- untuk kamu, yang selalu sentiasa berwarna untuk hidupku. -
𓇢𓆸
Mungkin bagi halilintar hari ini adalah hari yang paling ia benci. Bagaimana tidak? Sejak pagi tadi ia tak dapat menemukan kakak kelasnya, Taufan.
Sejak awal masuk sekolah, bell pelajaran pertama, istirahat, sampai sekarang pelajaran terakhir ia tak dapat menemukan sang empu.
Bahkan solar pun bingung dengan perubahan halilintar yang hanya menutupi wajahnya dan duduk diam di kursi nya. Bahkan untuk makan saja ia nitip di solar.
Ice pun yang jadwalnya banyak tidur hari ini malah harus menghibur halilintar, karena kalau tidak halilintar malah makin menjadi jadi. Bahkan tadi di pegang oleh solar pun halilintar marah.
Kaya pms..
Sekarang, halilintar tak bisa fokus dengan penjelasan guru yang berada di depan kelas ini. Perasaan nya gelisah, sangat cemas karena takut terjadi apa apa kepada Taufan.
Sejak tadi pun halilintar tak henti henti melihat smartphone nya. Setiap lima menit ia akan melihat kembali look screen milik ponselnya untuk memastikan apakah chat nya dijawab oleh Taufan.
Tetapi nihil, jawabnya tak sesuai dengan yang ia mau.
"Um, baiklah. Pelajaran kali ini ibu tutup sampai sini saja, jangan lupa untuk mengerjakan pr yang ibu berikan"
Tanpa sadar, bell pulang sudah berbunyi membuat halilintar dengan cepat menaruh Smartphone nya. Disaat murid lainnya dengan cepat membereskan buku buku yang berada di meja mereka, halilintar tak melakukan apapun.
Dirinya hanya duduk diam sembari melihat sudah banyak sekali murid yang keluar dan berada di gerbang sekolah. Sangat banyak, seperti biasanya. Namun di lorong pun juga masih banyak.
Solar melihat temannya yang satu ini, sungguh, ia tak pernah melihat halilintar semurung ini. Hanya satu hari tidak bertemu kakak kelasnya saja, halilintar sudah seperti ini. Bagaimana kalau selamanya?
Melangkah kan kakinya dengan wajah yang begitu murung, tetapi menurut orang yang melewatinya akan merasa bahwa wajah halilintar begitu seram.
Halilintar kembali melihat ponsel nya karena suara yang berasal dari ponsel nya, berharap itu adalah Taufan bukan solar.
Taufan : maaf alin, aku cukup sibuk sejak tadi subuh. Maka dari itu aku tidak masuk sekolah.
Taufan : jika kau ada waktu, tolong temui aku di taman yaa ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡
Ternyata balasan pesan dari Taufan.
Wajah halilintar bersinar begitu melihat pesan dari Taufan, namun..
"Taman yang mana?"
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
Langkah nya semakin di percepat kala transportasi pribadi lewat di hadapannya.
Meskipun suara nafas yang terengah engah masih terdengar namun kalah dengan suara transportasi yang melewati nya.
Manik Rubby nya kembali berbinar dan perasaan nya begitu lega. Tidak tau berapa banyak jalanan yang ia lewati, taman ini cukup jauh dari area perumahan nya atau area sekolah.
Pemuda itu, tersenyum, melambaikan tangan nya terhadap halilintar. Kembali melangkah lebih cepat, ia menghadap ke arah pemuda itu.
"Kak fan, menunggu cukup lama?" Tanya halilintar.
"Tidak, aku memang sudah cukup lama berada di taman ini. Disini, sendirian.."
Pemuda itu, atau kerap di panggil kak Taufan oleh halilintar menundukkan kepalanya. Halilintar dengan sigap duduk di samping ayunan yang di duduki oleh kakak kelasnya itu.
"Maaf kak, tadi ada kecelakaan di perempatan sana"
Taufan memandang kembali ke arah adik kelasnya dengan ekspresi yang kebingungan, "kecelakaan? Apa?"
"Motor, untung saja aku tidak kerap ikut kecelakaan itu"
"He?"
"Iya, untung saja aku berhenti berjalan kala motor wanita itu ingin bertabrakan dengan motor yang lainnya. Tidak salah lagi insting ku"
Taufan tertawa kecil ketika halilintar yang menceritakan nya seperti sangat bangga.
Halilintar menatap ke arah benda yang di bawa oleh Taufan, bunga? Terlihat seperti mahkota namun terlihat seperti bunga.
"Kak," panggil halilintar. Ia menoleh menatap ke arah halilintar, terlihat seperti membalas panggilan halilintar.
"Itu... Apa? Benda yang di bawa kakak?"
Taufan kembali menatap ke arah sesuatu yang berada di tangan nya, ia tersenyum kembali.
"Mahkota bunga. Aku membikin nya saat aku baru tiba di taman ini tau? Memang cukup aneh namun, terlihat menenangkan, saat aku membikin nya pun aku begitu tenang."
Halilintar menatap ke arah Taufan, di mata halilintar kini Taufan terlihat sedih namun ia tersenyum.
Melihat itu halilintar ikut tersenyum tipis, ia memegang tangan milik Taufan yang menggenggam mahkota bunga itu.
Taufan menatap ke arah halilintar, melihat wajah halilintar yang begitu serius membuat Taufan ingin tertawa.
"A - aku, ugh.. b - boleh memakai m - mahkota itu?..." Halilintar bertanya lirih.
Taufan tertawa kecil melihat wajah halilintar yang begitu merah akibat rasa malunya, pandangan halilintar menatap ke arah samping nya.
Tangan kecil nya ia bawa mahkota bunga itu dan ia letakan di atas kepala halilintar. Halilintar menatap ke arah Taufan dengan ekspresi yang begitu terkejut, Taufan balas dengan senyuman nya.
"Alin tambah sempurna ya!"
Halilintar terdiam, namun wajahnya terlihat begitu merah seperti kepiting rebus. Ekspresi nya begitu terkejut, benar benar terkejut.
Taufan membuka kedua matanya, ia lihat halilintar dengan kondisi yang sekarang, "a - ah.. a - alin gapapa?? Wajah kamu merah banget, demam?"
Halilintar yang sadar menyembunyikan wajahnya, "aku gapapa kak! Maaf.."
Taufan terkekeh geli, ia mengusap surai milih halilintar dengan perlahan tersenyum kembali, "gausah malu gitu dong, alin memang sempurna kok!"
"K-kak... Makasih.."
"Kalau bicara nya lirih gitu aku gak denger alin!"
"Makasih.."
𓇢𓆸
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Hujan. [ Hiatus ]
Short Story𓇢𓆸 Rintikan hujan yang berhasil turun ke bumi, tanah milik bumi yang basah akibat rintikan hujan itu. Satu pemuda yang bertemu dengan nya, berhasil membuatnya tau rasa kebersamaan dan kasih sayang. "Hujan, bisakah kau meminta pada Tuhan, agar di...