J | CH-22

8.7K 827 35
                                    

"Abang Gara pulang belum?" Kedua kalinya Jio menanyakan hal yang sama setelah tiga puluh menit lalu Gara meninggalkan rumah.

Jio menolak diajak salaman, Jio juga menolak saat Gara ingin mencium pipinya. Menolak semua salam perpisahan yang akan dilakukan oleh Gara.

Dengan sedikit kesabaran tersisa, Martin mengusap lembut rambut putranya. Selain marah karena ditinggal kakak sulungnya, Jio juga mogok berangkat sekolah. Membuat Martin mau tak mau harus meliburkan dirinya juga.

"Masih inget tadi papa bilang apa?"

Menatap ke langit rumahnya. "Papa bilang io, io besok sekolah?"

Menggeleng spontan. "Bukan," Membenarkan posisi Jio dipangkuannya. "Abang Gara, pulangnya masih lima hari lagi."

"Terus io?"

"Ya io tetep disini sama papa."

"Nggak mau!" Bibirnya melengkung kebawah, mata jernihnya sudah terlapisi air. "Nggak mau io."

"Kan ada papa."

"Nggak mau."

"Ya terus sekarang adek mau apa?"

"Susu."

"Mau susu?"

Jio mengangguk, lengannya melingkar dileher papa. "Susu," Rengeknya.

Mungkin Jio sudah merasa mengantuk, pikir Martin. Maka dari itu, Martin langsung menggendong Jio dan membawanya menuju dapur untuk membuatkan Jio susu.

***

Mata jernih itu tengah memandangi langit-langit kamar papa. Satu tangan menyangga botol yang tengah menyumpal mulutnya, satu tangannya menepuk pantatnya sendiri.

Papa memang tidak peka.

"Abang Gara pulang belum, papa?" Dan kembali menyunpal mulutnya menggunakan nipple silikon favoritnya.

Tiga kali Martin mendengar pertanyaan itu. Menghela nafasnya sembari meletakkan ponsel diatas nakas, beralih memeluk tubuh mungil putranya dan menggantikan telapak tangan Jio untuk menepuk lembut pantatnya.

"Pulangnya besok."

"Besoknya abangnya pulang?"

Helaan nafas terdengar. "Lima hari lagi Abang pulang."

"Lima hari berapa banyaknya? Jamnya yang banyak lima hari?"

"Banyak," Jawab Martin. "Sekarang bobok."

"Kalo bobok io, Abang pulang?"

Martin tak lagi menanggapi pertanyaan Jio yang hanya berputar terus menerus, perihal apakah Abang sudah pulang? Anak ini terlalu bergantung pada kakak sulungnya.

Jio menunduk, menatap jemarinya yang tengah memilin silikon diujung botol kesayangannya. "Io sedih io, io nangis maunya."

"Sedih karena?"

"Abang perginya io nggak diajak, ditinggal disini. Nggak diajak lima lima hari pergi, io disini dirumah."

"Kan ada papa, besok juga Abang pulang kalo udah puas liburannya."

"Kok io ditinggal disini, nggak ... Nggak diajak main, io juga mau sama Abang terus," Bibirnya membentuk lengkungan, mata jernihnya sudah terlapisi air. Tampak anak empat tahun itu masih menahan tangisannya.

J1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang