𝟎𝟒. 𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐏𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐀𝐤𝐮.

410 37 1
                                    

Duduk di bangku yang sama bukan berarti mereka memiliki obrolan yang sama. Seperti sekarang, Liliana kembali berkumpul bersama teman-temannya setelah dirinya resmi menjadi seorang ibu. Sayangnya topik obrolan teman-teman nya seputar pekerjaan mereka, sedangkan Lilly? Saat ini dia tidak bekerja sama sekali. Lilly hanya sibuk menjadi istri Jeffrey dan juga mama bagi Ethan. Tidak ada pembicaraan teman-temannya yang bisa dia mengerti, dia benar-benar seperti terasingkan di lingkungan ini sekarang.

"Next week kita mau ke Milan, Li. Kerja sekalian liburan, mau ikut gak?" tawar Maya pada Lilly yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka.

Belum Lilly menjawab, salah satu dari teman Lilly yang lain pun sudah menjawab lebih dahulu. "Gak mungkin bisa lah dia, ada anaknya sekarang. Udah gak bisa kaya kita."

Mendengarnya cukup membuat Lilly meringis sedih, kenyataannya memang seperti itu. Sebenarnya bisa saja Lilly pergi untuk berlibur, tapi dia harus menghadapi mertuanya terlebih dahulu untuk mendapatkan ijin berlibur. Itu mustahil dia dapatkan.

"Ah, iya. Sorry ya, Li. Gue lupa soal itu," Maya tersenyum canggung.

"Gak apa-apa, thanks udah nawarin. Mungkin next time kalau anak gue udah bisa ditinggal," Lilly berusaha terlihat biasa saja, sebenarnya dia sedikit tersinggung. Tidak dengan ucapan Maya, tapi dengan ucapan Jesi.

"Ini sih kenapa gue gak mau punya anak di umur sekarang, at least nanti lah ya nunggu gue 30-an. Gue mau nikmatin masa muda gue sebelum dikekang sama anak, apa lagi mertua," bukan Jesi maupun Maya, Hana yang mengatakannya.

Sontak seluruh mata yang ada di meja itu melihat ke arah Hana, tampak beberapa tatapan canggung dari Maya dan Jesi, mereka takut Lilly lebih tersinggung dengan ucapan Hana kali ini.

Merasa semua mata terarah padanya, Hana tampak bingung, apakah ada yang salah dengan ucapannya? Toh itu kan pendapat dan kemauannya sendiri.

"Why? Ada yang salah? Kalau udah punya anak apa lagi masih bayi, emang bakal susah ke mana-mana, kan? Semua harus prioritasin anak dulu. Contoh langsung ada di depan kita, Lilly gak bisa ikut have fun sama kita kaya dulu lagi. Punya suster buat anaknya pun gak bisa jadi jaminan bisa bebas tanpa gangguan anak, punya anak kecil, anak bayi itu cuma bikin beban hidup kita semakin banyak."

Sepanjang mendengar ucapan Hana, Liliana hanya diam tidak bergeming sama sekali. Sesekali matanya melirik ke arah Hana dengan cukup tajam..

Setidak suka apapun dia pada anak-anak, yang dibicarakan teman-temannya kali ini adalah anaknya. Bukankah sudah sepantasnya Lilly tersinggung?

"Udah gitu lihat Lilly sekarang, dulu kita sering iri liat postur badan dia. Sekarang? Nah, kalau punya anak harus korbanin bentuk tubuh, gue gak maulah. Kalopun gue nantinya nikah sama pacar gue, gue gak mau hamil."

"Han, stop lah. Gak baik ngomong kaya gitu, omongan itu do'a," tegur Maya.

Hana hanya mengangkat bahunya saja sembari menyesap minuman miliknya.

Keadaaan di meja itu berubah menajdi sangat canggung, tidak ada satupun yang bergeming, hanya suara dentingan gelas yang diletakan kembali di atas meja yang membuat sedikit riuh ramai.

Keheningan di atas meja itu berakhir saat Liliana menghela napasnya panjang.

"Dulu pikiran gue juga kaya gitu, Han. Tapi setelah kejadian gue punya anak, terus gue sadar suami gue punya banyak duit, gue gak khawatir soal itu. Jaman sekarang perawatan kan mahal ya, kalo gak punya duit gak bakal bisa cantik lagi habis punya anak. Tapi ya itu, untungnya Jeffrey punya banyak duit, banyak banget malah. Jadi gue gak khawatir jadi jelek habis punya anak, gue bisa jadi diri gue sendiri yang dulu, bahkan bisa lebih cantik malah. Pacar lo duitnya gak sebanyak Jeffrey, ya? makannya lo takut?" dari setiap kata yang terucap dari bibirnya, terdengar jika Lilly memang sangat kesal dengan ucapan Hana.

DEAR ETHAN - JEONG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang