuat teman-temannya merasa Jona itu selalu punya kesibukan nya sendiri. Mereka baru sadar, bahwa Jona tidak pernah mau ikut bergabung atau bahkan sekadar nongkrong bersama mereka sejak memasuki kelas tiga ini."Dia mungkin punya pacar" celetuk salah satunya.
"Kayaknya iya deh" jawab salah satu lagi menimpali.
Sedangkan yang lainnya hanya mengangguk-angguk saja.
..
"Kak.. Lian..!"
Lian tersentak kaget.. hampir saja terjengkang akibat Jona berteriak keras secara tiba-tiba saat dia mau membuka pintu.
Dia juga baru saja pulang dari sekolah, berangkat hanya untuk pengumuman dan informasi mengenai perpisahan kelulusan di SMA nya.
Jona mendekat ke Lian yang sedang melepaskan sepatunya. Mengikuti Lian yang juga langsung memasuki melewati pintu apartemen.
Bibirnya tersenyum ceria, wajah Jona begitu berseri.
Tapi setelah nya ujung bibirnya jatuh merosot kebawah, ketika Lian berkata "Nenek sedang sakit, aku harus pulang.. sekalian meminta bibi agar datang sebagai wali ku untuk acara kelulusan ku nanti"Isi kepala Jona bergemuruh tidak terima. Tapi wajah Lian terlihat serius.
"Aku ikut" Jona akhirnya berbicara.
Lian mengerutkan keningnya.
"Tidak, Fokuslah pada ujian kelulusan mu" Lian.
Jona merajuk "tidaakk..!!" Tolaknya.
"Sudah cukup kamu melarang ku tidak boleh melakukan ini itu padamu, tapi setidaknya biarkan aku bersamamu" protesnya.
Lian bersedekap dada menanggapi nya.
"Iya atau tidak selamanya" ancam Lian.
Jona secara naluriah membungkam mulutnya.
Kepalanya tertunduk.Tidak terima, tapi juga tidak bisa memaksa.
"Kak.." Jona bergumam memanggil Lian.
Lian jadi sedikit tidak tega.
Namun dia juga tidak bisa mengabaikan nenek nya."Ayo kita buat sesuatu untuk dimakan.." kata Lian mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tapi jemari Jona menarik sedikit pakaian kemeja Lian.
"Berapa lama.." tanyanya.Wajahnya masih tertunduk sedih.
Lian paham "setidaknya sampai beliau lebih baik"
Jona mengangkat wajahnya, ada sedikit linangan air mata di pelupuk nya.
"Kamu bisa mampir sebentar sepulang dari ujian" Lian.
Jona masih merasa sedih, tapi tangan nya direntangkan..
Lian mengerti, lalu mendekatkan diri untuk dipeluk pemuda nakal yang saat ini terlihat sangat kekanakan karena menangis.Wajah pemuda itu ditelusupkan dibahu Lian, sambil menghirup wangi tubuh Lian yang terasa enak dan manis di penciumannya.
Beberapa menit berlalu.. "Jona cukup, aku gerah.."
Jona melonggarkan pelukannya, namun tidak melepaskan Lian.
Keningnya justru di benturkan pelan di kening Lian yang cukup lebih pendek dari nya.
"Beri aku kompensasi.." kata Jona pelan. Matanya menatap wajah Lian secara intens.
"Apa.." Lian sedikit menekan Jona agar tidak terlalu menempel padanya.
"Aku tau kamu tau.." Jona.
Lian ingin menolak, namun Jona menunjukkan ekspresi tidak mau di tolak.
"Tidak lebih.." Jona berusaha merayu.
Kedua tangan nya melingkari pinggang Lian dengan apiknya.
"Pliss.." mohonnya lagi pada Lian.
Lian pada akhirnya mengalah, bahkan ketika Jona mulai mendekatkan dan memiringkan wajahnya.
Lian terdiam dan pasrah. Apa lagi ketika bibir mereka sudah bertemu.Jona awalnya ingin kecupan sesaat saja. Tapi ketika dia sudah membentur kan bibirnya pada bibir yang sudah lama tidak dia jamah.. akalnya mulai tergoyahkan.
"Mnh? Ah Jo-na mnn.." Lian kelabakan saat Jona mulai menggerakkan bibirnya sedikit kasar dan.. rakus..
Melumat bibir Lian dengan hasrat menggebu, tangannya pun ikut sedikit meremas kuat pinggang yang ada di dekapan nya.
Jona menjulurkan lidahnya, seolah meminta akses.. Lian masih setia bungkam. Hingga saat Jona sengaja menurunkan salah satu tangan nya dan meremas bongkahan pantat Lian.
Lian otomatis membuka mulutnya karena kaget.
Hingga memberi jalan bebas bagi lidah hangat Jona untuk mengecap seluruh isi dalam rongga mulut Lian."Ah.. umnh.." Lian tidak sanggup lagi.
Dadanya mulai sesak..
Dengan teganya, Lian mencubit dada Jona dengan tangan kanannya sedikit keras.
Jona reflek berteriak, dan melepaskan ciumannya.. "akh!! Pedih kak!"
Membuat Lian leluasa mendorong Jona menjauh dari nya tanpa susah payah.
Jika dibiarkan lebih lama, Jona pasti akan terpancing dan kehilangan akal hingga bisa melakukan lebih dari yang dia katakan sebelumnya.
"Sudah cukup" kata Lian, nafas nya masih belum stabil.
Jona merengut, tapi dia kemudian tersenyum..
Menjilat bibir bawahnya, masih ada sisa rasa berkat ciuman mereka barusan.Jona ingin lagi.
....
Trkhir up story ini bln desember kemarin ya.. wkkkk
Psti story ini udah terkubur jauh wkk..Tinggl jejak peradaban klian ywaa^^ ya kalo ada yg msh inget story ini ada wkkk
Next↓
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Hamil??
Randomwhat?? Umur 15 tapi udah jadi calon bapak?? Baca selengkapnya...