03.

63 5 2
                                    


Sang surya telah tiba tepat diatas kepala, jam dinding menunjukkan waktu sekitar pukul 12 siang. Panas terik dari sang surya membuat semua orang akan menetap di dalam rumah. Termasuk Michael dan Alexis. Keduanya bersantai menonton televisi di ruang tamu, dengan Mixella yang ada dipangkuan sang ayah tentunya.

"Cuma pindahin baju saja rasanya tulang punggung akan lepas dari tempatnya." Keluh wanita cantik itu, yang mendapatkan kekehan gemas dari kekasihnya.

"Yeah, kamu sudah mengerahkan seluruh tenagamu." Ucap Michael.

"Ini jam tidur siang, Xella juga terlihat mengantuk. Aku akan membuatkannya susu dan menidurkannya." Kata lelaki itu sembari berdiri, namun jemari lentik itu menarik lembut ujung baju lelaki itu.

"Biar aku saja, Micha. Harusnya kau istirahat juga." Ucap Alexis.

Michael tersenyum tipis, lalu mengelus surai lembut milik kekasihnya. "Kau baru saja mengatakan lelah, jadi tak apa jika aku yang mengurusnya." Ujarnya.

Alexis menggeleng, lalu ia segera bangkit dan merentangkan tangannya untuk menerima Mixella.

"Kau yakin, sweetie?" Ucap Michael, dan mendapatkan anggukan mantap dari wanita cantik itu.

Akhirnya Michael mengalah, ia menyerahkan Mixella ke Alexis, dan wanita itu dengan senang hati menerimanya.

"Istirahatlah dulu, aku akan menyusulmu nanti." Ucap Alexis, lalu ia melesat ke dapur dan membuat susu untuk bayinya tersebut.

Michael hanya menggeleng pelan melihat tingkah kekasihnya itu. Akhirnya, ia mengikuti ucapan kekasihnya itu untuk istirahat di kamar terlebih dahulu.

Sementara Alexis, ia membuat susu dengan Mixella
yang ada di gendongannya. Walau hanya menggunakan satu tangan, tapi itu termasuk hal mudah untuk Alexis, mengingat ia sudah mahir melakukan itu karena sebelumnya sudah pernah mengurus keponakannya.

"Okay, anak mama. Ini susu untukmu~" Ucap Alexis dengan nada yang dibuat gemas, sembari menyodorkan botol susu ke Mixella.

Bayi tersebut menerimanya dengan tertawa khas bayi. Alexis terkekeh melihat betapa gembiranya bayi itu meminum susu.

"Nak Alexis? Sedang memberi Nak Mixella susu, ya?"

Sang pemilik nama menoleh keasal suara, lalu mengangguk. "Kenapa Bibi tidak istirahat saja? Ini jamnya istirahat." Ucapnya.

Seseorang itu, Bibi Rayka, tersenyum tipis. Lalu menghampiri Alexis yang berdiri di depan kitchen counter.

"Bayi ini malang, ya? Tapi, dia lebih memilih untuk lahir walaupun tahu nasibnya akan menyedihkan tentang keluarga kandungnya." Ucap Bibi Rayka, ia menatap bayi yang ada di gendongan Alexis yang perlahan tertidur.

"Kau tahu yang orang-orang bilang? Tentang seseorang yang sebelum lahir akan diperlihatkan bagaimana kehidupannya, dan mereka akan diberi pilihan untuk tetap lahir atau kembali pada pangkuan Tuhan." Lanjutnya.

Alexis mendengarnya dengan seksama, ia juga menatap bayi yang masih tak mengerti apa-apa. Tapi sudah harus menghadapi kehidupan yang pahit.

"Aku pernah mendengarnya. Aku salut pada orang yang masih bertahan, walaupun tahu dunia akan sekejam itu padanya." Ujar Alexis.

"Bibi harap, kamu dan Michael bisa merawat dan menjaganya sampai ia dewasa." Kata Bibi Rayka.

"Kami berjanji, akan selalu membuat Mixella bahagia." Ucap Alexis.

"Kalau begitu, bawa Nak Mixella ke kamar. Agar dia merasa nyaman saat tidur." Ucap Bibi Rayka.

Alexis mengangguk, "Aku bawa Xella ke atas dulu ya, Bi. Bibi juga jangan lupa buat istirahat siang." Pamitnya, lalu ia pergi ke lantai dua untuk membawa Mixella dan menyusul Michael yang mungkin sudah di kamar sejak tadi.

༻༻༻

Malam hari tiba, sinar matahari telah berganti dengan sinar bulan dan para bintang. Kini, sepasang kekasih itu duduk di balkon kamar mereka setelah menyantap makan malam mereka.

Keduanya menikmati angin malam yang berhembus. Juga menatap

"Kapan kau mau menceritakan ini kepada orang tuamu?" Tanya Alexis.

"Secepatnya. Kebetulan, orang tuaku akan mengunjungiku setelah setahun lamanya. Seingatku, mereka akan kemari seminggu lagi." Ucap Michael.

"Aku takut jika mereka tidak menerimanya." Ucap sedih Alexis.

"Tapi, kita sudah memutuskan untuk menerima resikonya, sweetie. Aku akan melakukan apapun agar orang tuaku mau menerima kehadiran Mixella." Jawab Michael dengan mengelus surai Alexis.

"Bukan kamu, tapi kita. Karena kita akan bertanggung jawab untuk semua ini." Ujar Alexis sembari menatap manik biru yang indah milik kekasihnya. Michael terkekeh, lalu mengangguk.

Tak lama, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar mereka. Juga disusul oleh suara seorang perempuan yang mereka kenal.

"Tuan Michael, Nona Alexis, apa kalian sudah tidur?" Ucapnya.

"Biar aku yang buka." Ucap Alexis lalu bangkit dari duduknya.

Ia berjalan menuju pintu kamar mereka, lalu membuka pintu tersebut. Terpampang seorang pelayan wanita yang tak lain adalah April, dengan Mixella yang ada digendongannya yang belum tertidur, tak lupa membawa sebotol susu untuk Mixella.

Dan juga, ia datang dengan pelayan lain yang membawa camilan berupa daifuku mochi, tak lupa juga minuman jasmine tea.

"Oh, kau sudah puas bermain dengan Xella, ya?" Tanya Alexis, lalu April mengangguk.

"Para pelayan juga membuat daifuku mochi dan jasmine tea. Jadi, ketika Anda menidurkan Nona Mixella, Anda bisa sambil menikmati camilan dan teh hangat ini." Jelas April.

Alexis mengangguk, ia mengulurkan tangan untuk menggendong Mixella. "Terima kasih atas camilannya, juga terima kasih karena sudah mengajak Xella bermain."

"Sayang, bisakah kau membawa nampan ini?" Ucap Alexis sembari menoleh pada Michael.

Lelaki itu menuruti ucapan kekasihnya. Ia berjalan menghampiri kekasihnya yang ada di depan pintu. Lalu tangannya terulur untuk menerima nampan yang dipegang pelayan tersebut.

"Kalau begitu, kami izin untuk kembali ke bawah. Terima kasih, Tuan Michael, Nona Alexis. Panggil kami saat kalian membutuhkan sesuatu." Ucap April dengan membungkukkan tubuhnya, juga disusul oleh pelayan yang bersamanya.

"Baiklah, jangan lupa untuk tidur. Selamat malam." Ujar Alexis.

"Selamat malam, Nona, Tuan."

Setelah kedua pelayan itu turun, sepasang kekasih itu kembali ke masuk ke kamarnya. Dengan Alexis yang menimang bayinya dan memberinya susu, juga bibirnya melantunkan nada indah nan lembut yang akan membuat bayi tertidur.

Michael menatap lembut kekasihnya itu. Menurutnya, Alexis begitu cantik dan indah, atau bahkan lebih dari dua kata tersebut. Ia benar-benar selalu jatuh cinta terhadap wanita itu.

Malam yang indah telah mereka lalui dengan damai kali ini. Dalam kamar tersebut, sepasang kekasih itu tertidur dengan berpelukan erat. Keduanya memasuki alam mimpi masing-masing. Tak lupa, dengan seorang bayi yang juga tertidur pulas didalam box bayi yang menghangatkannya.

Begitu tenang, mereka tertidur dengan membawa harapan untuk terus terikat dalam kedamaian. Juga sebuah janji bahwa mereka akan terus berusaha untuk melindungi bayi itu, agar hidupnya penuh dengan kebahagiaan.

༻༻༻

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~

True Love [ kainess ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang