[1] Hujan mempertemukan kita.

188 20 2
                                    

- Hujan berhasil mempertemukan kita, dan hujan berhasil memperpisahkan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Hujan berhasil mempertemukan kita, dan hujan berhasil memperpisahkan kita. -

𓇢𓆸

Langkah nya semakin cepat, nafas nya terengah engah. Di bawah deras nya air hujan, di atas tanah milik bumi yang basah.

Manik nya berbinar, menangkap ke salah satu halte bus. Segera langkah nya ia cepat kan sampai akhirnya, ia berhasil berdiri di halte bus itu.

"Sedang meneduh?"

Tubuhnya tersentak atas kalimat pertanyaan itu. Menoleh kan kepalanya, menatap ke arah sumber suara. Seorang pemuda..

Ia terdiam menatap ke arah pemuda yang jauh lebih pendek darinya. Pemuda itu tersenyum dengan tulus, tatapan nya begitu lembut, dan dia sedang duduk di kursi halte bus dengan buku di tangan nya.

Ia memalingkan wajahnya. Tidak berani menatap ke arah pemuda yang bertanya kepadanya, "ya, aku sedang meneduh.." jawabnya dengan lirih.

Pemuda itu kembali tersenyum, menepuk ke arah slot kosong di kursi nya. Mengisyaratkan untuk mempersilahkan untuk dirinya duduk.

"Kau basah kuyup. Sebaiknya duduk dulu dan keringkan tubuh mu. Menunggu bus bukan? Sepertinya akan lama karena bus jam sekarang sudah lewat sejak tadi" jelas pemuda itu.

Dirinya hanya terdiam, tidak menatap sama sekali ke arah pemuda itu, hanya diam sambil menatap ke arah rintikan hujan. Dan pemuda itu, membaca buku nya kembali.

"Kau kelas dua ya? Kau sangat tinggi"

Pertanyaan itu, keluar dari mulut pemuda itu. Ia bingung harus menjawab apa, pada pasalnya, dirinya hanya kelas sembilan di sekolah menengah pertama di dekat halte bus itu.

Dan juga, dirinya jarang sekali bersosialisasi dengan orang yang tidak di kenal nya. Bahkan hanya dengan menatap mata saja ia masih takut atau malu.

"A- aku kelas sembilan.. di SMP rintis sembilan disana.." jawab nya dengan lirih.

Terlihat kedua mata pemuda itu berhasil membulat kaget, dirinya tersenyum dan terdengar lah tawaan kecil.

Tak lama setelah itu, bus berhasil datang. Dirinya segera naik ke dalam bus itu. Tetapi sebelum itu, dirinya menolehkan kepalanya, menatap ke arah pemuda itu.

Ia, tersenyum. Senyuman pemuda itu, sangatlah lembut membuat dirinya terdiam sejenak.

"Aku Taufan. Kelas sepuluh di SMA pulau rintis tiga. Salam kenal ya, halilintar."

Tak lama, bus segera di jalankan oleh sang supir. Dirinya mencari kursi yang akan di duduki nya.

Sepanjang perjalanan menuju ke arah halte bus tujuan selanjutnya, ia hanya melihat air air yang mengalir cukup deras.

"Bagaimana dia bisa tau namaku?.."

𓇢𓆸

To be continued.

Janji Hujan. [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang