03

28 15 2
                                    

Inginku sederhana, cukup sekedar melihatmu tersenyum dan tertawa
Itu sudah cukup untuk aku merasa lebih baik tinggal di bumi.
Sesederhana saat melihat kamu membaca buku favoritmu, mendengarkan lagu-lagu khas kesukaanmu
Atau sesederhana seperti caramu menyukai eskrim mangga yang sangat kamu puja-puja itu.

........oooOooo.........



Untuk pertama kalinya, hanya karena tidak sengaja melihat seorang gadis yang sibuk marah-marah didepan kelasnya bisa membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, caranya berekspresi meluapkan apa yang dia tidak sukai itu, bisa membuat dunia dalam penglihatan seorang Raditya melambat, merekam setiap kejadian disana dalam otaknya dengan penuh kehati-hatian.

Dan untuk kali pertamanya juga, dia merasakan perutnya terasa di penuhi kupu-kupu hanya karena tidak sengaja melihat tubuh kecil itu terguncang karena tertawa, dan dari semua peristiwa ketidak sengajaan lainnya itu, ada satu hal yang cukup Adit sadari. Bukan hanya sekedar tidak sengaja, tapi dia memang mencoba untuk jatuh kesana, jatuh kedalam pesona seorang Renaja Putri Atmadja. Dimana kali pertamanya dia melihat senyuman yang bukan hanya indah, tapi bisa membuatnya ingin terus melihat lengkungan itu lebih lama disana.

Renaja Putri Atmadja, hanya dia yang mampu membuat Adit kelimpungan kesana-kemari sibuk mencari sebuah payung hanya untuk bisa menegur dan membuat alasan supaya dia bisa lebih jauh mengenali sosok itu, sosok yang menghadirkan rasa untuk Adit ingin terus melindunginya, sosok yang Adit cari dimanapun tidak akan bisa menemukan kesamaannya. Karena hanya Rena yang jika tertawa membuat debaran jantungnya melebihi batas normal, hanya Rena yang mampu membuat Adit merubah cara pandangnya terhadap dunia. Hanya Renanya lah yang mampu membuat dia rela sengaja dihukum disamping tiang bendera setiap hari Senin hanya supaya bisa melihat gadis itu dibarisan ketiga paling depan saat upacara sekaligus menarik perhatian gadis itu, tidak lupa menyeret ketiga temannya untuk terlibat disetiap Senin-Senin penuh hukuman berikutnya.

Berbeda dengan hari-hari biasanya, kali ini Adit sudah bisa leluasa menampakkan dirinya untuk bisa lebih dekat dengan Rena. Setelah berbagai cara gagal, kali ini akhirnya Adit berhasil menarik perhatian gadis itu, hanya karena sebuah payung yang dia temukan dikelasnya yang ntah milik siapa, mungkin milik teman kelasnya yang tertinggal? Ntah lah. Adit tidak mau peduli. Yang terpenting saat ini adalah dia dan Rena bisa berinteraksi.

Seperti hari ini lagi-lagi seribu akalnya itu bisa membuat orang geleng-geleng kepala dibuatnya. Saat sedang sibuk menyebrang diatas motornya, Adit tidak sengaja menangkap sosok Rena yang sedang duduk di halte busway sendiri, tadinya dia ingin langsung saja menghampiri dan mengajak gadis itu berangkat bersamanya, namun Adit yakin Rena pasti menolaknya dan enggan ikut bersamanya. Tapi bukan Adit namanya jika tidak berusaha memutar otak untuk hal-hal penting dalam hidupnya.

Saat sedang sibuk berpikir bagaimana caranya agar dia bisa membujuk gadis itu, tiba-tiba saja teman kelasnya lewat menyapanya, dengan cepat dia langsung menawarkan Ferdi untuk membawa saja motornya sampai sekolah, dengan rasa kebingungannya itu akhirnya Ferdi menerima tawaran teman ajaibnya. Dan disinilah Adit saat ini, duduk berdampingan dengan Rena di busway.

Senang? Tentu saja.

Ini adalah momen yang selama ini Adit tunggu-tunggu sejak lama.

Ntah karena memang saat menaiki bus sedang ramai atau bagaimana, Adit juga tidak paham, karena sampai saat ini Rena masih belum menyadari keberadaannya. Gadis itu sibuk menatap keluar jendela, awalnya Adit pikir gadis itu memang sengaja mengabaikannya, tapi setelah dilihat-lihat lagi ternyata Rena sedang melamun disana, membuat Adit menahan gemas sambil terus tersenyum menatap profil gadis itu.

"Kayanya, hobi lo itu emang melamun, ya?"

Rena tergelonjak kaget sebelum akhirnya tertegun melihat kearahnya yang duduk disampingnya dengan wajah yang masih tidak percaya. Dengan cepat Rena mengalihkan pandangannya kembali dan segera menoleh kearah luar jendela lagi, mengabaikan kehadiran Adit disampingnya, bukannya kesal Adit justru terkekeh gemas.

"Ada apasih emangnya disana, Re? Betah banget kayanya liatinnya?"

Rena melirik kearahnya sebentar dengan raut wajah yang masih kebingungan, "Gapapa, suka aja." Katanya.

"Kalau liat gua?"

"Hah?"

"Iya, kalau liat gua sama sukanya ngga?"

Hening, tidak ada jawaban. Membuat Adit tertawa pelan memecahkan keheningan, sedangkan Rena berusaha memalingkan wajahnya yang tiba-tiba memanas, dia yakin wajahnya pasti sudah memerah karena ulah lelaki disampingnya ini.

Sial kenapa lucu banget, batin Adit melihat tingkah Rena yang berusaha menghindari tatapannya itu, tapi percuma saja karena Adit tetap masih bisa melihatnya.

Orang mereka duduk bersebelahan.

***

Bersambung........

gimana gimana? kalo dari povnya adit lebih gemes ngga? hahahahaha

Rumah SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang