THE OG BOSS (TheBossesSeries#2)

11 (A)

Adakah dari kalian yang punya trouble kehilangan beberapa part dari isi cerita ketika diposting ke Wattpad? Minggu kemarin harusnya aku update The OG Boss dan Daddy Weston. Tetapi seketika aku batal melakukannya. Aku udah cape banget sama permasalahan Wattpad. Corrupt part yang kuyakin bakal mempengaruhi reader experience terhadap ceritaku, alhasil aku "kerajinan" banget cek per paragraf, untuk compare file master aku dan versi Wattpad, supaya memastikan isi keduanya tetap sama. Sorry, it takes time for you to have the newest chapter. Enjoy reading, everyone!!

-Veranna Leonand-

MOHON SUPPORT PENULIS LEWAT VOTE, COMMENT, FOLLOW DAN SHARE CERITA INI KE BESTIE KALIAN YA. MERUPAKAN SEBUAH KEJAHATAN JIKA KENIKMATAN DUNIA DISIMPAN UNTUK DIRI SENDIRI. HAHAHAHAHAHA.

====================================================================

Punggungku menjerit. Urat leherku tertarik kencang. Kabut di kepala sangat tebal hingga aku merasa harus mengambil langkah mundur, seperti mengistirahatkan diri sejenak ketimbang terus berkutat dan memaksa diri tetap bekerja. Aku menyandarkan punggung ke kursi, tanganku memijat leher yang rasanya ingin sekali dipijat oleh tenaga profesional. Rentetan handover pekerjaanku—di mana hal ini bermuara dari keinginan spesial Ellijah, membuatku kewalahan. Aku juga masih mengerjakan kewajiban lain di tengah itu. Mengejar pekerjaan sebelumnya, agar secepatnya beres tanpa menumpuk beban handover lagi. Selain miris karena perkara ini, aku juga akan kasihan pada siapa pun yang akan menggantikan pekerjaanku. Banyak, menumpuk, padat, dan tanpa jeda. Begitulah sifat pekerjaanku.

Selagi mengambil napas sejenak, dompet kulit hitam menarik perhatianku. Di sampingnya ada gulungan ID pegawai yang berfungsi sebagai kartu akses. Ini sudah sembilan hari sejak Jordan meninggalkan rumahku. Awalnya aku hanya iseng untuk tidak menghubunginya dan bungkam soal barangnya yang tertinggal, namun sampai hari ini tidak ada panggilan dari sang pemilik. Entah ia tidak menyadari ada yang hilang darinya, atau ia bersikap tidak peduli atas kehilangannya. Tetapi itu menurutku aneh, karena dompetnya menyimpan banyak kartu-kartu bank atau pembayaran, berikut driver license dan personal ID-nya. Untuk orang yang menjabat posisi penting di perusahaannya, kuyakin isi dompet pria itu pasti krusial. Lalu kenapa ia seakan tidak memedulikan itu?

Sejak tadi pagi aku memiliki ide dadakan. Sepulang bekerja aku berencana ke rumah Jordan, sayangnya rumah yang kutahu alamatnya adalah hunian itu. Tempat di mana aku pernah menjadi seorang wanita rendah demi melunasi hutang Brant. Kuurungkan niat tersebut. Aku mencari opsi lain. Setelah berpikir sejenak, otakku mendapatkan sebuah ide.

Aku menegakkan cara dudukku, jemariku kembali mengetik di atas papan keyboard. Aku memijat kening, sambil mengingat-ingat nama perusahaan Jordan. Karena masih tidak ingat setelah beberapa saat mencoba memanggil memori lamaku, akhirnya aku mengetikkan nama Jordan Fletcher di mesin pencarian.

Laman internet memunculkan otomatis hasil pencariannya. Gotcha!! Fletcher Real Estate. Aku memilih halaman website teratas, di mana aku langsung diarahkan pada situs resmi perusahaan itu. Kursor terus aku arahkan untuk ke bawah, mengabaikan sedikit penjelasan company profile-nya. Sempat terlihat beberapa foto-foto mewah dari property yang ditawarkan, aku tetap menghiraukannya.

Sampai di penghujung halaman situs itu, benar saja dugaanku. Di bawahnya terdapat keterangan alamat head office dari Fletcher Real Estate. Aku kemudian menyalin alamat itu dan membiarkan mesin pencarian memberikan jawaban.

Hasilnya ternyata sangat buruk!! Aku hanya perlu berkendara dalam tujuh sampai sepuluh menit untuk mencapai tempat itu. Padahal aku berharap The Regis Space berjarak jauh dari kantorku. Dengan begitu aku bisa memiliki alasan. Aku mendecak, merasa serba bingung haruskah aku mengembalikan barang Jordan atau membiarkannya saja? Tetapi kutahu ide kedua juga dapat mengusik ketenangan batinku.