𝟎𝟐. 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐌𝐚𝐦𝐚.

544 46 0
                                    

Hari-hari selanjutnya yang Liliana nikmati setelah menjadi seorang ibu terasa cukup berat bagi dirinya. Banyak hal yang belum menjadi rutinitasnya yang memberatkannya. Bangun tengah malam untuk sekadar menyusui sang anak, di pagi hari pun harus bangun lebih pagi karena dia tinggal bersama mertuanya. Ketidak hadiran Liliana di meja makan saat waktu sarapan tempo hari, membuat mertuanya sedikit keras padanya. Alasannya, saat Jeffrey bersiap untuk segera bekerja, istrinya justru masih sibuk terlelap di alam mimpinya.

Tidak ada yang dipermasalahkan Jeffrey dengan hal-hal kecil seperti itu, karena Jeffrey sadar dan tahu betul bagaimana Liliana bisa terjaga hingga pagi hari karena Ethan yang rewel di malam hari. Kadang karena Ethan menangis cukup lama dan tak kunjung mereda, Liliana juga turut menangis. Itu juga alasan kenapa setiap Liliana terbangun di tengah malam untuk Ethan, Jeffrey juga berusaha untuk turut bangun. Berjaga-jaga jika dua kehidupannya itu berada di fase yang sama secara bersamaan, menangis bersama-sama.

Emosi Liliana yang tidak setabil pun kian hari kian memburuk karena hal-hal seperti itu, seolah omongan-omongan miring yang keluar dari mulut orang tua Jeffrey atau bakan saudara ipar tiri Jeffrey pun menjadi pemicunya.

Pagi tadi Liliana bangun terlambat, ketika seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah itu sudah selesai dengan urusan mereka di pagi hari, Liliana baru saja membuka matanya. Karena hal ini lah Liliana kembali mendapatkan cibiran, dicibir karena tangisan anaknya pun tidak bisa membangunkannya di pagi hari. Harus Jeffrey yang mengurus Ethan pagi tadi.

Dengan langkah yang terlihat terburu-buru itu, Liliana berjalan mendekat ke arah Vivi yang tengah memandikan Ethan. Tujuan Liliana mencari Vivi tidak lain untuk bertanya mengapa Vivi tidak membangunkan Liliana pagi tadi.

"Vivi, kenapa tadi gak bangunin aku? Biasanya kalau dia rewel, aku belum bangun, kamu kan bangunin aku," ucap Lilly dengan nada bicaranya yang terdengar cepat saat berada di samping Vivi.

Pengasuh Ethan yang sudah menemani Liliana beberapa bulan belakangan itupun terlihat bingung, "Maaf, bu. Tapi tadi kata bapak gak usah dibangunin, ibu juga tadi tidurnya pules banget," ucapnya.

Seolah sudah tidak peduli lagi dengan insiden bangun kesiangannya hari ini, perempuan itu kini sibuk berkontak mata dengan bayi yang berada di tangan pengasuhnya itu.

"Apa lihat-lihat? Mandi dulu sama suster biar wangi, habis ini berjemur bareng sama aku," ucapan Lilly ini direspon dengan sunggingan sebelah bibirnya.

Meski Lilly terlihat senang dengan itu, tapi Vivi justru heran dengan cara Lilly memanggil dirinya di hadapan anaknya. Vivi terheran karena Lilly menyebut dirinya dengan sebutan aku kepada Ethan, anaknya sendiri.

"Bu, jangan pakai "aku", dong. Adek ini anak ibu, lho. Mama, manggilnya mama," omel Vivi pada Lilly.

Omelan itu mendapat balasan dengan pukulan lembut pada bahu Vivi dari Lilly. "Iya deh, iya. Kamu mandi sama suster, terus berjemur sama mama. Nanti siang kita kontrol ke dokter kamu, kalau enggak kontrol nanti mama diomelin lagi."

"Diomelin siapa, bu?" tanya Vivi dengan tawanya yang tertahan.

"Sama kamu," jawab Lilly, lagi-lagi tangannya itu gatal jika tidak memukul Vivi dengan pelan. "Udah, ah. Mau mandi, biar gak dibilang pemales terus," lanjut Lilly.

Sudah menjadi rahasia mereka jika Lilly dan mertuanya kurang akur, Vivi sudah paham dengan situasi itu selama beberapa bulan bersama Lilly. Kadang hanya Vivi lah yang menjadi teman bicara Lilly untuk berkeluh kesah tentang mertuanya itu.

***

Salah satu hal yang mendebarkan bagi Liliana, datang ke rumah sakit bersama dengan mertuanya. Bukan apa, Lilly hanya merasa terintimidasi jika datang ke rumah sakit bersama mertuanya seperti ini. Lilly juga takut akan ada perkataan yang tidak mengenakan untuknya dari sang mami mertua. Seperti yang terjadi saat kontrol kehamilan Lilly tempo waktu, Lilly mendapat omelan karena tidak memberitahu tentang detail hasil kontrol sebelumnya, dan baru diketahui Regina saat kontrol saat itu.

Harusnya hari ini Liliana hanya datang bersama Vivi, karena Jeffrey tidak bisa menemaninya. Tapi entah kenapa, saat Lilly hendak keluar, mertuanya datang kepadanya dan menawarkan diri untuk menemani Lilly, tentu bersama Vivi juga. Liliana segan untuk menolaknya, jadi di sinilah mereka sekarang. Duduk berdampingan menunggu dokter yang menangani Ethan datang.

Melihat Liliana yang terlihat gugup di sampingnya, Regina berinisaitif untuk bertanya ada apa dengan Lilly? Mengapa Lilly tampak gugup?

"Kenapa kamu? Kayanya takut banget ketemu dokter anak kamu," tanya Regina yang sedari tadi melihat Liliana yang terus-menerus meremat jari-jarinya sendiri saat menunggu dokter Ethan tiba.

Lilly menggeleng, "Gak apa-apa, nervous aja ketemu dokternya Ethan," jawabnya yang berusaha menyembunyikan rasa gugupnya itu.

Regina tidak melanjutkan lagi rasa penasarannya pada Liliana, yang dia sadari Lilly belakangan ini terlihat sedikit menutup diri darinya, tidak seterbuka dahulu saat pertama kali bertemu dan berkenalan sebagai teman Jeffrey.

Debaran pada dada Lilly semakin terasa begitu dokter itu memasuki ruangan ini, ia takut jika ada yang salah pada anaknya. Bukan hanya takut jika mendapat omongan tidak mengenakkan dari sang mertua, Lilly juga akan merasa sangat bersalah pada anaknya jika ada sesutatu yang salah.

Begitu masuk ke dalam ruangan praktiknya, sang dokter langsung menyapa dua pasien VVIP nya ini. "Hallo ibu Regina, ibu Liliana. Bagaimana kabarnya?" sapanya dengan begitu ramah.

Tidak ada begitu banyak perbincangan antara mereka, hanya beberapa pertanyaan dasar bagi Lilly sebagai ibu dari Ethan saja. Hingga saatnya di mana bayi itu mulai dicek kembali, mulai dari berat badannya, panjang badannya, dan yang lainnya.

Saat-saat yang mendebarkan bagi Liliana, di sinilah seolah dirinya diuji, apakah dia merawat Ethan dengan baik dalam 2 minggu awal kehidupannya ini? Atau sebaliknya.

Hal yang sangat mendebarkan itu benar-benar di luar bayangan Liliana, di mana berat badan Ethan naik sangat sedikit dari berat awalnya saat lahir, hanya naik 280 gram dalam dua minggu. Normalnya bayi seumuran Ethan bisa naik 170-180 gram/minggu, tapi dalam 2 minggu pertamanya Ethan hanya bisa naik 280 gram.

Raut wajah kalut mulai terlihat jelas tercetak di wajah cantik Liliana. Setelah dijelaskan lebih rinci oleh sang dokter, Lilly paham apa yang menjadi akar masalah dari kenaikan berat badan Ethan yang tidak begitu signifikan. Durasi Ethan saat menyusu yang terlalu sebentar membuat asupan kalori untuk Ethan menjadi kurang.

Wajah kalut Liliana terlihat begitu jelas oleh Regina, setelah mendengar penuturan dokter tadi Lilly hanya bisa menunduk dan meremat ujung baju yang dia kenakan. Bahkan di sepanjang koridor saat berjalan pulangpun Lilly tampak begitu kalut dan sedih, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari bibirnya.

"Kalau kamu emang ngerasa kurang buat ngasih dia susu, pakai susu formula. Jangan dipaksa kalau emang gak bisa," ujar Regina sebelum berjalan mendahului Liliana.

Dengan pikirannya yang kalut, mendengar ucapan seperti itu justru membuatnya semakin berkecil hati. Secara perlahan Liliana mulai mendekat pada titik terendahnya saat ini.

***

Setelah pulang dari kontrol dokter hari ini, Liliana benar-benar tidak menampilkan senyumnya sama sekali. Bahkan setelah pulang, Lilly segera masuk ke dalam kamar dengan dalih Ethan yang sudah tidur dan hendak menemani Ethan. 

Sedari tadi Lilly memandang ke arah Ethan yang tertidur pulas, Lilly masih tidak menyangka jika bayi kecil di hadapannya ini adalah bayinya. Perlahan namun pasti, Liliana mulai menerima fakta bahwa dia sekarang memiliki seorang bayi. 

"Habis ini kamu minum susu yang banyak ya, nak. Jangan bikin mama sedih, mama juga takut kalau kamu minumnya sedikit, nanti mama dimarahin sama mami. Mama di sini sendirian loh, oma sama opa jauh, kalau mama dimarahin terus nanti mama sedih," Liliana sedikit mencurahkan isi hatinya pada sang anak sembari sesekali membetulkan posisi selimutnya.

Begitu menyadari kalimat yang dia curahkan, Liliana lantas me-ralatnya, "Eh, enggak. Mama gak sendirian, kan ada kamu sama papa kamu. Tapi tetep aja, kalau papa kamu kerja, mama sendirian. Kamu belum bisa bicara buat belain mama kalau mama disalahin," ucapnya.

Sebenarnya, setelah pulang dari dokter tadi, Regina tidak berbicara lagi dengan Liliana. Tapi pikiran Liliana lah yang membuat perempuan itu terlarut dengan pikiran bahwa dia akan mendapat omelan-omelan dari mertuanya lagi. Lilly takut jika dirinya tidak siap mendengar ucapan-ucapan yang menurutnya bisa menyakiti hatinya.

-oOo-

DEAR ETHAN - JEONG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang