02

35 16 5
                                    

"Iya, Nay. Makanya gue bingung, kenal dia aja ngga, terus gimana coba cara balikinnya?" Ucap Rena resah pada Kanaya lewat sambungan video call-nya

"Tapi dari ciri-ciri yang lo jelasin itu, kayanya dia Kak Adit anak kelas 12 IPS 2 deh, Re." Sahut Kanaya dari sebrang sana, membuat Rena terdiam sejenak, dia seperti tidak asing dengan nama itu.

"Bentar deh, Nay, kok gue kaya ngga asing ya sama nama dia?" Gumam Rena sambil masi terus berusaha mengingat-ingat.

Terdengar tepukan tangan Kanaya disana, "Yaiyalah, pasti. Siapa coba yang ngga kenal sama orang problematik kaya dia." Jelas Kanaya dengan detail.

"Bentar-bentar, jadi ini tuh beneran Kak Adit Adit itu?" Tanya Rena memastikan.

"Iya Re, bener. Yang suka sama lo itu loh."

Rena melotot kaget, dia memang kenal betul siapa dia. Lelaki yang selalu digunjing sana-sini bahkan hampir seantero sekolah karena prilakunya yang ajaib, tapi yang lebih mengagetkannya lagi adalah karena Rena tidak pernah mengetahui wajah dari si pemilik nama itu. Lelaki yang paling berusaha untuk Rena jauhi karena dari usut punya usut lelaki itu katanya tertarik padanya, tidak. Rena tidak mau percaya begitu saja, siapa tahu itu hanyalah berita bohong yang belum tentu jelas kebenarannya. Karena bahkan setelah issue yang ngga jelas itu saja, lelaki itu tidak pernah menampakkan wajahnya atau bahkan mengganggunya. Itu juga jadi salah satu alasan kuat kenapa Rena tidak mau langsung mempercayainya.

Tapi setelah kejadian sore tadi membuat Rena menarik kembali pikirannya, apa mungkin dia bersikap demikian karena rasa sukanya? Bukan, bukan Rena benci atau semacamnya, hanya Rena segan untuk berurusan dengan Adit si lelaki dengan seribu tingkah ajaibnya itu.

"Woi Re! Malah bengong!"

Teguran Kanaya berhasil membuyarkan lamunannya, "Duh... Nay, kok gue jadi takut, ya? Apa ngga usah gue balikin aja kali, ya?"

Kanaya melotot kaget mendengar ucapan dari sahabatnya itu, "Aduh Rere! Jangan lah, yang ada nanti jadi ruwet urusannya. Udah mending dibalikin aja, toh niatnya juga kan emang baik, ya walaupun emang keliatan banget si modusnya."

"Duh... Gimana ya, gue ngga berani, Nay. Takut jadi berita yang ngga-ngga, gimana coba?" Jawabnya resah.

Terdengar decakan keras dari Kanaya, "Udah sih Re, timbang balikin payung doang, ngga akan gimana-gimana ini. Percaya deh sama gue."

"Ish bukan gitu! Yaudah, lo anterin tapi ya, Nay?"

"Iyaaa deh iyaaa aman, yaudah gue mau lanjut nonton. Ganggu aja lo, dah... Bye!"

Setelah itu sambungan terputus, Rena mencebik kesal. Kanaya nih bener-bener deh, nyebelin banget. Yaiya sih, emang keliatannya sepele cuma balikin payung doang, tapi masalahnya itu. Rena takut malah jadi kemana-mana urusannya, dia tahu sendiri gimana murid-murid disana, yang suka heboh dan membesar-besarkan suatu hal. Apalagi kalau urusannya sama Adit si anak ajaib ini?

"Aduh kenapa jadi gini, sih." Rena mengacak-acak rambutnya kesal, pusing banget mikirin ginian doang.

Jujur aja ini tuh bakalan jadi ribet kalau buat orang-orang kaya Rena gini, yang superduper introvert akut, paling benci kalau udah jadi pusat perhatian. Presentasi didepan kelas aja udah tremor parah.

***

Pagi ini cerah, untungnya. Karena kalau hujan sudah pasti Rena akan mengamuk pada bumi alias misuh-misuh pastinya, karena berhubung Reyhan Kakaknya itu lagi sibuk-sibuknya di kampus dia jadi susah buat minta anter atau ikut berangkat bersama. Seperti sekarang ini contohnya, hari ini Rena naik busway, yang biasanya dia menaiki kendaraan ini hanya sekali ketika pulang sekolah saja, kali ini dia harus menaikinya dua kali.

Rumah SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang