𝟎𝟑. 𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐫𝐞𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧.

866 53 6
                                    

Semakin lama, Liliana semakin menikmati menjadi seorang ibu atau mama. Dia sudah mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai seorang mama dari Ethanio. Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa Lilly lakukan sebagai mama dari Ethan, Liliana masih takut memandikan Ethan.

Seperti saat ini, Liliana hanya sibuk duduk di sebelah Jeffrey, memandang bagaimana cara Jeffrey memandikan Ethan dengan telaten. Sungguh, Jeffrey terlihat begitu siap menjadi seorang papa saat ini. Jeffrey paham bagaimana cara memandikan Ethan, Jeffrey paham bagaimana cara berkomunikasi dengan Ethan.

"Besok kamu yang mandiin dia, ya?" ucap Jeffrey setelah mengguyur badan kecil bayi itu dengan guyuran air dari tangannya.

Liliana berdecak kecil saat melirik Jeffrey, "Aku masih takut."

"Kalau kamu takut terus, kapan bisa mandiin anak kamu? Iyakan, Ethanio?" bayi kecil itu hanya tersenyum simpul saat sang papa bertanya padanya, seolah dia paham dengan apa yang Jeffrey ucapkan.

"Kan ada papa Jeffrey," dengan pelan Lilly mengusap pucuk kepala bayi kecil itu. "Ih, empuk ya," canda Lilly dengan satu tangannya mencengkram pelan kaos yang Jeffrey kenakan.

Yang dipanggil sebagai papa diam-diam menyembunyikan semburat kemerahan dari daun telinganya, Jeffrey masih malu untuk dipanggil dengan panggilan "papa".

Hari ini Jeffrey libur, jadi lelaki itu kini sibuk dengan anak dan istrinya. Lebih tepatnya sibuk mengajari istrinya tentang cara merawat anaknya. Karena menyukai anak kecil, Jeffrey sudah mahir mengurus mereka walaupun ini pertama kalinya Jeffrey punya anak sendiri.

"Jeff," panggil Lilly dengan lirih saat Jeffrey mengangkat Ethan dan mengeringkan bayi kecil itu dengan handuk di bahunya.

Jeffrey menoleh, "Kenapa?", tanyanya.

"Kemarin aku diomelin mami, aku mau cerita sama kamu tadi malem gak jadi," adunya.

Dahi Jeffrey berkerut, kebiasaan baru Lilly sepertinya untuk bercerita tanpa penjelasan lebih dan itu membuat Jeffrey bingung untuk menanggapi.

"Diomelin kenapa?"

"Dia beratnya naik, tapi cuma sedikit. Kata dokter sih kemungkinan asupan kalori dia kurang gara-gara durasinya kecepetan."

Jeffrey tersenyum, "Is okay, masih ada waktu sebelum kontrol selanjutnya buat naikin berat badan dia. No need to worry," ucap Jeffrey. Jeffrey sudah mengetahui tentang ini.

***

"Makin ke sini, dia makin keliatan kalau emang anak kamu, Jeff," celetuk Liliana saat memandangi bayi yang tengah lelap setelah berjemur bersama sang papa sejak beberapa menit lalu.

Jeffrey terkekeh mendengar ucapan Liliana, terdengar seorang istrinya itu tidak bisa menerima kenyataan jika Ethan lebih mirip dengannya dibanding Lilly.

"Ya namanya juga anak aku. Kalau gak mirip kamu, terus gak mirip aku, malah jadi tanda tanya besar, dia anak siapa? Kata orang juga, kalau anak lebih mirip sama papanya, artinya papanya terlau sayang sama mamanya si bayi," goda Jeffrey dengan alisnya yang turut naik saat berpandangan dengan Lilly.

Lilly hanya berdecak mendengarnya.

Sebenarnya hari ini Jeffrey tidak libur, hanya saja papinya yang menyuruh Jeffrey untuk meliburkan diri. Jika ditanya kenapa? Jawabannya karena mami Jeffrey yang bercerita tentang Lilly yang seharian kemarin tampak murung dan terus-menerus bersama Ethan seharian setelah pulang dari dokter. Seburuk-buruknya Regina, nyatanya mertua Lilly itu masih memiliki rasa welas asih pada menantunya. Jadi Regina lah yang meminta agar Jeremy membiarkan Jeffrey untuk menemani Lilly seharian ini, setidaknya agar Lilly memiliki teman dan tidak murung lagi.

"Kamu jenuh gak di rumah terus?" pertanyaan tiba-tiba dari Jeffrey ini membuat Lilly yang berada di sampingnya menghentikan sesi makan buahnya dan menoleh ke arah Jeffrey.

"Kalau ada temennya sih gak jenuh," jawabnya dengan singkat sebelum kembali memakan buah stroberi segar yang ada di piringnya.

"Kenapa?" tanya Lilly sembari menyuapi stroberi juga untuk Jeffrey.

Saat Jeffrey hendak menjawabnya, dagunya ditahan oleh Liliana. "Telen dulu, baru jawab," titah Lilly. Lilly tidak suka jika melihat orang berbicara dengan mulut berisi makanan.

Setelah menelan buah yang tadi Lilly suapkan untuknya, Jeffrey kembali menjawab pertanyaan Lilly, "Aku mau ajak kamu jalan-jalan, berdua. Biar Ethan sama susternya, jangan kamu gate keeping terus dianya."

"Emang gak dimarahin mami kalau aku pergi sama kamu, terus Ethan dibiarin sama susternya?"

Jeffrey tersenyum, "Aku yang jadi jaminan, kalau mami marahin kamu, gak bakalan aku biarin." ucap Jeffrey untuk meyakinkan Lilly.

Sebenarnya Jeffrey tengah berusaha untuk tidak membuat Lilly terlarut dengan rasa bersalahnya. Lagi pula masih ada waktu untuk memperbaiki kesalahan Lilly sebelumnya.

"Kalau kamu marahin mami, nanti yang ada aku juga kena marah sama mami. Oh iya, menurut kamu, mami bisa percayain Ethan sepenuhnya gak sama aku?"

"Buat sekarang mungkin belum, tapi as time goes by, pasti mami bisa percayain Ethan ke kamu. Jangan khawatir, you'll be a great mom," sebuah tarikan pada ujung hidung Liliana menandakan betapa gemasnya Jeffery dengan istrinya ini.

"I'll never be a great mom kalau aku belum bisa nerima fakta kalau dia anak aku," perkataan Lilly ini membuat senyuman di wajah Jeffrey menghilang, digantikan dengan tatapan bingungnya.

Menerima Ethan sepenuhnya. Hal yang masih sulit untuk Liliana terima adalah fakta bahwa saat ini dia menjadi seorang ibu dari bayi kecil itu. Begitu menjadi seorang mama bagi Ethan, menjadi istri bagi Jeffrey, dunia yang dia bangun dengan jerih payahnya sendiri mau tidak mau harus dia lepaskan. Hal itu yang membuat dia belum bisa menerima fakta bahwa Ethan adalah anak yang sekarang akan menjadi prioritas utamanya.

"Semua butuh proses, Lilianne. Aku harap kita bisa lewati proses panjang itu bareng-bareng, aku, kamu, sama anak kita. Aku tau ini semua berat buat kamu, ninggalin karir kamu dalam sekejap itu bukan hal yang mudah, tapi aku harap kamu pelan-pelan bisa nerima fakta kalau kamu udah jadi wanita, bukan perempuan dewasa lagi. Aku bakal ngehargai semua proses kamu, karena aku tau, sebelum ada di posisi ini kamu adalah perempuan yang sangat layak aku perjuangin," kalimat panjang dari Jeffrey ini membuat senyuman tipis mengembang cantik di wajah Liliana.

-oOo-

DEAR ETHAN - JEONG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang