14

342 35 5
                                    

****

Aku tidak sanggup menggerakkan tubuh di saat aku SEHARUSNYA melakukan itu. Aku terlalu terpana, atau lebih tepatnya waktuku mendadak berhenti. Aku membeku di tempat dengan kedua bola mataku yang melebar sempurna, siap menggelinding dan terjatuh ke lantai. Jantungku berdegup kencang, kedua lututku bergetar minta ampun, seraya mendapati orang lain memergoki kami. Dalam keadaan telanjang!! Dan sialnya bukan hanya tanpa busana, tetapi juga usai bercinta. Wajah dan mulutku kaku. Malu bukan main.

Bodohnya aku masih terdiam, bertukar pandang dengan sosok yang berdiri tegak sempurna itu. Dari kedua matanya aku semakin malu, seakan ketelanjangan tubuhku terpantul jelas. Wajahku semakin terasa panas. Aku meremas kedua bahu Jordan. Di saat yang bersamaan pria itu buka suara.

Jordan menggeram. "Bisakah kau mengerti sopan santun?" Terdengar nada keluhan dan datar darinya. Aku mengerjap saat ia kemudian menarik lenganku. Membuatku berdiri tegak dan akhirnya kesadaranku kembali sepenuhnya.

Aku langsung gelagapan, mencari keberadaan pakaianku yang teronggok di lantai. Sementara aku membiarkan Jordan dengan seseorang di hadapan kami, mereka berdua sedang beradu tatapan cukup sengit. Aku tidak peduli. Detik ini setidaknya aku ingin menyelamatkan harga diriku dengan kembali berpakaian.

Tepat saat aku mendapati gaun tidurku yang tergeletak di dekat kaki kanan Jordan, aku membungkuk dan berusaha mengambilnya. Sialnya lenganku tidak sampai menggapainya. Aku menoleh pada pemilik tangan besar yang menghalangiku dan menatapnya marah.

"Jordan, what are you–"

"Stay still, Tayana." Jordan dengan gilanya justru menarikku untuk berdiri sejajar. Kami berdua menghadap seseorang secara terang-terangan tanpa berpakaian. Aku menunduk dalam, merasa dipaksa melakukan adegan exhibitionist oleh bajingan ini. Ia melucuti harga diriku bukan hanya saat bersamanya, tetapi di hadapan orang lain. Keparat!

Aku sekuat tenaga menarik lengan, hingga usahaku terasa menyakiti bagian tubuh itu. Jordan justru semakin erat mengencangkan cengkramannya. Aku bisa merasakan tulangku merintih kesakitan.

"Kau gila, Jordan! Biarkan aku berpakaian. Aku tidak ingin ditonton olehnya!" desisku di samping wajah Jordan. Susah payah aku menahan suara agar tidak meneriakinya.

Suara membersihkan tenggorokan yang cukup tegas membuat perhatian kami tertuju ke depan. "Sopan santun katamu, Jordan? Lihatlah dirimu sendiri, Anak Muda." Terdengar tawa tidak bersemangat yang cenderung merendahkan.

Aku melirik Jordan, rahangnya mengeras dengan tatapan melekat tajam ke arah wanita itu. Jika disandingkan dengan pisau, kurasa tatapan itu cukup mendekati perumpamaan tersebut. Aku mendadak merasa ngeri dan melupakan sejenak keterkejutanku. Padahal mereka berdua hanya bertukar tatapan saja, entah kenapa udara sekitar langsung turun drastis. Rasanya begitu sesak di sini.

Keringat sehabis bercinta berubah haluan menjadi keringat dingin karena adrenalin ini. Perlahan dan sangat hati-hati, aku menjatuhkan tatapan pada sosok wanita itu. Dalam cahaya minim, binar matanya terlihat kejam juga dingin. Postur tubuhnya kurus namun terlihat kuat, juga sangat kaku. Aku seketika menciut saat matanya sudah meninggalkan Jordan dan berpaling menatapku. Aku tidak bisa membedakan, apakah aku sedang dipelototi atau aku saja yang terintimidasi karena matanya.

Tenggorokanku yang sedari tadi sudah kering karena melantunkan desahan nikmat persetubuhan, terpaksa terasa lebih tersiksa lagi kala jari telunjuk lentik itu mengarah padaku. Sementara matanya terpaku lagi pada Jordan. "Jangan ajari aku sopan santun sementara kau membawa wanita murahan ke rumah ini. Sudah kubilang berkali-kali, jangan nodai–"

"MOM, STOP!!" tegas Jordan. Suaranya menggema ke penjuru ruangan.

Walau bisa membawa diri dan ekspresi, wanita di depanku otomatis berhenti dari ocehannya. Ia nampak terkejut. Itu berlaku sama padaku. Bukan karena suara Jordan yang lebih tinggi satu oktaf, melainkan fakta bahwa wanita yang memergokiku adalah ibu Jordan. Aku hanya bisa memejamkan mata sejenak dan mengeluh dalam hati. Harga diriku sungguh sudah hilang, rupanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE OG BOSS (TheBossesSeries#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang