Sebulan berlalu setelah Flora menjelaskan tentang motor Jessi yang rusak karena dirinya. Mereka akhirnya berhasil memperbaiki hubungan dan menjadi teman baik, bersama dengan teman-teman lainnya. Jessi bahkan menawarkan diri untuk membantu Flora mendekatkan diri kepada Christy.
Hari demi hari berlalu, dan akhirnya tiba pada hari yang dinanti-17 Agustus, hari kemerdekaan negeri tercinta mereka. Sekolah mereka mengadakan berbagai perlombaan antar kelas, yang selalu menjadi acara paling ditunggu oleh semua siswa siswi.
Pagi ini, lapangan sekolah sudah dipenuhi dengan keramaian. Beberapa murid sudah berkumpul untuk mempersiapkan diri menghadapi perlombaan, sementara yang lainnya masih berada di dalam kelas, bersiap-siap untuk keluar dan bergabung dengan keseruan di luar. Seperti Christy dan Jessi.
"Lo beneran mau ikut tarik tambang, Christy?" tanya Jessi memastikan, sebelum ia benar-benar menuliskan nama Christy di daftar perlombaan.
"Iya, ikut. Gua mau lihat ...," Christy mengangkat lengannya sebelum melanjutkan perkataannya. "Ini, beneran otot atau cuma lemak doang," ia menunjuk bagian otot lengannya.
Jessi terkekeh. "Yeuh ... awas aja kalau nanti kalah!" ancam Jessi, seraya menepuk pundak Christy.
Jessi lalu memegang erat ballpoint nya, lalu menuliskan nama Christy didaftar lomba. Christy juga melihat ke arah buku Jessi disampingnya. Di sana ternyata sudah tertera empat nama. Dan Christy yang terakhir.
Christy membaca nama-nama yang tertera di daftar itu dengan cepat. "Adel, Marsha, Olla, Jes-Lo juga ikutan?!" serunya tiba-tiba, dengan nada terkejut.
Jessi mengangguk perlahan, sambil menaikkan satu alis, seakan bingung dengan reaksi Christy. "Iya, kenapa?" tanyanya dengan santai, tetapi matanya menyiratkan sedikit keheranan.
Christy bersandar di bangkunya, menarik napas panjang sebelum menjawab. "Mending jangan deh," ucapnya dengan nada khawatir.
Jessi semakin penasaran, merasa ada yang tidak beres. "Hah? Emang kenapa?" tanyanya dengan nada bingung, ingin tahu alasan sebenarnya di balik kekhawatiran Christy.
Christy memandang Jessi sejenak sebelum menjawab. "Gua takut, lo bukannya narik, malah ketarik sampai nyusruk. Mana badan lo cungkring banget lagi," katanya sambil menahan tawa.
Mendengar itu, Jessi langsung mengoceh. "DIH? KAMPUNG!" serunya, sontak memarahi Christy sambil memukul bahunya pelan. Christy yang diomeli hanya tertawa terbahak-bahak, sambil berusaha menghindar dari pukulan Jessi yang lebih bersifat bercanda.
Setelah beberapa saat, Jessi menghentikan aksinya dan menghela napas. "Dah, ah! Gua mau catatin murid lain dulu," katanya dengan nada sedikit kesal. Tanpa menunggu respon Christy, Jessi melenggang pergi begitu saja.
Christy hanya mengiyakan dengan anggukan, tapi senyumnya masih melekat. Dalam hatinya, dia merasa semakin bersemangat untuk lomba tujuh belasan ini. Ada sesuatu yang membuatnya sangat ingin memenangkan lomba antar kelas yang diadakan.
Tak lama setelah Jessi pergi, Christy melihat Adel datang bersama Oniel. Oniel masih mengenakan tas di punggungnya, jelas menandakan bahwa dia baru saja sampai di sekolah.
"Eh, Oniel, baru datang?" sapa Christy, melihat tas yang masih menggantung di punggung Oniel. "Menurut loe?" jawab Oniel dengan nada bercanda, seraya menaruh tasnya di atas kursi.
Christy hanya menggaruk tengkuknya sambil tersenyum kecut. "Udah milih lomba belum?" begitu Oniel baru saja duduk, Christy langsung melontarkan pertanyaan lagi, tanpa menunggu Oniel menghela napasnya.
"Belum, Christy, gue baru datang," jawab Oniel dengan sabar, meskipun sedikit terengah-engah. Adel yang berdiri di sampingnya hanya tertawa kecil. "Eh, kalau Flora katanya mau ikut lomba kelereng," Lontar Oniel, membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accept My Love - Pionzzi
FanfictionChristy yang baru saja menginjak kelas 11 dalam suasana damai dan tentram, tanpa ada gangguan yang mengganggunya. Namun, segalanya berubah saat memasuki minggu keempat, ketika ia mulai sering diganggu oleh seorang gadis yang menyukainya. "Gengsi apa...