Setangkai Mawar Merah

2K 118 38
                                    

Prompt Day 1: Free Day
.
.
.
.
.
.

Sarada sedang duduk di atas kursi belajarnya, fokus mengerjakan tugas di Hari Minggu yang cerah.

Telinganya mendengar beberapa ketukan pada pintu balkon kamarnya yang terbuat dari kaca.

Tidak perlu bertanya-tanya, Sarada sudah tahu siapa yang mengetuk pintu.

"Boruto, tidak bisakah kau datang dengan cara yang normal?"

Sarada berkomentar sambil menggeser pintu balkon. Gadis Uchiha itu sudah terbiasa akan kedatangan Boruto yang tidak lazim tiap harinya. Meskipun dia memprotes setiap kali, Boruto mengabaikannya.

"'Normal' tidak ada di kamus Uzumaki Boruto. Sudahlah, aku mau masuk. Biarkan aku menyalin jawaban PR-mu." Boruto tertawa kecil, membawa beberapa buku dan alat tulis di tangannya, remaja lelaki itu masuk ke dalam kamar Sarada setelah melepaskan sandalnya di depan pintu balkon.

Sarada menghela napas pasrah.

Uzumaki Boruto adalah tetangga tepat di samping rumahnya. Keluarga Uzumaki dan keluarga Uchiha sudah hidup berdampingan sejak sebelum Sarada dilahirkan ke dunia. Ingatan tertuanya soal Boruto adalah dia seorang bocah berambut kuning yang sering berbuat onar dan suka mengganggunya.

Sarada jelas berani melawannya. Tidak sekali dua kali mereka terlibat perkelahian.

Namun, perlahan-lahan, Boruto mulai berubah. Dia menjadi lebih tenang dan penurut. Dia lama-lama mendekat pada Sarada, mengajaknya berteman, memberinya beberapa perhatian.

Sarada jelas tidak akan mengakuinya, bahwa dirinya suka sisi Boruto yang seperti itu.

"Hei! Kau belum menyelesaikannya?" ledek Boruto, mengamati buku yang ada di meja belajar Sarada. "Tidak berguna,"

"Kerjakan sendiri, Boruto bodoh," sahut Sarada dengan nada malas. Dia mengabaikan gerutuan Boruto dan berjalan menuju pintu, "mau minum apa?" Sebelum Boruto menjawab, Sarada buru-buru melanjutkan, "jangan request yang aneh-aneh,"

Mendengarnya, Boruto cemberut main-main, "padahal aku mau jawab susu kuda tadi," jawabnya dengan senyuman lebarnya yang khas.

Sarada tertawa geli, "dasar gila. Jus jeruk mau tidak?"

"Mau! Yang asam!"

"Terserah."

Gadis Uchiha itu membuka pintu kamar, baru selangkah dia hendak keluar, suara Boruto menghentikannya.

"Sarada." panggilnya.

Sarada menolehkan kepala.

Tampak Boruto yang masih berdiri. Padahal biasanya Boruto sudah duduk dibalik kotatsu—meja penghangat khas Jepang di kamarnya. Buku dan alat tulisnya juga sudah di atas kotatsu.

"Apa?" sahut Sarada.

"Perempuan biasanya suka bunga apa?" tanya Boruto, dengan sorot mata yang memancarkan cahaya yang lembut.

Sesaat, jantung Sarada berdebar lebih kencang dibanding biasanya.

"Kenapa bertanya?" tanya Sarada balik.

Boruto, tidak biasanya, menjawab dengan serius.

"...ada yang kusuka," jawab Boruto.

Ingin rasanya Sarada melempar Boruto dari lantai dua—Sarada tidak mengerti kenapa dia merasa sesak di dalam sudut hatinya.

Namun buru-buru Sarada mengendalikan diri.

"Perempuan... Biasanya suka mawar merah. Kurasa... Begitu." jawab Sarada, memalingkan muka.

BORUSARA WEEK 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang