J | CH-21

10.6K 1.3K 47
                                    

"Cantiiiik," Suara teriakan khas anak kecil terdengar begitu dramatis, bersamaan dengan suara gerakan kaki yang begitu ribut terdengar.

Dari arah berlawanan, si gadis kecil tengah tersenyum lebar. Membalas pelukan dari Jio saat tubuh mungilnya dipeluk erat.

Jio menepuk punggung Cika beberapa kali sebelum melepas, memberi jarak antara keduanya. Mata Jio melirik kearah kepala Cika, spontan tangannya terulur dan meremas pita berwarna pink yang terpasang disana.

"Kayak roti, empuk."

Cika menepis tangan Jio. "Jangan digitu, nanti rusak."

"Io pengen," Gumananya. Jio membalikkan badannya, lantas melangkah mendekati Nia. "Bibi Nia, io mau kepala cantik."

Nia hanya tersenyum. "Io kan cowok."

"Cowok nggak boleh pake kepalanya cantik?"

"Namanya pita, dek io. Bukan kepala."

"Tapi disini," Menunjuk kepalanya sendiri.

"Iya, tapi itu buat anak cewek. Biar tambah manis, tambah cantik kalau pake pita. Rambutnya juga tambah indah."

Terkikik. "Cantik memang cantik," Ucap Jio.

"Jio, masuk ayo," Yang dipanggil menoleh. Berjalan mendekati Cika lagi, Jio langsung menggandeng tangan Cika dan berjalan beriringan menuju kelas.

Kedua anak berusia empat tahun itu terus mengobrol, entah apa yang mereka bicarakan.

***

Gara tak pernah berpikir jika adiknya akan bersifat seperti akhir-akhir ini. Pada saat pertama kali bertemu, Gara langsung menyimpulkan jika Jio adalah anak yang pendiam, dan penurut.

Namun beberapa Minggu ini, Jio selalu membuatnya merasa lelah.

Menangis sambil berguling dilantai, melemparinya dengan sendal, bermain kopi,  menuang air secara tiba-tiba dilantai, lalu seperti semalam, ingin makan brokoli dan berakhir mengotori bajunya padahal sudah jam sebelas malam.

Gara menyandarkan punggungnya pada kursi kerja, ia ingin memejamkan mata sejenak, dia mengantuk.

"Gar," Panggilan itu membuat kedua mata Gara kembali terbuka. "Ngopi yuk?" Yogi––rekan kerja Gara bertumpu pada meja kerja Gara.

"Males keluar."

"Halah. Cuma samping gedung doang, apa mau pake mobil?"

Melirik Yogi, kekehan terdengar singkat. "Gue ngantuk."

"Ya makanya itu, ngopi yuk? Udah jam makan siang juga. Beli soto."

Gara memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan mengikuti perkataan Yogi. Lagian ia memang sudah lapar, dan mengantuk pastinya. Meladeni anak kecil yang terus membuat masalah semalam.

Disela langkahnya, Yogi berkata. "Liburan ayo, gar? Udah lama nggak hiling."

"Nggak bisa gue, adek gue gimana?"

"Kan ada bokap Lo," Kembali melanjutkan. "Lo nggak capek emang ngurus anak kecil? Kalo gue sih capek. Apalagi Lo masih muda. Yang harusnya senang-senang menikmati hasil kerja Lo, Lo malah capek-capek ngurusin anak kecil. Bukan anak Lo lagi."

"Emang mau liburan kapan? Kalo cuma beberapa hari kayaknya gue bisa."

***

Setelah dimandikan Nia, Jio duduk anteng didepan televisi. Dengan posisi tengkurap, sebuah krayon berbeda warna terus bergerak diatas kertas gambar.

J1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang