J | CH-24

12.6K 1.3K 157
                                    

Ketiga laki-laki Dewangga duduk berdampingan dengan raut lelah mereka. Televisi menyala, menampilkan tontonan berita tak membuat mereka tertarik. Lebih tepatnya, mereka tidak fokus saat menonton.

Ketiganya kompak menghela nafas.

"Siapa sih bang, yang ngide beliin adek mainan bunyi otok-otok kayak gitu?" Yovan ingin mengeluh. Kupingnya terasa panas.
Gara kembali menghembuskan nafasnya. "Kata penjualnya kalo punya adek dibeliin itu pasti seneng."

Lagi-lagi secara kompak mereka menoleh kearah Jio yang tengah mendorong mainan ayamnya dengan pekikan girang. Terus menerus mengelilingi ruang keluarga dengan sura nyaring ayamnya.

 Terus menerus mengelilingi ruang keluarga dengan sura nyaring ayamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖼️Dari pinterest


"Ya ... Beneran seneng, sih."

"Papa jadi pusing," Keluh Martin sembari memijat pelipisnya.

Tak memperdulikan papa dan

kedua kakaknya yang ternyata terganggu dengan suara mainan barunya, sang empu malah menambah laju langkah kakinya. Sehingga, suara yang ditimbulkan semakin nyaring.

"Otok otok Otok otok," Tiru si kecil saat langkah kakinya tidak secepat tadi. "Ayam otok-otok io."

"Ayamnya capek, istirahat dulu, dek."

"No no," Jio suka kebisingan.

Yovan memasang wajah ingin menangis. "Kuping gue."

Jio berjalan mendekati ketiga kakak keduanya. "Abang Yo mau otok-otok punya io?"

"Nggak."

"Otok-otok io," Tanyanya lagi memastikan. Wajahnya ia dekatkan, seolah memastikan jika Yovan benar-benar tidak mau mainan sebagus ini dan sekeren ini? Menurut Jio.

"Enggak adek, Abang nggak suka otok-otok. Berisik."

"Suka!" Paksa si kecil.

"Enggak suka."

Bibir Jio melengkung kebawah. Dalam pikirnya, kenapa tidak suka? Mainan ini sangat keren, suara yang terdengar juga sangat candu dan merdu.

Jio mendorong kembali mainan ayamnya. Dengan sengaja melindas kaki kakak keduanya yang sudah menghina mainan ayam sebagus ini.

"Adek!"

***

Bunyi suara mainan Jio terdengar saat Joa mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Apalagi," Gumam Joa. Merasa lelah pulang sekolah, saat dirumah malah disuguhi suara nyaring memekakkan telinga. "Woy!"

Jio menoleh hanya menoleh sekilas. Kembali melanjutkan langkah hingga menimbulkan suara dari mainan ayamnya.

J1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang