Prolog

2.4K 186 11
                                    

Hari yang damai seperti biasa. Dulu, itulah yang selalu ku katakan setiap harinya. Namun akhir-akhir ini, semenjak aku menginjak kelas 11, aku selalu diganggu oleh seorang yang tiba-tiba menyatakan perasaannya ke padaku di Toilet sekolah. Namun saat itu ku tolak, sangat tidak romantis. Dari situ, dia selalu mengikuti ku, kemanapun aku pergi.

Setiap hari, aku selalu bertemu dengannya, mungkin bisa ku akui kalau dia orang yang seru dan pandai dalam mencari bahan obrolan. Namun terkadang rasanya muak sekali saat aku berada di dekatnya, Bertemu dengannya saja aku sudah malas.

Saat ini, aku berada di dalam kantin, sendirian. Sedang menyantap makanan yang aku beli tadi. Namun pastinya, beberapa menit lagi, orang yang sangat menyebalkan itu pasti datang menghampiriku.

"Christy!!!"

Nah, kan, si gadis bertubuh mungil yang sering mengusik-ku  akhir-akhir ini datang dengan senyuman lebar diwajahnya. Flora Danelia.

Flora duduk di kursi depanku. "Hai, ketemu lagi, nih. Angganata Christy." Sapa Flora, menopang dagunya. Senyumannya begitu lebar saat dia menatapku, "hi, Flo." Aku mendengus kesal. "Flo, gue mau nanya."

"Lo gada temen lain apa?" Lanjut ku bertanya, Flora tampaknya berfikir sebentar sebelum menjawab pertanyaanku. "Kalau gue Jawab ... ada, gimana?"

"Ya, kalau ada, kenapa harus sama gua?"

"Karena gue pengennya sama lo, emangnya salah, ya?" Senyuman Flora tidak luntur sedikitpun, Bahkan ia tersenyum miring ke arahku. "Enggak s-"

"Christy, g-gue pergi dulu, nanti kita ketemu lagi." Ucapanku terpotong, Flora dengan cepat pergi dari duduknya, entah kenapa, wajah Flora seperti ketakutan saat melihat ke arah belakang badanku.

Aku pun menoleh ke belakang, dan aku langsung tahu, kenapa Flora pergi. "Hey, Toy. Itu siapa? pacar baru lo?"

"Bukan lah, gila" jawabku, "yakali gitu, tapi kok dia pergi, sih. pas liat gue?"

Ah, aku lupa memberi tahu satu hal ini, hanya ada satu orang yang bisa mengusir Flora, yaitu, temanku, Jessi. Ya, betul sekali, entah kenapa dia selalu takut ketika melihat Jessi, bahkan jika Jessi masih jauh dari dirinya, ia akan lari sejauh mungkin sampai dia tidak lagi melihat Jessi. Apakah muka Jessi terlihat menyeramkan? menurutku tidak, itu hal yang ingin aku tanyakan kepada Flora, namun Flora sering kali mengalihkan topiknya saat aku bertanya tentang hal itu.

Jika aku bersama Jessi, Flora tidak akan menggangguku, bahkan mendekatiku, mungkin hanya sekedar melihatku dari jauh. Namun sayangnya, Jessi tidak bisa bersamaku untuk waktu yang lama, dia selalu saja sibuk, dengan urusannya.

"Muka gua seseram itu kah? perasaan enggak, deh." Jessi meraba raba mukanya.

Aku terkekeh. "Enggak kok, Jes. Tapi iya kali, ya? Muka lo serem."

"Sialan, lo." Jessi mendudukkan dirinya di kursi depanku. "Eh, gimana motor lu yang rusak itu?" tanyaku.

"Ya ... gitu deh,"

"..."

•••

Author POV

"Flo, woi, Flora!" Lulu memukul bahu Flora sampai Flora tersentak dari lamunannya. Flora berdecih. "Apa sih, Lu? ganggu aja." Kesal Flora.

"Ya, lo denger enggak, sih? Apa yang gue omongin?" Flora mengerutkan kening. "Lo dari tadi ngomong?"

"Tuh, kan. Males deh gue," balas Lulu malas, ia memutar badannya memunggungi Flora. "Eh, jangan ngambek gitu deh, lo. Alay,"

Accept My Love - PionzziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang