[Privatter] Firstborn

2.9K 13 0
                                    

Local!JenRina, het, mpreg, birth scene

∘ ∘ ∘

Jendra mengangguk pelan. Ia tidak dapat membedakan sugesti dan realitas. Makin Karin menyentuh tubuhnya, makin terasa nyeri perut dan punggungnya. “Ayang,” panggil Jendra dengan suara lemah.

“Yes, babe?” Karin membungkuk, mencium pipi Jendra lembut. “Mau aku panggilin Kak Mika sekarang?”

Kali ini, Jendra menggelengkan kepala sebagai jawaban. Meski ia tidak dapat menyangkal rasa nyeri yang mendera tubuhnya, tetapi ia menikmati momen intimnya dengan Karin. Menikmati sentuhan sang istri selagi ia menanti ‘sinyal’ dari bayinya di dalam perut, Jendra berkata, “Remes lagi, sayang. Sambil ciuman, boleh, ya?”

∘ ∘ ∘

Karin mengambil kendali lagi, sengaja memperdalam ciuman dengan menyelipkan lidah di antara bibir Jendra hingga mulut sang pria sedikit terbuka. Tangannya meremas dada Jendra makin kuat, tak peduli tindakannya membuat kaus Jendra kian basah oleh rembesan air susu.

“HMMPHH SSHHHH,” Jendra mendesis di antara ciumannya dengan Karin. Perutnya mengencang sehingga ia pun refleks meremas pundak Karin.

Pada saat Jendra meremas pundaknya itu, Karin langsung melepas ciuman dan berhenti meremas dada pria tersebut. Ia mengusap perut besar Jendra dan bertanya, “Sakit, sayang?”

∘ ∘ ∘

Jendra teringat bahwa ada risiko dehidrasi yang mungkin dialami oleh seseorang saat melahirkan. Ia tentu tak ingin ia dehidrasi di momen penting dalam hidupnya dan Karin. Setelah beberapa teguk air, rasa dahaganya pun hilang. Namun, itu tidak begitu saja membuat keadaannya lebih baik karena kontraksi yang menyerang. “AAAARGHHH!” Ia tidak, atau mungkin belum terbiasa dengan sensasi nyeri yang sedemikian kuatnya.

“Coba ngejan pelan-pelan, Jen. Jangan terlalu dipaksain, ya. Ikuti saja badanmu maunya gimana.”

“Iya, Dok,” jawab Jendra seraya mengangguk. Ia mengeratkan genggaman pada tangan Karin, menarik dan membuang napas panjang. “MMMNNGGHHHH!” Ia meneran kuat. Otot di sekujur tubuhnya menegang, terutama di sekitar perut.

∘ ∘ ∘

“Dagunya nempel dada, Jen, dagunya nempel dada. Nggak apa-apa. Ini kepala dedeknya sudah kelihatan. Atur napas, lalu dorong lagi, ya.” Mikail memberi instruksi.

Jendra gugup, takut, juga tidak sabar untuk segera menyambut anaknya di dunia. Ia ingin semuanya selesai dalam sekejap mata karena tubuhnya terasa tak sanggup lagi berurusan dengan rasa sakit akibat kontraksi yang luar biasa. Ia berharap dapat melewatkan beberapa jam berikutnya agar dapat langsung bertemu dengan bayinya yang sudah dibersihkan dan ia tidak perlu merasakan sakit untuk waktu yang lama. Begitu kontraksi datang kembali, Jendra mengejan kuat sampai dagunya menempel di dada sesuai arahan sang dokter, “AAAAANGGHHH!” Erangan jantan Jendra memenuhi ruang bersalin.

“You can do it, babe,” kata Karin pelan sambil menatap Jendra. 

∘ ∘ ∘

Jumlah kata: 3.900+
Harga: 14k
Link pembelian: lynk.id/noughtees/O59m2lE

More StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang